Aku mencoba menemui Madame Genevieve di belakang butiknya saat Lisette sedang sibuk pengepasan. Ia terkejut melihatku dan lebih terkejut lagi saat mengetahui aku meminta pekerjaan padanya. Awalnya ia menolakku karena aku adalah anak perwalian Dowager Marchioness, tapi setelah kujelaskan kesulitanku akhirnya ia mengerti dan memberikanku jahitan yang bisa kubawa pulang untuk kukerjakan di Blackmere Park. Malah Madam Genevieve juga memberiku uang muka padahal aku belum mengerjakan orderan itu. Alasannya karena aku mengingatkan pada dirinya dulu saat melarikan diri dari Perancis ke Inggris dan belum memiliki butik sebesar sekarang.
Catatan harian Kaytlin de Vere
==============================
"Beberapa gaun kalian sudah datang tadi, hanya saja masih dibersihkan kembali oleh pelayan." ucap Dowager Marchioness saat sarapan pagi.
"Benarkah?!" Kaytlin dan Lisette berseru bersamaan. Mereka merasa senang dan tak sabar ingin melihatnya. Ini pertama kali mereka memiliki gaun fashionable yang dibeli di Bond Street.
Dowager Marchioness mengangguk. "Raphael sudah mencarikan undangan pesta bangsawan lain lewat Lord Vaughan. Semakin sering menghadiri pesta, kesempatan Lisette untuk mendapatkan pasangan akan lebih besar."
Kaytlin dan Lisette mendengarkan dengan antusias.
"Mendengarnya saja membuat kami merasa gugup, tapi juga senang. Kami akan menghadiri pesta dansa!" Lisette berseru tak percaya.
"Benar," Dowager Marchioness tersenyum melihat reaksi Lisette. "Kalian harus menjaga performa kalian baik-baik di sana nanti."
"Pasti." Lisette mengangguk lalu menoleh pada Kaytlin sambil memperlihatkan keriangannya. Kaytlin juga ikut senang untuk itu.
"Apakah Lord Blackmere nanti akan ikut ke sana juga?" tanya Kay mengingat pria itu yang mencarikan undangan.
"Entahlah. Raphael sudah lama tidak mengikuti pergaulan. Kira-kira sudah lima tahun ia tidak pernah hadir di pesta manapun."
Kaytlin dan Lisette mengangguk mengerti. Kaytlin melihat sekeliling dan pagi itu pria yang mereka bicarakan tidak ada di sana.
Sudah empat hari mereka ada di Blackmere Park, dan baru pagi ini Kay menyadari bahwa mereka selalu sarapan dan makan malam bertiga. Marquess of Blackmere tidak pernah hadir.
"Milady...apa Lord Blackmere tidak ada di sini?" akhirnya Kaytlin bertanya.
"Apa kau ada perlu dengan Raphael?"
"Tidak ada." Kaytlin menggeleng.
Dowager Marchioness menunjukkan raut heran. Lisette juga ikut menatapnya dengan pandangan serupa. Kaytlin merasa sangat malu. Entah kenapa ia juga ingin tahu tadi. Sudah dua kali ia bertanya tentang Lord Blackmere. Ya Tuhan.
"Maafkan jika aku salah bertanya..."
"Ia ada di sini, tapi ia sudah biasa sarapan dan makan malam sendiri. Apalagi hari ini beberapa temannya datang. Dia tidak banyak memiliki teman, jadi pasti ia lebih memilih menemani mereka. Jika ada yang tidak kalian mengerti, tanyakan saja padaku."
***
Matahari sudah tidak terlalu terik saat Kay masuk ke hutan dan berjalan di jalan setapak. Ia masih ada di area Blackmere Park meski sudah berjalan cukup jauh. Lisette masih melakukan pengepasan pakaian dan begitu banyak orang berlalu lalang di kamar mereka sehingga Kay tidak mungkin bisa mengerjakan jahitannya. Jadi ia memutuskan untuk membawa satu dan mengerjakannya di taman sambil memberi makan bebek-bebek di sungai, melempar batu dan beberapa kegiatan tak berguna lainnya. Kay bergegas kembali setelah bosan, tapi ia malah tertarik untuk masuk ke hutan lebih dalam. Sejak dulu ia memiliki jiwa petualang dan rasa ingin tahu yang tinggi.
