MeL1ds Day

By OfficialMeLids

6.9K 500 69

Kumpulan One Shoot dalam rangka memperingati " MeL1ds Day " More

Hallo Wattpad
Forgotten Love
She's Gone
Cerita Cinta
Melody
Would You

Malam Minggu Lucu

825 59 7
By OfficialMeLids


Nickname : UlfaJannah

Happy reading 🙌🙌🙌

*****

Melody Pov

Kisah malam mingguku yang tak terlupakan bersama seorang gadis tinggi yang melebihi diriku. Bisa di bilang tinggiku hanya sebahu badannya saja, tetapi katanya itulah yang membuat dia mencintaiku karena gemas melihat tubuh mungilku. Memang cukup menyebalkan tetapi aku sayang dengannya, dialah Lidya Maulida Laksani.

Kini tempatku berada sekarang ada di sebuah pekarangan halaman di depan rumahku bersamanya. Angin yang berhembus dingin terasa hangat karena tanganku saat ini tak pernah terlepas memeluk pinggangnya. Usapan lembut di belakang rambutku pun tak pernah berhenti, sesekali kening ini di kecup lembut penuh kasih sayang olehnya.

Kudongakkan kepalaku keatas dan melihat wajahnya yang tersenyum berseri-seri, "Lids, kamu belum mau bobo?" tanyaku padanya, karena waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, tepatnya masih suasana malam minggu.

Lidya lah yang sedaritadi menghangatkan dinginnya malam mingguku, dia merunduk menatapku dan sekali lagi dia mencium keningku. Membuatku harus memejamkan mata merasa sangat nyaman, "Belum sih, tapi masa kita mau langsung tidur?"

Aku sedikit mengerutkan dahi mendengarnya, "Tumben, biasanya kamu udah ngantuk jam segini sayang?"

Lidya justru tertawa kecil mendengarnya. Jari telunjuknya pun memukul pelan hidungku, "Aku masih pengen berdua sama kamu, sayang banget kalo waktu malam minggu kita yang sempit ini harus cepet bobo kan?"

"Hehehe, iya juga ya, terus mau ngapain dong sekarang?" pelukanku di pinggang semakin kueratkan senyaman mungkin.

"Hmm...gimana kalo kita jalan-jalan aja Mel?"

"Hah!?" sontak kulepaskan pelukanku di tubuhnya, lalu menegakkan dudukku, "Gak salah? jam 11 malem sayang?" entahlah apa yang dipikirkan Lidya saat ini, aku pun kaget.

"Hahaha...kenapa Mel, aku serius loh"

"Tapi jalan-jalan kemana Lids? Udah hampir tengah malem, aku takut banyak penjahat Lids" cemasku, tentunya memang cukup berbahaya mengingat banyaknya kriminalitas di waktu malam.

"Kan ada aku sih, nanti aku jagain kamu, tenang aja, ayolah sekali-sekali yah, kita berdua aja jalan-jalan" kali ini Lidya memohon sekali padaku, matanya pun berkedip-kedip genit.

"Hmm..." Mataku memutar keatas dan berpikir sebentar, tak ada salahnya mencoba sesuatu yang baru bersama Lidya, "Yaudah, tapi aku izin sama wakil ibu negara dulu ya" ucapku dengan maksud tertuju pada Frieska adik kandungku.

Lidya mengangguk cepat, "Siap, yeayyy" terlihat sekali wajah Lidya begitu senang. Aku pun menggelengkan kepala saja dan tersenyum, lalu bangun dari tempat duduk, "Eh tunggu Mel" tanganku tiba-tiba ditahan olehnya.

"Kenapa Lid?"

"Cium dulu dong!?" tumben sekali Lidya sangat manja, bibirnya pun manyun kedepan terlihat lucu menggemaskan.

"Cium apa sih sayang?" sengaja kueratkan tubuhku menempel pada tubuh Lidya. Tangan kiriku pun melingkar di pinggangnya, sedangkan tangan kananku menyelipkan helai rambut samping Lidya.

"Apa aja, yang penting dicium"

"Hmm... manja deh" gemas sekali diriku melihat tingkahnya, "Merem dulu matanya kalo gitu"

Alis mata Lidya terlihat terangkat keatas, "Kamu mau iseng ya Mel?"

Aku menggelengkan kepala dan tertawa kecil, "Engga kok sayang, merem dulu deh" pintaku sekali lagi.

Lidya mengangguk cepat dan tersenyum. Kutatap sejenak wajahnya yang penuh harapan itu, tapi aku terkejut saat melihat bibir Lidya yang perlahan-lahan mengerucut kedepan.

"Dih.... Ngapain monyong-monyong tuh bibir?" 

