AB-RIL

By teenfivenov

4.7K 1.1K 2.5K

Ini sebuah cerita. Tentang perasaan yang tidak pernah kita sadari. Mengenai ambisi yang terselimuti egois. Se... More

Prolog
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

1

647 139 447
By teenfivenov

Desafio :: Deal

"Shit!! Kemana woy tas gue," pekik cewek berambut sebahu. Mata bulatnya menyisir seluruh penjuru kelas dengan kilatan menahan amarah.

Pasti tuh si curut! geramnya dalam hati

Kakinya melangkah berderap menuju bangku paling laknat--bangku musuh bebuyutannya. Kudu di kasih pelajaran, emang!

Brak!!

Suara gebrakan meja menggema dipenjuru kelas. semua mata memandang bosan kearah mereka. Sudah menjadi hal lumrah jika pagi-pagi sudah ada suara gertakan atau gebrakan meja, bukan ciri khas anak IPA kelas XII-5 banget. Biang keroknya itu, dua makhluk berbeda gander, yang satu karakter; Egois dan keras kepala. Jadi bagi penghuni kelas XII-5, yaa sabar aja ngadepin orang macam mereka.

"Apaan sih lo!" cowok dengan poni sedikit panjang menatap nyalang objek di depannya. Dahinya mengernyit tak suka.

"Dimana tas gue!" cewek itu berdesis tajam. Mata cokelat terangnya menyipit, memandang cowok itu jengah.

Lawan bicaranya malah mengedikan bahu acuh tak acuh. "Lah? Mana gue tai," namun akhirnya senyum konyol tersungging di bibir tipisnya. "Aahh... gue tau, pasti tas lo ilang kan?" ucapnya sambil menaikturunkan alis tebalnya. "Mampus!!" cowok itu terbahak dengan wajah puas.

"DIEM LO!!" tangan cewek bermata bulat itu bersidekap sambil menahan geram yang ada di dadanya "Jangan sok bego lo ya! Gue tau lo kan yang ngumpetin!?"

Kontan, wajah itu memberengut sebal, karena merasa disalahkan. "Jangan fitnah! Biarin aja lobang idung lo makin lebar!"

Cewek didepannya menggeram menahan amarah yang sudah meluap di ubun-ubun. Giginya bergemelentuk kesal. Untung aja cowok yang di depannya ini masih punya muka yang ... yah, bisa di bilang Fucking handsome.
Tapi kalau kelakuannya kayak anak autis begini, rasanya pengin teriak-teriak sambil guling-guling di jalan raya. Gimana nggak gondok, pagi-pagi udah ada aja barangnya yang hilang. Bukan masalah harganya, tapi isinya! Berharaga semua!

"Emang siapa lagi yang iseng sama gue kalo bukan lo Azril!" bibir merah muda nya mengerut.

Maharzil Azgard. Cowok yang sudah setahun di daulat sebagai musuh cewek di depannya. Salah satu siswa Bharata yang punya jabatan sebagai cogan, punya segudang dede gemes, tajir, dan pinter Fisika. Namun, semuanya tidak mempengaruhi cewek dengan rambut cokelat gelap--Abryana Senja.

"Hahahaha hidung lo kembang kempis kayak badak liar. Lucu," kata terakhir ia tambahkan dengan senyum manis nya

Mendengar ucapan musuhnya itu, pipi tembam milik cewek berambut dark brown sontak memerah, namun mata bulatnya melotot geram.

"Aish ... Abry bisa malu juga ... ciee pipinya merah, jadi pengin di tampol." gadis ber name badge 'Abryana Senja' lantas meninju keras bahu Azril sampai cowok didepannya meringis. Gak habis pikir deh sama orang macam Azril. Cari gara-gara mulu! Dasar tikus got!

"Mampus lo dugong," Abry mendelik seraya mengibaskan rambut sebahunya. Kakinya menghentak menuju pintu kelas, mulut kecil milik cewek itu tidak berhenti mengucap sumpah serapah.

Azril yang masih terpaku ditempatnya hanya bergumam sebal. "Dasar badak liar. Untung cewek lo!" namun wajah sebalnya teganti dengan senyum kemenagan. "Hah! Emang enak tas lo gue rendem di comberan HAHAHAHA,"

-••-

"Bibin ... gue bete sumpah!" Abry merengek sambil mencebikan bibirnya

Bibin--sahabat Abry, melirik bosan kearah sebelahnya. "Cih, gue tau, pasti Azril lagi, kan?" Bibin memutar kedua bola mata hitam pekatnya, jengah. "Kapan sih lo mau damai sama doi?"

