You're My Propeller (Complete...

By Okahaw

102K 5.2K 1.2K

Untuk membaca cerita ini silakan di-follow terlebih dahulu, karena ada beberapa Part diprivat :) . . Karena C... More

0
Part 1
Part 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART XI
PART XII
PART XIII
PART XIV
PART XV
Intermezzo
PART XVI
PART XVII
PART XVIII
Part XX
PART XXI
PART XXII
PART XXIII
PART XXIV
PART XXV
PART XXVI
PART XXVII
PART XXVIII
PART XXIX
Author Note
PART XXX
PART XXXI
PART XXXII
PART XXXIII
PART XXXIV
PART XXXV
PART XXXVI
PART XXXVII
PART XXXVIII
PART XXXIX
PART XL
PART XLI
PART XLII
PART XLIII
Cuap-cuap Author
PART XLIV
PART XLV
PART XLVI
PART XLVII
PART XLVIII
PART XLIX
PART L
PART LI
PART LII
PART LIII
PART LIV
PART LV
PART LVI
PART LVII
PART LVIII
PART LIX
PART LX
Pengenalan Tokoh
PART LXI
PART LXII
PART LXIII
PART LXIV
PART LXV
PART LXVI
PART LXVII
PART LXVIII
PART LXIX
PART LXX
PART LXXI
PART LXXII
PART LXXIII (Not The End)
Kabar Gembira
REZA SIDE STORY
THE WEDDING
Extra Part 1
SEGERA
New Story

Part XIX

1K 63 2
By Okahaw


Hello my beloved cinghu, tolong beri aku semangat dong biar tetap bisa lanjut, hahaha

Karena memang rasanya berat sekali menulis ini, inspirasinya udah mau menikah dengan orang lain.

Jadi berasa hampa gitu ya hhhaa...

Yodah dari pada kelamaan langsung baca aja

***

Istirahat pun tiba rasanya Henny sudah tidak bisa menahan gejolak yang terjadi dalam perutnya. Segala macam penduduk di dalam perutnya hampir saja menjatuhkan penguasanya. dengan segera dia ke kantin untuk menikmati makanan kesukaannya, Gado-gado, kebanggan masyarakat Indonesia. 

Henny melihat seseorang mendekatinya dengan tatapan yang sulit diartikan. Mungkin orang itu sedang menatap oranglain. la meraih ponsel yang sebenarya jarang sekali di bawanya, dia lebih suka membawa ponsel yang kecil dan dapat digunakan untuk menelpon dan SMS saja. Tapi, dalam keadaan seperti ini Ponsel adalah penyelamat dalam kesepian.

Henny menunggu pesanannya datang. Ia meminum es jeruk yang ada di hadapannya dan tiba-tiba orang yang menatapnya dari jauh sudah berada di hadapannya.

"Eh, Ibu," Henny tersenyum tak enak, bayangkan saja seorang WIDYA Pramaheswari sudah berada di hadapannya. Bos kepala di perusahaannya.
'Ya Allah Aisyah kagok YaAllah'

"Saya di sini kamu tidak keberatan kan?" seru Widya senyum tapi terdengar tegas.

Ah, Henny rasanya tidak mampu mengangkat wajahya, dia mengangguk pelan sekilas menatap wanita cantik di hadapannya.

"Ini, Mba!" sebut saja Bi Ijah penjual kantin itu mengantarkan pesanannya. Henny tersenyum manis seraya berterima kasih.

Henny menoleh ke arah wanita di depannya yang terlihat sedang terkagum-kagum pada makanannya. Seakan Gado-gado itu lebih menarik dari apapun yang ada di sekitarnya saat ini. Henny menggeser Gado-gado itu ke depan bu Widya. membuat dua bola mata itu terkejut dan sepersekian detik berubah berbinar.

"Ini untuk Ibu saja, saya pesan satu lagi aja," Henny berdiri dan baru berapa langkah dia membalikkan badannya.

"Ibu It-" Henny terperangah melihat apa yang dipandangnya sekarang, wanita itu menangis sesunggukkan, dan Henny tidak mengerti apa yang terjadi. dengan Cepat Henny menghampiri wanita itu.

"Buuu! Ibu Kenap-" belum sempat Henny melanjutkan kata-katanya wanita di depannya sudah terkulai lemah. apa yang salah dengan makanannya?

Henny terlihat sangat cemas dan dia masih berusaha untuk mengangkat tubuh yang bahkan jauh lebih besar dari tubuhnya.

"MAMAAAAAAA?!" teriak Henry setengah berlari, dengan cepat dan wajah yang khawatir Henry menggendong Mamanya menuju klinik Perusahaan dan tentu saja VVIP Room. 

Disanalah Henny berakhir, dia terduduk dengan kedua lutut dirapatkan dan tanggannya yang masih bertautan, begitu juga dengan bi Ijah yang sudah ada disana, jangan lupakan Henry yang mondar-mandir di depan pintu ruangan dan menatap tajam kepada Henny dan Bi Ijah bergantian. Ada pula Diva disana memainkan perannya sebagai orang yang mendramatisir keadaan.