"Menunggu dicium" jawabnya.

"Geer banget, siapa yang mau nyium bibir"

"Huh" Terdengar dengusan nafas di hidungnya. Aku tahu dia kesal, lalu bibirnya pun kembali menjadi datar, "Yaudah mana sayang?" Lidya terus menuntut.

"Iya-iya sabar Lidyakuhh"

Tak menunggu lama, tangan kananku beralih ke belakang tengkuk leher Lidya. Perlahan-lahan kutekan lehernya untuk semakin mendekat padaku, mengikis jarak yang akan segera menyatukan kedua bibir kami.

Sepersekian detik nafas Lidya sudah terasa sekali di wajahku, tetapi saat jarak semakin dekat dan hampir kusentuh bibirnya. Kuacungkan jariku tepat pada bibirnya.

"Hmmmphhh..." Lidya terlihat menikmatinya, sementara aku berusaha menahan tawaku melihat kelakuannya.

"Mel? Kok rasanya beda ya?" tanya Lidya yang masih memejamkan mata menikmatinya.

"Hihihi, udah aku cium kan" akhirnya aku tertawa lucu karena matanya terbuka perlahan-lahan.

"Bagus Mel, aku nyium kuku jari kamu, pantes rasanya asin, untung pendek"

"Ihh dasar malah protes udah dikasih cium padahal" aku memberengut kesal tetapi manja.

"Ya, tapi kan bukan itu maksud aku sayang..."

"Bawel deh kesayangan, udah yuk ahh berangkat" kutarik langsung tangannya, tetapi lagi-lagi begitu terasa berat.

"Tunggu dulu Mel"

"Apalagi sayang?"

"Cipika-cipiki deh?"

"Dihh..pengenan"

"Yah, ayo dong Mel, satu ini aja ya?" rajutnya manja bersikeras menarik-narik lenganku seperti anak kecil.

"Iya-iya, kamu merem lagi matanya kalo gitu"

Lidya pun mengangguk senang dan kembali memejamkan mata, bibirnya mengulum seakan tidak sabar menunggunya, seiring kepalaku mendekati kedua pipinya.

Muach

Muach

Akhirnya kucium kedua pipinya lagi dengan tiga jariku menempel pada kedua pipinya. Saat Lidya membuka matanya, aku berusaha mati-matian untuk tidak tertawa lebar, terlihat sekali wajahnya yang kesal terkesan absurd.

"Maki-maki orang tua dosa gak sih Mel?"

"Hahahaha, dosa Lid, udah yuk kita berangkat"

"Huh, iya" dia hanya mendengus kesal tak acuh padaku, sepertinya aku terlalu PHP terhadapnya.

Maka dari itu aku segera mencium cepat pipi Lidya sebelum menariknya, seketika itu juga wajahnya berubah 180 derajat menjadi melongo.Lagi-lagi aku harus menahan tawaku dengan tanganku, ekspresinya membuatku tak berhenti tertawa karena lucu, gemas dan cukup jelek.

"Udah kan, yuk berangkat sayang"

Dia mengangguk seperti robot, sementara aku menggelengkan kepala dan langsung mengikatkan tanganku pada lengannya dengan erat.Tak lupa kepalaku selalu bersandar nyaman pada bahunya, kemudian berjalan menuju halaman sebelah rumahku dimana disana terdapat dua insan pasangan yang sedang bermesraan di sebuah tempat duduk menghadap langit-langit penuh bintang malam.

"Ehmmm...." Dehemku langsung sepertinya menganggetkan dua insan itu. Frieska dan Naomi.

"Apa deh ganggu aja? Punya spot pacaran sendiri kan?" ucap datar dari Frieska setelah melirik sebentar padaku dan Lidya, lalu kembali menghadap ke depan.

"Aku sama Lidya mau jalan-jalan sebentar" ucapku langsung.
Frieska pun kembali menengok cepat kebelakang, "Udah malem mba, mau jalan-jalan kemana?"

"Gak tau neh, kita mau kemana Lid?" kusenggol pinggang Lidya dengan sikutku.

"Ahhh... ehhh.. itu kita mau cari makan Kak Frieska" ucapan Lidya terdengar menjadi gugup, entah sudah sadar dari lamunannya atau canggung berbicara dengan adikku.

Mendengar itu Frieska terlihat berdiri dari tempat duduk setelah berucap sebentar dengan Naomi kekasihnya, lalu menghampiriku, "Bukannya kalian udah makan ya?"

"Iya, sekali-kali aja jalan-jalan tengah malem, tapi kalo gak di bolehin sama kak Frieska, yah... yaudah" jawab Lidya seraya menggidikkan tubuh.

