[ run ]
- Busan -
- 1.45 pm KST
Setelah kembali ke penginapan, Jieun dan Jin segera bersiap-siap untuk kembali lagi ke Seoul.
Tok tok
Jieun segera berjalan menuju pintu kamar hotelnya.
Setelah itu masuklah pria tinggi nan tampan bernama Jin dengan wajah sedihnya.
"Sunbaenim? Ada apa?" tanya Jieun.
"Aku harap bisa berlama-lama disini." gumamnya lalu membaringkan diri di atas kasur.
"Sunbaenim, kalau mau tidur sebaiknya ke kamarmu saja." ucap Jieun sambil membereskan pakaiannya.
"Kau sudah berkemas? Aku saja belum." ujar Jin setelah melihat kegiatan Jieun.
"Aku tidak mau repot nantinya. Lebih baik aku berkemas sekarang saja." balas Jieun dengan kekehan.
ⓑⓤⓛⓛⓔⓣ
- Seoul -
-2 pm KST
"Apa yang membawa kalian kesini? Apa telah terjadi sesuatu dengan anakku?" tanya nyonya Han dengan was-was.
"Jieun tidak apa-apa eommonim. Kami ingin bertemu denganmu." jawab Namjoon tampak berhati-hati.
"Baiklah. Ada apa Namjoon-ssi?" nyonya Han tampak penasaran.
"Anda pasti tahu kalau kami sedang mengerjakan kasus besar." Namjoon memulai.
"Tadi rekanku ini kembali memeriksa DNA tersangka kami. Lalu-" Namjoon terhenti.
Hyunjae pun menatap Namjoon.
"Lalu apa?" nyonya Han nampak kebingungan dengan sikap Namjoon.
Sementara Hyunjae sangat paham dengan keadaan namja itu.
"Maaf nyonya Han. Setelah aku memeriksa ulang DNA tersangka kami, aku menemukan kecocokan DNA antara tersangka kami dan Anda nyonya." Hyunjae mencoba melanjutkan penjelasan Namjoon.
"M-mwo? S-siapa tersangka kalian itu?" suara nyonya Han terdengar bergetar.
"Jeon Jungkook." jawab Hyunjae ragu.
Seketika nyonya Han melemahkan bahunya.
Butir-butir air dari matanya mulai mengalir melewati pipinya.
"T-tidak mungkin. I-ia masih hidup? T-tidak mungkin." nyonya Han terus sesegukan.
Hyunjae dan Namjoon hanya bisa diam dan terus menunduk.
"Jadi itu benar, eommonim?" tanya Namjoon mencoba memastikan.
"Kau tahu kan. Aku dan suamiku bercerai sudah sangat lama. Aku mendapatkan hak asuh Jieun, sementara Jeongguk atau yang kalian kenal sebagai Jungkook adalah kakaknya Jieun. Ia menjadi hak asuh ayahnya. Ayah mereka orang yang sangat keras dalam mendidik anak-anaknya. Bahkan ia keras kepadaku. Maka dari itu aku memutuskan untuk berpisah dengannya." nyonya Han terus bercerita sambil sesegukan.
"Apa yang terjadi padanya? Bagaimana keadaannya sekarang? Apa ia pernah menyebutkan keluarganya?"
Pertanyaan tersebut keluar bertubi-tubi dari mulut ibu Jieun.
Mau tak mau Namjoon menjawab dengan jujur dan berhati-hati agar tidak menyinggung perasaan nyonya Han.
"Namjoon-ssi, boleh aku menemuinya? Sebentar saja." pinta nyonya Han.
Namjoon nampak berpikir.
"B-baiklah, eommonim." Namjoon segera menyetujui permintaannya.
Setelah mengantar Hyunjae kembali ke crime lab, Namjoon segera menancapkan gas pedal mobilnya menuju rutan Seoul.
Setelah meminta izin, Namjoon dan nyonya Han menunggu sebentar selagi sipir penjara memanggil tahanan 2854 bernama Jeon Jungkook.
"Silahkan tuan, ruangannya sudah siap dan tahanan sudah berada di dalam." seorang sipir memberitahu Namjoon.
"Baiklah, terima kasih. Eommonim, Anda bisa masuk sekarang. Aku akan berjaga di luar." ujar Namjoon.
Kemudian nyonya Han segera menuju ruangan yang telah disediakan oleh sipir tadi.
Sebelum benar-benar memasuki ruangan tersebut, nyonya Han menarik nafas dalam-dalam dan berusaha menenangkan dirinya.