Siang terasa lebih lama dan membosankan karena musim panas telah tiba. Satu-satunya hiburan bagi masyarakat di musim panas ini adalah season di mana mereka akan menghadiri banyak pesta dan bertemu dengan manusia lain untuk membicarakan gosip atau skandal terbaru. Kay agak sangsi bagaimana ia akan berbaur dengan mereka nanti. Ia tidak memiliki kenalan satu pun di London. Dan ia juga tidak tahu gosip apapun yang sedang terjadi.
Tapi ia juga tidak berharap terlampau besar pada hidupnya dalam lingkup sosial London nanti.
Tiba-tiba Kay mendengar suara tembakan hingga ia terkesiap sambil berjongkok menutup telinganya.
"Ya Tuhan!! Apa kau tidak apa-apa, Miss?!"
Sebuah suara membuat Kay terkejut. Ia menoleh ke asal suara yang berasal dari sebelah kanan jalan dan melihat ada seorang pemuda berambut pirang bergelombang di sana sedang berlari menghampirinya. Tampaknya ia bangsawan dilihat dari penampilannya yang elegan meski hanya memakai kemeja putih, rompi tanpa jas dan celana cokelat yang dibungkus sepatu bot hitam. Di tangan kanannya tergenggam senapan yang biasa digunakan untuk berburu.
"Aku hanya terkejut." sahut Kay dengan napas pendek-pendek. Pria tadi memegang tangan Kay untuk membantunya berdiri.
"Apa kau tidak tahu di sini wilayah untuk berburu?"
"Berburu?"
"Benar. Hari ini kebetulan kami berburu. Blackmere mengajakku."
"Apa Anda tamu Lord Blackmere?" tanya Kay.
"Begitulah."
"Maafkan aku. Aku tidak apa-apa. Aku akan kembali." Kay bergegas pergi dari tempat itu. Ternyata ia memang sudah berjalan terlalu jauh.
"Tunggu. Boleh aku berkenalan denganmu, Miss?" pemuda itu berjalan mengikuti Kay. Ia terlihat baik dan ramah jadi Kay pun tidak keberatan jika menjadi temannya. Di desa ia biasa berteman dengan laki-laki maupun perempuan.
"Tentu saja. Namaku Kay."
"Aku selalu senang berkenalan dengan wanita biasa. Tidak perlu aturan yang menyebalkan. Namaku George." Pria bernama George itu menghadangnya hingga Kay berhenti.
"Senang berkenalan dengan...Anda." ucap Kay dengan canggung. Ia tidak tahu harus memanggil apa karena pria bernama George itu memperkenalkan diri dengan nama, bukan gelarnya. Entah pria itu bergelar atau tidak. Pria itu kini menatapnya naik turun dan Kay merasa tidak nyaman.
"Apa kau baru bekerja di sini? Aku tidak pernah melihat..."
"Sommerby, apa kau ada perlu dengannya?" sebuah suara yang Kay kenal menyela pembicaraan itu. Lord Blackmere ada sekitar sepuluh langkah di depan mereka bersama pria yang dulu Kay lihat saat pertama kali datang ke sana.
"Aku belum pernah melihat yang satu ini sebelumnya." sahut George dengan santai. Berarti pria itu benar bangsawan karena Lord Blackmere memanggil George dengan gelarnya.
"Dia tamu nenekku di sini. Bukan pelayan."
"Oh, Tuhan," George menatap Kay naik turun. "Kupikir siapa..."
"Aku tidak akan memberitahu siapa-siapa. Begitu juga dengan Vaughan." Lord Blackmere melirik teman yang berdiri di sebelahnya.
"Baiklah, aku merasa lega kalau begitu. Sekarang aku akan mencari Garth kembali. Tadi ia meninggalkanku." ucapnya sebelum berlalu.
Kaytlin kebingungan. Mengapa pria cepat-cepat ingin pergi seakan menghindari sesuatu. Ia masih berdiri diam di tempatnya sebelum menyadari bahwa Lord Blackmere dan temannya tadi berjalan mendekat.
"Miss de Vere. Apa yang kaulakukan di sini?"
Lord Blackmere juga memakai pakaian yang sama dengan pria tadi tapi entah kenapa Kaytlin merasa ketakutan dengan tatapan yang diberikan pria itu padanya.
"Aku...berjalan-jalan..."
"Sendirian?" Lord Blackmere memicingkan mata.
Kaytlin tanpa sadar melangkah mundur karena ketakutan. "Kupikir tidak ada yang salah..."