"Waduh, mana berani aku larang ibu negara yang mau kencan sama kamu, boleh kok, tapi jangan lupa bawain kita berdua makanan juga ya" pada akhirnya Frieska mengizinkan dengan syarat.

"Jagain Melody nya ya Lid, jangan sampe lepas dari pengawasan" ucap Naomi yang tiba-tiba datang merangkul pundak Frieska.

"Iya tenang aja kak Naomi, nanti aku gak kedip deh jagainnya"

"Huh, emangnya aku anak kecil apa?" gerutuku kesal.

"Hahaha, lah iya kan emang Mba Imel kecil gini" tiba-tiba Frieska menyela yang membuat suasana menjadi hening, tentunya urat-urat pelipisku langsung menampakkan diri.

"Awww...." Pekikan dari Frieska yang kulihat pinggangnya di cubit oleh Naomi, "Apa sih Mi?"

"Kamu sadar gak tadi ngomong apa Fries?"

"Eh? Maksud kamu?" Frieska pun menghadap kedepan dan menatapku, dengan segera langsung kukembangkan senyuman termanisku pada adik tersayangku, dan tidak lupa otot-otot leherku kugerakkan ke kanan dan ke kiri.

"Glek" Lidya pasti ketakutan.

"Waaaaaaa......!!! Ampun Mba Imel!!!" Frieska lari terbirit-birit masuk ke rumah.

"FRIESKAAAAA!!! BENGEUT SIAH HOYONG DI BALEDOK KU AINGG HAH! PIKASEBELEUN" teriakku  begitu keras pada Frieska yang menyebalkan, dia sudah masuk kerumah cepet banget, sementara Lidya dan Naomi nampak terdiam tak bergeming memperhatikanku, "Apa? Kok pada ngeliatin aku?" tegurku pada keduanya yang langsung kompak menggelengkan kepala.

"Ahhh..ehhh.. anu... aku ngejar Frieska dulu, bye bye, have fun ya Kak Mel, Lids" sama halnya dengan Naomi yang berlari sangat kencang masuk kerumah.

"Huh, dasar, yuk Lid kita kencan" kutarik lengan Lidya langsung, walau pun dia masih terpaku menatapku diam, aku harap dia tidak sawan atau merinding melihatku tadi.

Tentunya aku masuk ke dalam rumah untuk berganti pakaian terlebih dahulu dan mengambil kendaraan.

.

.

.

Saat ini aku berada di kamar untuk mengganti pakaian piyamaku, walau pun jalan-jalan tengah malam, tetap harus menggunakan Fashion yang tepat, agar supaya Lidya bangga jalan bersamaku.

"Simple aja sih sayang, kamu di apain juga tetep cantik" ucap Lidya yang memujiku.

Tapi aku masih menyibukkan diri mencari outfit yang cocok untuk keluar rumah, sekiranya aku memilih shirt putih atau kemeja putih dari dalam lemari.

"Kemeja Lids?" tanyaku meminta pendapat sambil menunjukkan kemeja tipis yang kupilih.

Lidya menggelengkan kepala, lalu mengambil alih kemejanya dan melemparnya ke kasur, "Kaya mau lamaran kerja aja pake kemeja, mending juga lamar aku" genitnya muncul.

"Eyyy, terbang aku" pipiku pun memerah, akhirnya kubiarkan Lidya mencari-cari baju di dalam lemariku, tak berapa lama ia pun mendapatkan clothing putih, serta sweater ungu serta celana jeans panjang.

"Nah ini aja udah"

Dahiku merapat melihat pakaian yang dipilihnya, "Aku mau pake rok pendek sih Lids, gak mau celana panjang, gerah" protesku.

"Gak usahlah!" tegasnya penuh penekanan, "Paha nanti kemana-mana, aku gak mau ya punya aku diliatin orang lain"

"Jam 11 malem mana banyak orang Lid"

"Sssssttt...." Jarinya tiba-tiba menempel di bibirku, "Gak usah bawel Mel, jadi jalan atau mau jalan-jalan di kasur aja?" ucap Lidya seduktif di samping telingaku.

PLOK

Kutempelkan baju yang kupegang persis di depan wajah menyebalkannya, "Iya-iya, aku ganti baju dulu" ucapku langsung menuju ke kamar mandi, sebelum diriku di aneh-aneh olehnya.

"Di sini aja sih!" cegah Lidya yang tiba-tiba menahan lenganku.

"Dih.... Balik badan kalo gitu"

"Kan udah biasa ngeliat"

"Balik badan!" tegasku lebih keras.

Lidya mendengus kesal, walau pun sudah terbiasa, tetapi seengganya aku harus waspada takut-takut dia khilaf.