Ketika nyonya Han membuka pintu. Ia terhenti saat melihat seorang anak ah ani, seorang laki-laki berwajah pucat menatapnya dengan tatapan terkejut.
"J-Jeon Jeongguk." nyonya Han hampir kehilangan suaranya.
Air mata mulai keluar dari mata sayunya.
"K-kau benar Jeongguk kan? Ini eomma, Jeongguk-ah." nyonya Han segera menghampiri putranya yang masih terdiam.
Jungkook terlihat syok dan tubuhnya bergetar.
Namun ia mencoba membuat ekspresi sedingin mungkin.
"M-maafkan eomma. Maafkan eomma." nyonya Han menggenggam tangan Jungkook yang masih di borgol.
Jungkook mengedipkan matanya.
Ia menggerakan tubuhnya mencoba menghindari nyonya Han.
"Jeongguk, apa yang terjadi?" tanya nyonya Han yang sudah berpindah posisi menjadi berhadapan dengan Jungkook.
"Anakku, apa yang terjadi padamu?" tanya nyonya Han.
Lagi-lagi tidak ada balasan dari Jungkook.
Laki-laki itu hanya menatap kosong lawan bicara dihadapannya itu.
"Jeongguk-ah, kau tidak bersalah kan? Kau anak yang baik. Eomma tahu itu. Apa yang terjadi padamu? Eomma mohon berbicaralah, Jeongguk-ah." nyonya Han terus menangis sambil memohon kepada anaknya yang sudah sangat lama tak ditemuinya.
"Eomma sangat khawatir saat tahu kau berada disini. Eomma tidak-"
"Apa pedulimu." ujar Jungkook ketus dengan ekspresi yang dingin.
"Maafkan eomma. Kalau saja eomma tahu apa yang terjadi, eomma akan mengambilmu dan membawamu agar tinggal bersamaku. Sekarang katakan kepadaku, apa yang terjadi?" nyonya Han terus menatap Jungkook dengan air mata yang masih berlinangan.
"Seharusnya kau membawaku pergi dari awal!" bentak Jungkook.
Matanya mulai memerah dan nafasnya tidak teratur.
"Ini semua gara-gara kalian! Kalian yang membuatku seperti ini. Apa kalian tahu betapa tersiksanya batinku? Aku punya appa yang hanya menyayangi istri barunya, lalu aku juga punya eomma yang sama sekali tidak peduli padaku. Tch." Jungkook kemudian menendang meja di hadapannya.
Ia tidak dapat menahan emosinya.
Sudah lama sekali ia menunggu momen ini.
"Maafkan eomma, maafkan eomma" nyonya Han terus mengulang kata-kata itu.
Sementara Jungkook menatap ibunya dengan penuh benci.
"Apa yang harus eomma lakukan agar kau memaafkan eomma?"
"Tak ada gunanya lagi. Semuanya terlambat kau tahu." Jungkook berkata sinis.
"Ya! Sipir pendek! Aku sudah selesai! Kembalikan aku sekarang!" teriak Jungkook ke arah pintu.
Tak lama seorang sipir membuka pintu dan membawa Jungkook kembali ke dalam sel.
Namun, sebelum benar-benar pergi, Jungkook menatap sinis Namjoon yang berada di luar ruangan.
Namjoon segera menghampiri nyonya Han.
"Eommonim? Apa yang dikatakannya?" tanya Namjoon kepada nyonya Han yang masih terduduk lemas di dalam ruangan.
"Ini salahku. Seharusnya aku membawanya waktu itu. Ini salahku." nyonya Han terus menyalahkan dirinya sendiri.
"Eommonim, jangan seperti ini. Ini bukan salah siapa-siapa." Namjoon berusaha menenangkan.
"Aku mohon kepadamu. Beritahu rekanmu yang lain juga. Jangan sampai hal ini terdengar di telinga Jieun. Aku tidak mau ia tahu untuk saat ini." pinta nyonya Han.
"Baik, eommonim. Mari aku antar pulang." Namjoon segera membawa nyonya Han keluar dari rutan tersebut dan mengantarnya pulang.
ⓑⓤⓛⓛⓔⓣ
- Seoul Crime Lab -
[ Hyunjae's POV ]
Aku kembali memeriksa barang bukti yang aku temui di apartemen Jungkook.
Aku menyusun semua barang yang dibawa dari apartemen tersebut untuk diperiksa ulang.
"Kau sedang apa?" tanya Hoseok dari balik pintu.
"Kau mengejutkanku!" teriak Hyunjae.
"Mianhae. Lagi pula kau nampak sangat serius." Hoseok berjalan masuk dan berdiri dihadapan Hyunjae.