Abry berdecak kesal sambil menepuk bahu sahabat karibnya. "Please ya Bin, gue tau lo suka sama Azril tapi gak usah belain dia juga kali."

Mendengar ucapan Abry, Bibin lantas berbalik, menatap lurus kedua mata bulat Abry. "Lo tau, sekarang dia deket sama siapa?"

Abry mengangkat kedua bahunya acuh. "Ngapaain juga gue peduli. Nanjong," tapi akhirnya, sifat cewek dalam diri Abry muncul. Alias; penasaran. "Emang siapa, deh?"

Bibin refleks menoyor kepala Bibin. "Tadi katanya nggak mau, goblok!"

Abry meringis sebentar lalu cengiran lebar tercetak di bibirnya. "Gue juga penasaran kali."

Mata Bibin menatap lurus kedepan dan bergumam pelan, nyaris berbisik. "Dia ... dia deket sama Zauzha."

Mendengar ucapan Bibin, Abry membelakan matanya, menatap tidak percaya. "Serius? Zauzha? Temen curhat lo kan?"

Abry nggak habis pikir banget sama Zauzha. Cewek beken macam Zauzha mana rela reputasinya rusak cuman gara-gara nikung orang. Yah, walaupun Bibin nggak pacaran sama sekali sama Azril, tapi tetap aja, semua siswa di Bharata tau kalau Bibin itu udah tergila-gila banget sama Azril. Abry mendengus. Kadang suka sedih punya temen yang suka sama musuhnya sendiri.

"Udah lama sih, tapi tetep aja," Bibin menyunggingkan senyum sinis. "Receh."

"Well, temen makan temen," gumam Abry. Spontan ia menaikan Alisnya sarkas. "Ha. ha. ha. Bilangnya mau diet, kok makan temen?"

Bibin menatap aneh Abry, maklum masih masa perkembangan, batin gadis berambut hitam legam itu. Namun dalam hati, ia membenarkan ucapan Abry. Teman makan teman emang udah jadi hal lumrah di dunia persekolahan. Untung Bibin orangnya sabar.

Merasa dipandangi, Abry melirik ke sisi sebelah kirinya sambil menaikan sebelah alisnya. "Ngapa?"

Bibin hanya menggeleng pelan."Bry?"

"Hmm, apa lagi, Bin" jawab Abry sambil menatap kedepan. Tapi, dalam hati Abry berdoa agar Bibin tidak meminta sesuatu yang aneh. Soalnya, Abry tau banget, gimana nada suara Bibin kalau lagi ada maunya.

Bibin mengulum bibirnya, lalu melontarkan kata, bukan lebih tepatnya permintaan yang hampir membuat Abry limbung ditempat.

"Lo harus nikung Zauzha dari Azril,"

Tuhkan bener!

-••-

Seharusnya Abry sudah pulang kerumahnya. Bersantai diatas kasur kesayangannya atau streaming film sampai wi-fi dirumahnya habis. Tapi sepertinya rencana itu ditunda dulu sebentar. Terbukti, karena sekarang ia sedang duduk disalah satu bangku Cafe dekat sekolah, dengan red velvet yang masih utuh. Ini bukan hal yang biasa. Karena biasanya Abry tidak
mungkin mendiamkan Cake kesukaannya. Tapi sekarang kondisinya beda. Ia langsung kehilangan selera makan.

Kening Abry berkerut dalam, tanda cewek sedang berpikir keras. Bibin ayan kali ya nyuruh gue nikung Zauzha, gumamnya dalam hati

Abry masih berpikir apakah ia harus menyetujui permintaan gila sahabat karibnya atau menolak mentah-mentah. Tapi ada untungnya juga sih Abry lagi-lagi berperang antara logika dan hatinya

"Lo harus nikung Zauzha dari Azril," ucap Bibin sangat yakin

Abry membelakan mata. Mulutnya terbuka lebar tanda ia sangat terguncang. "Bin lo sehat kan?"