Kulepaskan semua kancing piyama tidurku perlahan-lahan terbuka lebar. Lalu kupakai pakaiannya, tapi sebelumnya aku melirik sejenak kearah Lidya yang sedikit-sedikit menengok ke belakang menggunakan sudut matanya, "Berani ngintip, tidur di sofa!" ancamku.

Kuyakin Lidya sedang menggerutu sendiri di mulutnya karena sebal. Biarkan saja, dia yang mengajakku jalan-jalan. Sampai pada akhirnya aku telah selesai memakai bajuku dan berkaca di cermin.

"Dah yuk" ucapku setelah memastikan penampilan sudah cantik dan rapih.

Lidya berbalik dan tersenyum lebar melihat penampilanku dari ujung kaki sampai kepala, "Kece banget deh kesayangan, bangga banget aku gandeng kamu di jalan" ini yang aku ingin dengar dari ucapannya, dia bangga memilikiku.

"Bisa aja" kulingkarkan tanganku langsung di tangannya, "Yuk"

"Lepasin dulu sebentar deh Mel"

Sesuai permintaannya, kulepas lagi lenganku, "Kenapa sayang?" tanyaku seraya memiringkan wajah, dan yang kulihat ia hanya tersenyum lebar penuh arti dan mencurigakan.

"Pegangan, yak...."

"Eh...Lids, kamu mau ngapain? aaaaa..." aku memekik saat kedua kakiku langsung di angkat olehnya, sehingga posisiku saat ini berada di pangkuan kedua tangannya, "Tuan putri gak perlu jalan"

"Ahhh..manis banget sih" hatiku meleleh langsung dengan perlakuan manis Lidya. Kueratkan tanganku memeluk lehernya untuk mencari posisi ternyaman agar tidak terjatuh.

"Yuk, muachh" bibirnya kembali mencium keningku penuh kasih sayang, seiring langkah kaki Lidya berjalan keluar kamar, lalu menuruni tangga lantai dua sampai keluar pintu rumah menuju mobilku.

.

.

.

Sampailah aku di mobilku dan Lidya langsung menurunkan tubuhku dari gendongannya.

"Biar aku yang bawa mobil ya Lid" usulku mengajukan diri.

"Oke deh sayang" Lidya pun berjalan memutari mobil menuju kursi penumpang.

"Eh tunggu deh Mel" cegahku menghentikan langkahnya.

Lidya pun kembali menghampiriku, "Ada apa sayang?"

Saat ini aku sedang meraba-raba tubuhku sendiri, tepatnya pada kantong-kantong pakaianku, "Duh...dompetku ketinggalan di dalem Lids, hehehe" tawaku lebar melupakan hal penting.

"Ya ampun, biar aku yang bayarin deh sayang"

"Hmm...yaudah deh" aku menggidikkan bahu setuju, lalu Lidya kembali menuju pintu samping mobil, "Eh tunggu Lid" kupanggil lagi Lidya.

"Apa lagi!?"

"Hp ku ketinggalan di kamar"

Kulihat Lidya menghela nafasnya, aku tahu dia kesal, "Yaudah ambil cepetan!" tegasnya.

"Tunggu sini ya hehehe"

Segera diriku bergegas kembali ke dalam rumah untuk mengambil ponselku yang tertinggal.

Melody Pov End

***

Lidya Pov

Melody Nurammdhani Djuhandar selain mempunyai sifat manja dan posesif, satu hal sifat yang tak terduga di dalam dirinya yaitu pelupa. Biar pun begitu, tak mengurangi rasa sayang dan cinta ini padanya.

Sekitar 5 menit aku bersandar pada badan mobil dan melihat waktu di jam tanganku. Akhirnya Melody kembali lagi dan melambaikan tangan menunjukkan ponselnya.

"Gak lama kan hehehe"

Aku hanya memutar bola mataku malas menanggapinya, "Udah semua kan? gak ada yang ketinggalan lagi?" tanyaku memastikan untuk terakhir kalinya.

"Gak ada kok, yuk"

Aku mengangguk dan menarik pintu mobil, akhirnya bisa berangkat jalan-jalan, tetapi anehnya aku tidak bisa membuka pintu mobil ini, "Mel, buka pintunya" seruku keras, tetapi tak ada jawaban darinya, "Melody?, kamu ngapain sih?" kutengokkan kepalaku untuk melihat apa yang dilakukannya.

"Hehehe" tapi yang kulihat dia sedang tertawa nyengir.

Dahiku mengernyit melihatnya, "Kenapa?"

"Kunci mobil ketinggalan"

"Oh Tuhan" kuremas kasar wajahku dan mulai merasakan kepeningan di sekitar kepalaku.