Lord Blackmere tersenyum sinis. "Kaupikir tidak ada yang salah?" Ia terus melangkah ke arah Kaytlin hingga punggung Kaytlin menyentuh sesuatu. Kaytlin berbalik dan menemukan dirinya berhadapan dengan sebatang pohon. Ia terpojok. Baru saja ia berbalik dan hendak kabur, Lord Blackmere sudah ada di hadapannya hingga membuat Kaytlin terkesiap.
"Apa kau tahu apa yang akan terjadi pada seorang wanita yang berjalan sendirian?" kedua tangan Lord Blackmere memerangkap Kaytlin di sana sehingga ia tidak bisa kabur. Kaytlin begitu ketakutan.
"Jawab, Miss de Vere! Dalam situasi semacam ini apa yang akan kaulakukan? Diam saja atau berteriak?"
Pertanyaan itu membuat Kaytlin kebingungan. Ia masih menatap ngeri pada wajah Lord Blackmere yang kini hanya ada beberapa senti di depannya.
"Ber...berteriak?" sahut Kaytlin terbata-bata. Semoga itu jawaban yang benar.
Lord Blackmere terdiam sejenak lalu menggeleng-geleng. "Pilihan yang buruk. Semua orang akan datang dan reputasimu akan tercemar."
"Tapi tadi kami tidak melakukan perbuatan yang salah..."
"Tidak ada yang akan peduli hal itu. Sekali seorang gadis ditemukan hanya berdua dengan seorang pria maka gadis itu sudah tercemar. Yang dapat menyelamatkanmu hanyalah lamaran pernikahan. Itu kalau si pria mau melamarmu. Kalau tidak, seumur hidup kau akan dikucilkan..."
Pantas saja George tadi terlihat lega saat Lord Blackmere dan temannya mengatakan ia tidak akan memberitahu siapa-siapa. Pria itu merasa lega Lord Blackmere tidak menyuruhnya menikahi Kay. Berarti George mengiranya seorang pelayan yang bisa ditiduri sesuka hati seperti yang Kay dengar biasa dilakukan para bangsawan. Tapi masa seorang wanita bisa tercemar hanya karena tepergok berduaan dengan pria meski hanya berkenalan?
Kaytlin menggeleng sambil menatap tak percaya pada Lord Blackmere. "Itu konyol sekali."
"Itu kenyataan."
Kaytlin menggeleng-geleng semakin keras.
"Blackmere, kau menakutinya," sela Derek sambil tertawa.
Kaytlin hampir lupa bahwa mereka tidak sendirian. Entah ia harus merasa lega atau malu. Yang jelas ia sekarang begitu ketakutan seperti yang dikatakan teman Lord Blackmere. Untunglah Lord Blackmere mundur selangkah dan berhenti memojokkannya. Sedetik lagi dalam posisi semacam tadi, Kaytlin pasti akan pingsan.
"Jadi kau sudah mengerti maksudku, bukan?" tanya Lord Blackmere tanpa mengubah tatapan tajamnya yang mengintimidasi pada Kaytlin.
Kaytlin tidak menjawab sejenak. Ia hanya berdiri diam sambil berusaha menutupi kegugupannya. Semoga Lord Blackmere tidak memberitahukan apa yang terjadi pada Dowager Marchioness. Kay pasti merasa sangat malu pada wanita tua itu.
"Ba...bagaimana kalau aku diam saja?" akhirnya ia bertanya lagi setelah keheningan yang terjadi selama beberapa saat.
"Kau akan tetap tercemar," Lord Blackmere mendengus. "Dalam artian sebenarnya malah."
"Jadi apa yang harus kulakukan?"
"Tidak ada. Jangan pernah berjalan sendirian lagi," Raphael mengedikkan bahu. "Kecuali kau sengaja ingin menjebak seseorang untuk mencemarimu...atau...memang seperti itu tujuanmu?"
Kaytlin terbelalak hingga mulutnya membentuk huruf O. Dan setelahnya ia menggeleng-geleng. "Aku tidak seperti itu."
Dan percakapan itu tidak berlanjut lagi karena Lord Blackmere pergi meninggalkannya.
"Jangan khawatir. Blackmere hanya bergurau," hibur teman Lord Blackmere sambil mengedipkan sebelah mata sebelum meninggalkan Kaytlin juga.
Bergurau?
Kalau yang seperti tadi disebut sebagai gurauan, Kaytlin tidak bisa membayangkan bagaimana kalau Lord Blackmere serius.
🍀🍀🍀