"Ah molla! Kasus ini semakin lama semakin membuatku pusing. Aku ingin segera menuntaskannya!" Hyunjae berteriak seperti orang yang frustasi.
"Eyy. Ini pertama kalinya aku melihatmu seperti ini. Kau dan Namjoon tadi kemana?" tanya Hoseok sambil membantu Hyunjae memeriksa kembali beberapa barang bukti tersebut.
"Mengunjungi ibu Jieun."
"M-mwo?" Hoseok menghentikan aktivitasnya.
Kemudian Hyunjae melakukan hal yang sama.
"Tadi pagi aku memeriksa kembali DNA Jungkook. Lalu aku menemukan kecocokan pada DNA tersebut." Hyunjae menggantung penjelasannya.
"Tunggu. Biar aku tebak. DNA Jungkook cocok dengan DNA ibu Jieun?" Hoseok menebak dengan benar.
Hyunjae mengangguk sambil menghela nafas.
"Solma." Hoseok kemudian terdiam.
"Ah aku pusing. Hoseok-ah, kita harus menyembunyikan hal ini dari Jieun." ucap Hyunjae
"Wae?! Bukankah sebaiknya Jieun mengetahui hal ini?" Hoseok tak setuju.
"Maksudku biarkan ia tahu dari ibunya sendiri. Jangan dari kita, arraseo?"
Hyunjae menatap Hoseok lekat.
Setelah menimbang-nimbang akhirnya Hoseok mengiyakan ucapan Hyunjae.
ⓑⓤⓛⓛⓔⓣ
- Stasiun Busan -
- 4 pm KST
Jieun dan Jin sudah menaiki kereta yang akan mereka tumpangi menuju ke Seoul.
"Menurutmu, apakah Jihyun akan menghubungi kita kalau ia mengetahui keberadaan Jimin?" tanya Jieun.
"Entahlah. Aku akan mengawasi anak itu. Kau tenang saja, aku mempunyai orang terbaik yang selalu sedia membantu kita." Jin mencoba menenangkan Jieun.
Tapi di dalam diri Jieun ada sesuatu yang aneh.
Entah apa itu, ia merasa ada sesuatu yang mengganjal dirinya.
Bukan, bukan masalah ia tidak percaya dengan Park Jihyun.
Jieun sendiri pun tidak tahu mengapa dirinya seperti ini.
- Stasiun Seoul -
"Ah akhirnya sampai juga. Jieun-ah, kau mau langsung pulang atau tidak?" tanya Jin.
"Iya, sunbaenim. Aku mau langsung pulang saja." jawab Jieun.
"Baiklah. Aku akan mengantarmu dulu." Jin segera mendorong koper miliknya dan milik Jieun.
"Aku pulang sendiri saja. Kau pulanglah, aku tidak apa-apa."
"Tidak bisa. Eomma-mu bisa membunuhku kalau tahu anak gadisnya pulang sendirian." tanpa basa-basi Jin kembali mendorong kedua koper tersebut.
Sementara Jieun hanya tertawa dan menggeleng karena kelakuan namja itu.
ⓑⓤⓛⓛⓔⓣ
- Apartemen Jieun -
"Gomawo, sunbaenim!" teriak Jieun dari luar mobil.
"Nde. Aku pulang dulu." teriak Jin dari dalam mobil.
Tak lama kendaraan roda empat tersebut sudah berjalan meninggalkan area apartemen Jieun.
"Eomma, aku pulang!" seru Jieun.
"Eoh? Kau sudah pulang?" sambut eomma-nya Jieun.
"Eomma? Eomma sakit? Kenapa pucat sekali astaga." Jieun langsung mengajak eomma-nya duduk di sofa tak jauh dari mereka.
"Ah tidak. Eomma hanya kelelahan Jieun-ah. Kau pulang sendiri?" ibu Jieun mencoba mengganti topik pembicaraan.
"Aku di antar oleh Jin sunbaenim." jawab Jieun sambil mulai memijat tangan ibunya.
"Eomma, apa yang eomma lakukan seharian ini?" tanya Jieun sambil menatap ibunya cemas.
"Eomma hanya beres-beres rumah. Lalu keliling di sekitar taman di depan sana." jawab ibunya.
Tentu saja berbohong.
"Sudah. Sebaiknya kau istirahat Jieun-ah. Kau harus kembali ke kantor kan besok pagi?" tanpa di perintah dua kali Jieun segera membawa barang-barangnya ke dalam kamar.
Jieun memikirkan eomma-nya.
"Aku tahu eomma berbohong." gumam Jieun.
[ stay ]