"Ahhh....iya-iya, aku ambil dulu kuncinya di dalam, tunggu di sini ya sayang" Melody pun langsung angkat kaki seribu meninggalkanku sekali lagi.

Tak habis pikir diriku dengan sifat pelupanya, tapi aku berharap dia tidak melupakan cara mengemudikan kendaraan nantinya. Sekitar 5 menit berlalu akhirnya Melody kembali lagi dengan kunci mobil di tangannya.

"Hehehe, maaf ya sayang"

Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala, "Yaudah ayo buruan berangkat"

"Yeay, kencan malam hari"

Aku tersenyum senang melihat keceriaannya, pasti akan menyenangkan bersamanya. Melody pun langsung membuka pintu mobil dan duduk di kursi kemudi. Selanjutnya kami berdua berangkat jalan-jalan di tengah malam.

.

.

.

"Kita mau jalan-jalan kemana Lid?" tanya Melody memecah keheningan di dalam mobil.

"Hmm...kemana ya? main timezone?" usulku langsung.

"Jarang ada yang buka jam segini Lid"

Aku kembali berpikir menatap keatas, "Beli dan baca buku di Gramedia?"

"Yang lain"

"Latihan bela diri?"

"No! cape!"

"Belanja baju"

"Nooo!"

"Belanja alat make up?"

"Noooo!

"Main ice skating?"

"Nooooo!"

"Nonton bioskop"

"Lama-lama gue cipok lu Lid"

"Mau" ucapku manja tak menolak itu.

Tapi yang terjadi adalah Melody menarik paksa kepalaku dan benar-benar mencium bibirku secara brutal sambil dia menyetir mobil. Bagaikan meteran bensin kendaraan yang menunjukkan Empty tiba-tiba melesat menjadi Full. Bibirku dilumat habis olehnya dengan cepat sampai-sampai terasa sekali basahnya.

"Muachhh...... bioskop apan jam 11 malem? Mau nonton film horror? Ogah Lid"

Aku hanya terdiam karena sedang mengatur gejolak hasratku yang tiba-tiba tak wajar ini. Berat sekali untuk bernafas saat tanganku merasakan degupan jantung yang begitu cepat, "Terus apan dong?" tanyaku menggembungkan pipi karena semua usulanku ditolak olehnya.

"Yaudah kita makan pinggiran jalan aja yuk Lid?"

"Makan lagi? Kita kan tadi udah makan Mel"

"Masih laper"

"Tapi makan apa? Emang ada yang buka ya jam segini Mel"

"Liat aja nanti, yang penting cuma ada aku" ucapnya menunjuk diri sendiri, "Dan kamu" lanjutnya menunjuk padaku.

"Lama-lama aku gak bisa berhenti senyum loh kalo sama kamu terus"

"Senyummu adalah senyumku juga"

"Aihhhh... dah dah, aku gak kuat, makin cinta sama kamu"

"Hahaha, muka kamu merah Lid"

Aku tersipu malu, sehingga kuputuskan untuk menatap jalanan pada jendela samping mobil. Jalanan raya yang terlihat sepi dan hanya terlintas beberapa kendaraan berlalu lalang pun terasa mengasikkan sekali karena Melody tak pernah membuatku berhenti tersenyum.

Hingga aku dan Melody telah sampai pada sebuah restoran kecil, bisa disebut kedai makanan di pinggiran jalan.

"Sampe Lid" ucap Melody setelah memarkirkan mobilnya di pinggiran jalan.

Aku pun turun dan melihat kedai sushi yang lumayan mewah, ternyata masih ada saja yang buka tengah malam begini, bahkan sangat ramai sekali, "Kamu sering kesini?" tanyaku saat Melody sudah menggandeng tanganku.

Melody mengangguk, "Selesai latihan theater aku sama Frieska sering makan disini, yaudah yuk"

Selanjutnya aku dan Melody langsung memilih tempat duduk yang kosong dan saling berhadap-hadapan. Banyak sekali pelanggan yang berkunjung di sekitarku. 

Sejenak aku menopang daguku dengan tangan diatas meja sambil memandangi wajah Melody yang terlihat sedang serius mengulik daftar menu.

"Cantik" gumamku tersenyum sendiri, banyak orang mengatakan jika seseorang sedang berwajah serius, maka daya tariknya akan semakin bertambah, terbukti dari yang kulihat pada Melody saat ini. Tak bosan terus kupandangi wajah seriusnya.

"Pesen Lid, bukan liatin aku, aku bukan sushi" tegurnya tanpa mengalihkan pandangannya dari daftar menu.