"Kalau sampai nyokap Gue kenapa-napa gue pastiin lo berenti sekarang juga!" teriak Henry yang masih tertahan.

"Tapi, saya yakin Pak, saya tidak menaruh apa-apa di dalam makanan Ibu, sebelum Ibu juga ada yang memesan lain, tapi dia tidak kenapa-napa," penuturan jujur Bi Ijah terkesan malah sedang membela diri dan melimpahkan kesalahannya kepada Henny. 

Henry berpikir sejenak, benar juga menurutnya pengakuan dari Bi Ijah. Berarti yang berkemungkinan mencelakai Mamanya adalah wanita yang duduk satunya. Henny sama sekali tidak membela dirinya, dia masih Shock semuanya terjadi begitu tiba-tiba.

"Lo! apa yang lo lakuin sama, Bu Widya? Ngakuuuu LO!?" suara Diva sangat mengintimidasai dan Henny benar-benar merasa terpojok. sekarang dia hanya bisa berdoa semoga Bu Widya tidak apa-napa. 

"Boleh balik kembali, Bi," Diva mengijinkan Bi Ijah kembali dan dengan cepat Bi Ijah berdiri dan sebelumnya dia mengucapkan terima kasih sambil tersenyum lebar.

Kini Henry dan Diva menatap Henny dengan kejam seoalah akan membunuhnya, Henny dengan cepat mengangkat wajahnya. Matanya yang syahdu itu menatap dengan tatapan memohon kepada Henry untuk mendengarkan penjelasannya.

sementara di ruangan itu belum ada kabar dari Mamanya. Ia mulai cemas, sekelebet bayangan kasus Kopi Sianida memenuhi isi otaknya. dia menatap wajahnya Henny dengan tatapan menilai.

"MULAI SEKARANG LO GUE PECAT!!!" 

Henny tercekat mendengarnya, apa yang baru saja terjadi, mengapa semuanya terdengar tiba-tiba. dengan senyum senang Diva yang berada di sebelahnya membuka mulut tanpa bersuara. "PERGI SEKARANG JUGA!" melihat itu, ingin rasanya Henny menangis sekencang-kencangnya. Tapi ya, mungkin sekarang dia memang harus berhenti. 

"Tap-tapi, Pak?" memang bukan yang tepat untuk membantah, Henny mencoba peruntungannya walaupun hanya nol koma persen akan berhasil.

"Gue rasa lo denger dengan jelas apa yang gue ucapin!" benar, sudah tidak ada kesempatan sama sekali bagi Henny.

"Maaf Pak, Mba, saya permisi," Henny berdiri dan berjalan gontai mendengar kata-kata yang baru saja didengarnya PECAT? padahal dia baru saja ingin mengajak Mamanya pindah mengikutinya. mengingat memang Mamanya sering sendirian di rumah, sedangkan Abangnya sedang tugas di Papua. Papanya? ah, nanti saja Henny belum siap bercerita semuanya.

*

Setiba di meja kerjanya Henny membereskan barang-barangnya dan dimasukkan ke dalam sebuah kardus. membuat Rima dan Rifki kebingungan, apa teman mereka itu dipindahkan ke divisi lain atau bagaimana.

"Hen? Lo ngapain beres-beres bareng lo?" tanya Rifki yang membuat Henny berhenti sejenak dari kegiatannya dia mengumpulkan tenaga untuk tersenyum.

"Aku di pecat, Mas," jawab Henny sambil tersenyum namun sedetik kemudian dia menangis.

"Lah tunggu!! kok bisa?" tanya Rifki masih kebingungan Rima tidak bersuasara sama sekali dia merengkuh tubuh mungil juniornya itu dan menepuk-nepuk bahunya.

"Aku ngga tau tiba-tiba Bu Widya datang ke kantin dan duduk di depan aku, terus dia tertarik sama Gado-gado yang aku pesan, ngga lama bu Widya pingsan," Henny bercerita sesunggukan.

"Lah kok bisa?" Rifki masih belum percaya kalau Henny dipecat begitu saja.

"Yaudah Mas Rif, Aku pergi dulu ya, Mba Rima makasih banget semuanya. Dan juga Mas Rif ini tolong kalau nanti aku dimintai keterangan atas dugaan yang aku ngga tau bilang sama Pak Henry ini KTP aku," Henny memberikan KTP nya. Dan berjalan meninggalkan meja nya.

Henny sudah tiba di Kontrakannya dia bingung bagaimana menceritakan semuanya ke Mamanya. Bahwa mulai sekarang dia sudah tidak bekerja lagi. Apa dia harus balik ke kampung halamannya?

*

"TOLONG KELUARKAN SURAT PEMBERHENTIAN KARYAWAN BERNAMA HENNY SILVIA DIVISI PLANING ! SEKARANG JUGA!" perintah itu terdengar mengerikan.

tak berapa menit Henry sudah menerima back up surat pemberhentian melalui emailnya.

