Sweet Revenge (Completed)

By Arumi_e

56K 5.6K 488

Ditolak itu menyakitkan. Apalagi jika disertai kata-kata yang membuat hati panas. Itu yang dirasakan Lalas. C... More

1. Keberanian Berujung Sakit Hati
2. Sweet Revenge Plan
3. Usaha Joan
4. Usaha Lalas
6. Satu Cowok, Dua Rasa (a)
7. Satu Cowok, Dua Rasa (b)
8. Mahluk Manis di Teras Tetangga (a)
9. Mahluk Manis di Teras Tetangga (b)
10. Mahluk Manis di Teras Tetangga (c)
11. Kacamata (a)
12. Kacamata (b)
13. Pinky Barbie
14. Arti Hadirmu
15. High Quality Jomblo (a)
16. High Quality Jomblo (b)
17. Kencan Pertama
18. Kencan Kedua
19. If You Ever Come Back
20. Tembakan Ulang
21. Kepastian
22. Ujian Pertama
23. Ujian Kedua
24. Salah Paham
25. Lovely Ending

5. Cara Lain Menjadi Sempurna

2.6K 271 20
By Arumi_e

Terimalah tubuhmu apa adanya, jadilah dirimu sendiri

~o~

Demi memperoleh tubuh seseksi J-Lo, Lalas tak putus asa mengupayakan berbagai cara. Setelah kemarin merasa tidak cocok ikutan senam body language, kali ini Lalas tertarik mencoba cara yang lebih instan. Ia berniat minum obat nafsu makan. Lalas menunjukkan pada Joan obat yang diberikan Fitri teman kursusnya. Fitri meyakinkan Lalas bahwa dengan meminum obat itu, berat badannya pasti akan naik hanya dalam waktu dua minggu. Fitri telah membuktikan keampuhan obat itu. Lalas percaya karena ia menyaksikan sendiri tubuh Fitri yang dulu tak kalah kerempeng dari dia, kini berubah seksi dan montok di bagian yang tepat.

"Yakin lo mau minum beginian? Nggak pake minum obat penambah nafsu makan aja makan lo udah banyak," kata Joan menanggapi penjelasan Lalas.

"Kali ini ditambah minum susu, ice cream, coklat dan semua porsinya dua kali lipat," sahut Lalas.

"Hiyaaa, kalo makan kayak gitu gue juga mau, La. Haduh, andai gue sekurus elo. Gue bisa bebas makan sebanyak itu," keluh Joan sembari merengut.

"Kita berdua memang aneh ya. Buat gue, makan sebanyak itu adalah sebuah perjuangan, tapi buat lo, justru menahan makan yang enak-enak kayak gitu adalah perjuangan. Huft, ada apa dengan dunia? Kenapa jadi kebolak-balik gini? Pokoknya dalam waktu tiga bulan gue harus bisa mencapai berat badan ideal," tekad Lalas.

Lalas benar-benar mencoba minum obat penambah nafsu makan berbentuk bulat gepeng sebesar biji jagung itu. beberapa jam setelah ia minum, efek obat mulai terasa. Lalas merasa lapar sekali. Melebihi rasa lapar yang biasa ia rasakan. Untunglah Mami biasa memasak banyak makanan. Bahkan jatah makanan Reni kakaknya pun nekat dilahap Lalas.

Di sekolah, porsi jajannya juga bertambah tiga kali lipat. Jika biasanya makan mi ayam plus pangsit cukup semangkuk, kini ia sanggup menghabiskan dua porsi. Begitu juga lontong sayur, ketoprak bahkan burger. Lalas juga membawa banyak bekal makanan saat sekolah. Roti bakar, mie goreng, wafer, coklat, biskuit ditambah jus alpukat. Joan yang justru sedang berusaha mati-matian menahan lapar, mulai merasa tersiksa melihat Lalas yang hampir selalu terlihat mengunyah makanan.