"Kamunya cantik, bikin laper"

"Ya ampun, ini pujian ngeselin"

"Hihihi, yaudah aku pesenin yang biasa kamu sering beli aja sushinya"

"Minumnya?"

"Es teh tanpa gula" jawabku tersenyum penuh arti.

"Pasti kamu mau bilang gini 'gak usah pake gula, karena liat kamu aja udah manis' ya kan?"
Aku terkekeh malu karena gombalanku berhasil ditembak tepat olehnya, "Yah... udah biasa ya?"

"Huu... biar aku aja kalo gitu, aku mau pesen sushi gak pake sambel wasabi pedas"

"Dih... rasanya kan malah jadi hambar Mel"

"Iya kamu bener Lid, sama kalo aku tanpa kamu, rasanya hambar"

"Aihhhhh.... Pulang-pulang gue trampolin di atas kasur gara-gara gesrek"

"Hahaha, gitu kalo ngegombal" ledeknya, lalu dia memanggil pelayan restoran.

Melody memang selalu bisa membuatku tak berhenti tersenyum dan tertawa, mungkin aku terlihat gila, tapi karena memang aku bahagia bersamanya.

Kupandangi terus wajah Melody yang sedang berbicara dengan pelayan wanita. Manis, natural, dan cantik, apalagi yang harus di deskripsikan selain itu? Mungkin jika di gabungkan menjadi sempurna.

CTIK

CTIK

"Lid, Lidya, cie liatin aku mulu daritadi, sayang ya?"

Segera aku tersadar dari lamunanku, "Hehehe, abis gak bosen liatin kamu terus"

"Oh ya? coba aku bales" Melody pun melakukan hal yang sama sepertiku. Menopang dagunya dan menatap dalam mataku.

Aku dan Melody pun terdiam dan saling melempar senyum menikmati pandang memandang wajah satu sama lain, "Kamu lagi liat apa sayang?" tanyaku penasaran.

"Ada aku di bola mata kamu"

Aku tertawa kecil mendengarnya dan merasakan kebahagiaan begitu besar, "Meleleh aku dengernya" Tanganku pun terulur kedepan untuk menggenggam kedua tangannya yang terasa hangat, "Ada tiga hal yang paling aku sukai di dunia ini loh Mel" ucapku ingin merayunya lagi.

"Hmm... apa tuh Lid?"

"Matahari, bulan dan kamu, tau kenapa?"

"Kenapa tuh?"

"Matahari itu untuk siang hari, bulan untuk malam hari dan kamu untuk selamanya"

"Owwww... so sweet banget, belajar darimana sih?, bawa aku ke dokter kalo gitu Lid?"
Alisku terangkat mendengarnya, "Ke dokter? Kamu mau ngapain sayang?"

"Periksa jantung, kenapa setiap deket kamu jantungku selalu berdebar-debar"

"Ya ampun~~~"

Belum selesai aku terpukau. Jari telunjuk Melody menempel di bibirku, "Kamu tau penyebabnya apa Lid?"

Aku menggelengkan kepala tidak tahu, "Apa sayang?"

"Dokter periksa jantung aku dari stetoskop, tapi yang kedengeran cuma nama kamu disini Lid" ucapnya menunjuk dada, tepatnya bagian hati.

"Lemah dah aku.... gak kuat, aku kalah main gombal-gombalan sama kamu" Melody memang paling bisa membuat hatiku tersentuh dan menjadi lunak di setiap ucapan manisnya.

"Aku sayang kamu Lidya" bahagianya aku mendengar itu.

Aku mengangguk dan mencium punggung tangannya yang berada dalam genggamanku, "Aku lebih sayang kamu Melody"

Tak terasa aku berbincang  mesra dengan Melody. Pesanan sudah diantar oleh pelayan. Dua porsi sushi siap dihidangkan.

"Selamat menikmati" ucap ramah pelayan.

"Yeayyy... mari makan" ucap Melody begitu senang sudah siap dengan sumpit di tangannya.

"Tunggu Mel" kutahan tangannya yang hendak menyumpit makanan, "Kita foto dulu dong buat bukti" ajakku saat sudah menyiapkan ponselku.

Melody mengangguk dan tersenyum, kemudian aku beralih mendekat duduk di samping Melody.

"Mba-mba, permisi" kupanggil salah satu pelayan yang kebetulan lewat.

"Iya ada yang bisa saya bantu?"

"Boleh saya minta tolong fotoin?" ucapku sambil menunjuk diriku dan juga Melody.

"Oh bisa-bisa, mari saya foto" setelah itu aku memberikan ponselku pada sang pelayan, kemudian merapatkan dudukku pada Melody dan menghadap kamera ponselku sambil tersenyum manis.