Bibin memutar bola matanya jengah. "Please gak usah alay. Gue cuman minta lo nikung Zauzha aja, gak nyuruh lo kawin sama Azril goblok."

"Lo nggak inget Azril itu siapa? Dari zigot gue temenan sama lo, dan masih belom tau sekarang musuh gue siapa?" Kepala Abry menggeleng kuat. "Nggak. gue. gak. mau!"

Bibin mencengkram kedua bahu Abry dramatis, dan menatap kedua bola mata Abry lekat. "Gue mohon. Zauzha itu temen lo dulu waktu kelas sepuluh, so pasti kalian deket kan?" Abry mengangguk namun seperkian detik menggeleng juga.

Bibin menoyor kepala Abry keras, sampai cewek bermata bulat itu meringis. "Gue serius!"

Abry mendengus keras sambil melipat kedua tanggannya. "Iya gue deket sama dia, tapi hanya sebatas temen sekelas."

"Whatever, yang pasti lo pernah akrab. Gini, penawaran gue itu ada untungnya juga buat lo," Jelas Bibin

Abry menaikan sebelah alisnya. "Apa?"

"Azril itu tipe cowok yang risih sama cewek yang suka sama dia. termasuk gue," gumam Bibin pelan di akhir kalimat. "Oke lupakan. lo kan selalu di isengin sama dia, kalo dia tau lo suka, kemungkinan dia bakal menghindar dari lo kan?"

Abry menyerit bingung. Dahinya berlipat dalam. "Maksudnya?"

Bibin menghela napas lelah. Mencoba bertabah. Resiko punya temen lemot , kudu banyak-banyakin istigfar.

"Gini ya Abry ku peyang. kalo dia menghindar dari lo, hidup lo damai kan? Pasti dia juga risih di deketin lo, karena dia tau lo suka sama dia. walaupun cuma pura-pura."

Hening sejenak. Abry sedang mencoba mencerna kalimat dari Bibin. Tidak lama dari itu senyum lebar tersungging di bibirnya. "Aahh gue tau. Gue cuma pura-pura suka sama dia, deketin dia, dan Azril pasti bakal menjauh kalau dia tau, gue suka sama dia. And absolutly, hidup gue jadi tentram," Abry terkekeh girang.

"But, wait. kenapa harus gue, lo kan bisa?"

"Lo bego atau dongo, sih? Gimana gue mau deketin Azril, baru denger nama gue aja tuh cowok udah merinding duluan. Lagipula," senyum miring menghiasi bibir Bibin. "Gue udah pindah kali."

Abry menaikan sebelah alisnya. "Secepat itu?" Bibin hanya bergumam, membalas pertanyaan Abry. "Terus kalo lo udah pindah, ngapain lo suruh gue nikung Zauzha?"

"Jelaslah," Bibin tersenyum licik. "Biar dia tau gimana rasanya di tikung sama temen sendiri. walaupun cuman temen sekelas."

Abry mengangguk mengerti. "Well gue rada sebel sih sama Zauzha. Receh," Seperkian detik,, Abry mengerjapkan matanya "Eh tunggu. kalo gua nikung Zauzha, apa bedanya dong gue sama dia," ujar Abry histeris

Bibin menoyor kepala Abry untuk sekian kali. "Lo, kan cuma pura-pura. Lagian lo jangan langsung gas full. Lo pelan-pelan deketin Azril. kayak seolah-olah lo emang suka sama dia. Bisa kan?"

Abry menatap ragu Bibin. ini benar-benar ide gila. namun ia juga ingin bebas dari kejahilan Azril. Mungkin masih bisa dipertimbangkan. Mungkin..

"Oke. kasih gue waktu sampai besok. jam pulang sekolah. Deal?"

"Deal."

--
Abryana Senja


Maharzil Azgard


Continue Reading

You'll Also Like

835K 44K 76
The end✓ [ Jangan lupa follow sebelum membaca!!!! ] ••• Cerita tentang seorang gadis bar-bar dan absurd yang dijodohkan oleh anak dari sahabat kedua...
812K 58.3K 34
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
666K 31.3K 47
selamat datang dilapak ceritaku. 🌻FOLLOW SEBELUM MEMBACA🌻 "Premannya udah pergi, sampai kapan mau gini terus?!" ujar Bintang pada gadis di hadapann...
684K 79.2K 11
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...