"Delastaaa, elo itu mau sekolah atau piknik sih?" protes Joan histeris melihat bekal makanan yang dibawa Lalas.

"Demi tubuh seksi, gue rela melakukan apa aja, termasuk makan enak sebanyak-banyaknya," sahut Lalas kalem sambil mengunyah coklat dengan campuran kacang hazelnut.

Joan menelan ludah melihatnya. Jelas berusaha agar air liurnya tak menetes.

"Gue bagi dong, La. Kayaknya roti bakar isi coklatnya enak tuh."

"Eit, jangan, Jo! Lo inget dong jins lo nomor 29 yang baru. Jangan sampe ntar lo nggak muat lagi pake celana itu."

"Sampe sekarang juga emang belum muat..." wajah Joan mendadak nelangsa mengingat jins barunya itu.

"Nah, apalagi gitu. Jangankan nyobain roti bakar gue, Jo. Sekedar nyium baunya aja juga elo nggak boleh. Nanti kalo aroma roti bakar gue bikin program diet lo gagal, berabe kan tuh," sahut Lalas, kali ini ia mulai mengunyah roti bakar yang sejak tadi membuat air liur Joan hampir menetes.

"Nggak segitunya kali, La. Masa nyium baunya aja bisa bikin gue gagal langsing, sih! Elo tega banget sengaja bikin gue ngiler..." Joan menatap nanar berbagai makanan enak yang terhampar di hadapannya.

Melihat wajah Joan, Lalas tidak tega juga tapi bukan berarti lantas ia memberikan salah satu makanannya itu pada Joan, dia malah buru-buru menyembunyikan semua makanan itu ke dalam tasnya.

Glekkk!! Joan kembali menelan ludah.

oOo

Hasrat Lalas untuk mencapai bobot ideal terus menambah semangatnya. Semua makanan yang dulu tidak disukainya kini dilahapnya. Lalas juga makan sepiring penuh nasi dan lauk pauk pada malam hari. Kadang Joan dipaksanya untuk menemaninya makan mi atau kwetiaw goreng di warung tenda langganan mereka pada jam sepuluh malam. Meski harus menelan ludah mencium aroma lezat makanan itu, Joan tetap kukuh tidak ikut makan. Sebagai sahabat, ia hanya setia menemani Lalas.

"Gila, tu obat ampuh banget, gue nggak nyangka bakal jadi serakus ini."

"Lo yakin ini bisa bikin berat badan lo naik?"

"So pasti lah! Gue udah makan lebih dari tiga kali sehari. Kalo berat badan gue nggak naik juga, kelewatan deh!"

"Lo udah ngecek berat badan lo sekarang berapa?"

"Belum, tunggu dua minggu lagi."

Joan cuma geleng-geleng kepala. Terselip sedikit iri di hatinya melihat Lalas bisa bebas makan sebanyak-banyaknya, sementara ia harus menahan nafsu sekuat tenaga setiap muncul keinginannya melahap makanan-makanan enak yang ada di hadapannya. Seperti kali ini, Joan hanya bisa menelan ludah melihat Lalas asyik mengunyah sepiring kwetiaw goreng plus sepiring nasi goreng spesial ditambah telor ceplok.

Glekk!

"Uh, enaknya jadi Lalas!" batin Joan setengah bersungut.

oOo

"Hah! Ada apa dengan rok gue? Kenapa nggak muat?" gumam Lalas keheranan saat mencoba mengaitkan kancing belakang rok seragam sekolahnya.

Berkali-kali ia coba, tapi kancing itu tetap tidak berhasil terkait. Lalas mengambil rok yang lain dan mencobanya, juga tidak muat dipakainya. Masih kurang yakin, ia mencoba celana jins yang biasa di pakainya dan ternyata juga tidak muat! Ia melonjak kegirangan.

"Akhirnya! Gue sekarang udah montok. Berat badan gue pasti nambah nih!" pekiknya senang.

"Hm, Joan harus dikasih tau nih!" kata Lalas lagi pada dirinya sendiri.