"Siap ya mba, 1, 2, 3"

KLIK

"Udah mba"

"Oke, makasih ya mba"

Setelah itu pelayan kembali ke tempat dan aku melihat hasilnya sendiri bersama Melody, tentunya ingin kupasang di sosial media nantinya sebagai kebanggaan.

"Yaudah makan lagi Lid"

Aku mengangguk dan kembali ketempat dudukku, lalu mengambil sumpit dan menikmati makanan bersama kesayangan di tengah malam,"By the way, hari besok agenda kita ngapain aja neh?" tanyaku sambil makan.

"Paginya ke kampus buat ambil ijazah, terus malemnya theater"

"Cie, Alhamdulilah udah sarjana Mel"

"Hehehe, iya perjuangan aku keras"

Aku mengangguk bangga dengannya, sudah cantik, pintar masak, pintar ngurus rumah, pintar gombal, penyayang, sarjana pula, "Beruntung banget deh aku punya kamu Mel"

"Haha, engga Lid, aku yang beruntung punya kamu yang selalu nemenin aku kapan pun"

"Iya Mel, namanya juga sayang, berarti kegiatan kamu hampir seharian besok Mel"

"Ya gitu deh, pasti cape banget Lid, huft" keluhnya menghela nafas cemberut. Sumpitnya pun di gigit dan tergantung di mulut. Membuatku gemas melihatnya.

Kutarik sumpit itu dari mulutnya dan mengambil satu buah sushi di piring. Tak lupa mencoleknya dengan bumbu pedasnya, "Tenang aja, besok aku temenin kamu seharian Mel"

"Uhhh.... Kesayangan, jadi semangat aku buat besok, hihihi"

Aku tertawa geli mendengarnya, "Bisa aja gemes mungilku, aaaa....." sumpit dengan sushi sudah kusodorkan di depan mulutnya.

"Ammm...."

Senyumku kembali terukir dikala melihatnya mengunyah di mulut dari suapanku. Aku harap malam ini pun bisa bersenang-senang lagi dengannya untuk hari berikutnya.

.

.

.

Tak terasa Dinner romantisku bersama Melody selesai hari ini, "Kenyang banget hari ini, walau cuma makan sushi doang" ucapku puas dengan perut terisi penuh.

"Sederhana tapi berharga buat kita berdua Lid"

"Ahh..iya kamu bener, sesuatu yang baru buat kita, kencan tengah malam dini hari" Melody mengangguk seraya menyedot es teh manisnya, "Sekarang kita mau ngapain lagi neh?" tanyaku bersedekap tangan di atas meja. Kulihat sebentar jam di tangan sudah menunjukkan pukul 1 malam.

"Langsung pulang, kita bobo buat aktifitas besok ya"

"Besok aku anterin kamu ke kampus ya Mel"

"Wah gak nolak sih Lid, sekalian kamu kuliah juga berarti"

"Asyik-asyik, anterin pacar kuliah"

"Jangan telat bangunnya ya"

Aku mengangguk cepat kemudian membelai sekali pipinya, "Yaudah yuk kita pulang sekarang, udah kemaleman" ajakku padanya. Melody mengangguk dan berdiri dari kursi, kemudian menuju kasir untuk membayar semua makanannya.

"Oh iya kita belum beliin Frieska sama Kak Naomi makanan Lid"

Kutepuk dahiku karena tidak mengingat hal itu juga, "Wah iya, keasyikan sama kamu jadi melupakan segalanya"

"Hahaha, masih aja manisnya keluar, yaudah pesen dulu makanannya, aku gak bawa dompet hehehe"

"Tenang aja soal itu Melody"

Aku pun memesan makanan, tak perlu lama setelah selesai dan membayar lagi. Waktunya aku dan Melody pulang dan keluar dari restoran.

Sambil berjalan, kepala Melody langsung menyandar pada bahuku sangat posesif, "Ngantuk" manjanya keluar.

Kuusap puncak kepalanya dan sekilas mencium aroma harum rambutnya, "Aku yang nyetir aja ya Mel, gantian"

Melody hanya mengangguk dan semakin mengeratkan sandarannya di bahuku. Malam minggu yang indah dan menyenangkan.

.

.

.

Suasana perjalanan pulang begitu terasa sepi sekali. Kutengok kesamping dan melihat raut wajah Melody yang begitu kelelahan sekali, bahkan matanya mengatup beberapa kali sambil menyandar pada kursi.

Sambil tetap fokus mengendarai. Tanganku terulur untuk menyelipkan rambut sampingnya, "Ngantuk ya?" tanyaku lembut, dan Melody hanya mengangguk pelan tanpa berucap sepatah kata pun, kasian sekali, pasti dia sangat lelah dan kekenyangan, "Tidur aja sayang, nanti aku bangunin kalo udah nyampe" lembutku terus mengusap pipinya.