Begitu Henny pergi dari klinik tadi, Henry langsung menghubungi bagian administrasi karyawan, dan HRD untuk mengurus pemberhentiannya. Memang masalah ini terlihat kecil. Namun, jika sudah menyangkut dengan Mamanya itu menjadi besar dan sekarang Mamanya masih terkulai dalam tahap pemeriksaan.

Cekleeeeekk...

Pintu ruangan di mana tempat Mamanya dirawat terbuka. Henry langsung mendekati Dokter yang keluar dari ruangan itu.

"Gimana, Yan?" tanya Henry kepada Narayan yang menjabat sebagai Asisten Kepala Klinik di FHair

"Nyokap lo cuma shock soalnya tadi gado-gado yang dimakannya Pedas sekali. Dan itu ngga apa-apa, lo dicariin emak lo noh!" Narayan menepuk Bahu Henry sambil tersenyum.

Tanpa disuruh pun Henry akan segera mendatangi Mamanya kesayangannya. Widya sudah tertawa lebar dengan wajah yang sudah berseri-seri tidak sepucat sebelumnya. Henry menatap mamanya dengan tatapan menilai. Diva juga mendatangi Widya.

"Mah? Udah sehat?" hanya itu pertanyaan yang ada di otak Henry saat ini. Melihat Mamanya yang sudah tersenyum berarti memang Mamanya tidak apa-apa.

Mamanya mendelik ke arah Diva yang berdiri memasang muka sedih. Mamanya menunjuk pakai dagu meminta Henry untuk mengusir Diva dari ruangannya. Anggap saja Widya manusia kejam kalau sudah berhadapan dengan Diva.

Henry berbicara sebentar dengan Diva dan kemudian Diva mendekat "Tante, cepat sembuh ya," kemudian berjalan pergi meninggalkan ruangan yang di dominasi warna biru langit itu.

"Tadi Mama, Makan sama Henny, Kecmana dia sekarang, Hen?" tanya Mamanya sambil merapikan pakaiannya dan membenari hijab yang sudah berantakan.

"Udah Henry pecat!" jawab Henry enteng.

"APAAAAHHH???? APA YANG SUDAH KAMU LAKUKAN HENRY? KAMUUUUUU LANGSUNG PECAT DIA GARA-GARA MASALAH INI????" suara melengking Widya akhirnya keluar juga, Henry memejamkan matanya menetralkan gendang telinganya yang masih berdenging.

"Ma, bisa pelan ngga sih ngomongnya?" seru Henry berjalan mendekati Mamanya.

"Henry, kamu ini benar-benar ya. Mama ngga habis pikir sama sikap kamu," Widya menggeleng memegangi kepalanya yang berdenyut setelah berteriak sekuat tenaga.

"Yang buat mama pingsan Dia, jadi jangan salahkan Henry kalau Henry buat keputusan begini," Henry tak kaah sengitnya.

"Mama ngga mau tahu pokok ya kamu harus batalin pemecatan itu," Widya langsung berdiri dari tempat tidur nya dan berjalan sedikit sempoyongan.

"Ya, ngga bisa gitu dong, Ma," Henry mulai kesal dengan sikap semena-mena mamanya.

"Bisa! Mama masih atasan kamu! Atau kamu yang mama pecat, Mau?"

"Terserah Mama yang penting surat pemberhentiannya sudah diterima yang bersangkutan," tiba-tiba Widya berhenti melakukan kegiatannya memasang hijab.

"Sejak kapan kamu kekanak-kanakan begini Henry!"

"Sekarang yang kekakan-kanakan Aku apa Mama? Udahlah Ma, orang ga penting ini masih banyak yang lebih kompeten di luar sana yang mau masuk sini!"

"Henry! Mulai membantah Mama kamu ya?" Widya memasang wajah seramnya dan terlihat sedang mengintimidasi dan mengancam melalui Mata. Henry menggaruk kepalanya kasar dengan frustasi.

"Jelasin satu aja, alasan supaya Aku pertimbangkan keputusanku walaupun Mustahil."

Widya melirik tajam dan mendekati anaknya itu.

"Bukan dia yang bikin pingsan Mama, tapi Mama yang bikin pingsan diri mama sendiri." sepertinya Widya harus jujur meskipun memalukan.

"Whattttt??? Tell me then!"

"Of course."

***

Lanjut next part ya, dari pada kepanjangan entar bosan.

Typo masih banyak, dan mungkin next part bakal gue privat karena gue ngga mau cerita Abal gue bakal ada yang nirunya hhee...

Pokok ya intinya next privat hhii...

Saranghaeyooooo ♡♡♡♡

Continue Reading

You'll Also Like

2.6M 39.6K 51
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
144K 16.8K 15
Usaha kan baca dulu 'Tentang Kita' Untuk memahami setiap karakter yang tercipta di cerita absurd ini. GOMAWO...
1.9M 147K 39
"Enggak lah, makanan warung tenda malah lebih enak. Gimana? Kamu mau nggak? Saya udah laper banget." Kata Dira sambil memegangi perutnya. Reno tersen...
459K 32.7K 41
[DISARANKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠] Collabrotion with @elsye91 (Romantic-Comedy) Why are we mad at each other? Is it necessary to making such a...