"Gapapa kan Lid" lirihnya sangat lemas.

Aku tersenyum dan mengangguk. Membiarkan Melody tertidur manis selama perjalanan pulang. Setidaknya dia masih ada di sampingku.

.

.

.

Tak begitu jauh perjalanannya. Akhirnya aku tiba di rumah Melody dan memarkirkan mobil di dalam garasi, "Nyampe Mel" ucapku menengok ke samping, "Wah masih tidur ya" monologku sendiri sambil tersenyum melihat Melody masih nyenyak dalam tidurnya.

Kulepas sabuk pengamanku untuk menyondongkan badanku pada Melody. Kulihat sebentar wajahnya yang sedang tertidur. Itu membuatku tak bisa berhenti tersenyum memandanginya.

Ternyata selain saat berwajah serius. Seseorang akan terlihat manis saat sedang tertidur. Inilah yang kulihat pada Melody. Dia manis sekali.

Kepalaku pun lebih mendekat pada keningnya, lalu mengecupnya lembut, "Hey, bangun yuk, udah nyampe neh sayang" lirihku pelan, perlahan-lahan matanya pun terbuka. Wajah manisnya tiba-tiba berubah menjadi sangat polos saat bangun tidur, lucu sekali, "Masih ngantuk rupanya" Akhirnya karena Melody masih mengumpulkan nyawanya sehabis tidur. Kuputuskan untuk membuka sabuk pengamannya.

Kemudian keluar lebih dulu dari kursi kemudi dan memutari mobil membuka pintu samping. Segera kubantu Melody dengan memegangi tangannya untuk turun dari mobil.

Tak terkira olehku dia langsung menempel erat pada bahuku, kedua tangannya terasa terikat kuat di pinggangku, "Ulululu, kesayangan lemes banget"

Melody terdiam dan kulihat dia hanya memejamkan mata sangat nyaman di pundakku. Kubiarkan saja, mungkin malam ini Melody membutuhkan istirahat yang cukup.

Langkah kaki kuseret masuk kedalam rumah. Kak Frieska yang membukakan pintu pun melihat dan langsung bertanya padaku, "Mba Imel kenapa?"

"Kekenyangan" jawabku.

"Ckckckck, nempel banget sama kamu Lid, yaudah langsung tidur ya di kamar, biar seger besoknya"

Aku mengangguk dan langsung memberikan Kak Frieska sebuah kantong plastik besar sesuai permintaannya, "Ini sushi kak"

"Wah, makasih ya, repotin jadinya Lid"

"Sama-sama, Kak Naomi mana?" tanyaku penasaran.

"Ada di kamar, yaudah kamu langsung tidur ya"

Aku mengangguk dan masuk kedalam. Sedaritadi Melody hanya terdiam mendengarkan. Matanya pun tetap terpejam, tapi langkahnya terus bergerak mengikutiku naik ke lantai atas, hingga sampai pada kamarnya.

KRIEETT

Segera kubawa Melody menuju kasur, perlahan-lahan kuletakkan tubuhnya di atas kasur empuk. Dia pun langsung tergeletak nyaman sekali tanpa membuka matanya.

Aku sendiri tak tega membangunkannya. Pada akhirnya aku membukakan sweater yang di kenakannya, tak lupa membuka sepatunya, kemudian menggendong tubuhnya pada bantal agar lebih terasa nyaman.

Setelahnya aku beranjak dari kasur setelah mencium sebentar keningnya, lalu menuju kamar mandi untuk bersiap-siap tidur. Dari mulai cuci kaki dan tangan, gosok gigi, lalu berganti pakaian piyama untuk tidur.

Setelah selesai aku kembali ke kamar tidur dan menuju ke kasur, lalu melihat Melody yang sepertinya sudah nyenyak sekali dalam tidurnya. Apa boleh buat aku pun ikut berbaring di sebelahnya, kemudian kutarik selimutnya untuk menutupi tubuhnya, "Good Night sayang, mimpi indah, I Love You" bisikku pelan dan tak lupa mencium pipinya.

Kupeluk posesif tubuh terlentangnya untuk memberikan kehangatan dan kenyamanan, lalu memejamkan mata. Semoga malam mingguku yang indah bersamanya hari ini bisa lebih menyenangkan lagi esok hari, hidupku sudah sangat sempurna bersamanya.

Lidya Pov End

***

Continue Reading

You'll Also Like

805K 84.2K 57
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
285K 22.1K 102
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
214K 32.7K 59
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
118K 9.6K 86
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...