Segera ia mengirim sms kepada Joan memberitahukan dirinya on the way ke rumah Joan.

"Nggak sia-sia gue makan super banyak selama dua minggu ini. Berat badan gue nambah juga, buktinya semua rok dan celana gue nggak ada yang muat," kata Lalas dengan wajah sumringah sesampainya ia di rumah Joan.

Joan yang baru saja selesai mandi pagi di jam sebelas siang, memandang heran tubuh Lalas. Ini hari Minggu. Ia memang biasa mandi menjelang siang di hari Minggu.

"Kayaknya masih biasa aja. Elo nggak keliatan tambah montok secara signifikan. Perasaan lo aja kali," sahutnya santai.

"Ih, sumpah! Beneran, Jo! Tadi gue iseng nyobain rok gue yang abis disetrika. Dari hari Sabtu kemarin emang rok gue itu udah berasa mulai sesak. Eh, tadi gue cobain lagi rok gue, udah bener-bener nggak muat."

Lalas kembali berusaha menyakinkan Joan.

"Ah, impossible banget sih, La. Masa dalam sehari rok lo itu langsung nggak muat. Jangan-jangan rok lo aja yang menciut gara-gara kelamaan dijemur."

Lalas langsung manyun mendengar perkataan Joan itu.

"Lagian La, kalo semua rok lo sekarang nggak muat, trus besok elo sekolah pake rok siapa?" tanya Joan cuek sambil menggosok-gosok kepalanya yang habis dikeramas dengan handuk.

Lalas tertegun. Joan benar. Jika kini semua roknya tak ada lagi yang muat dipakainya, bagaimana dia ke sekolah besok?

"Mm, gue pinjem rok lo deh, Jo. Sementara aja kok. Sebelum gue beli rok baru."

Ide itu terlintas begitu saja di kepala Lalas.

Joan memandangi tubuh Lalas yang di matanya masih tetap terlihat kurus.

"Menurut gue sih, rok gue masih kegedean buat elo."

"Gampang, ntar tinggal gue penitiin," sahut Lalas.

Untunglah rok seragam Joan saat kelas satu masih disimpannya dan masih dalam kondisi bagus, layak pakai. Rok pinjaman itulah yang dipakai Lalas ke sekolah keesokan harinya.

oOo

Lalas terlihat aneh dengan rok pinjaman milik Joan yang dipakainya. Sedikit kebesaran di bagian pinggul, tapi hampir pas di bagian perut. Joan mulai meragukan penglihatannya. Jangan-jangan memang benar. Lalas sekarang sudah lebih gemuk. Namun Lalas sudah tak berminat menanyakan komentar Joan. Ia menghampiri teman-teman lainnya yang sedang asyik berkumpul sebelum upacara bendera hari Senin dimulai.

"Derbi, lo perhatiin ada yang berubah sama gue nggak?" tanya Lalas pada Derbi yang ditemuinya paling dulu.

Lalas memutar tubuhnya ke kanan dan ke kiri, kembali bergaya bak foto model kesasar. Derbi yang merasa aneh dengan pertanyaan Lalas itu, tak urung memerhatikan Lalas dari ujung rambut ikalnya hingga ke sepatu ketsnya.

"Perasaan gue elo tetap aja kayak biasa. Elo nggak berubah jadi kayak Agnes Monica," komentar Derbi, keningnya berkerut, bibirnya mengerucut.

"Yeee, lagian siapa juga yang pengen kayak Agnes Monica."

"Kalo gitu, apa pun perubahan lo, nggak penting buat gue. Karena gue cuma suka cewek yang kayak Agnes Monica," sahut Derbi, lalu melengos cuek.

Lalas mencibir kesal. Lalu segera berlalu menghampiri temannya yang lain. Kali ini Vanda yang menjadi sasaran pertanyaan standarnya.

"Van, lo perhatiin ada yang berubah sama gue nggak?"

Vanda memandangi tubuh Lalas tak mengerti.

"Maksud lo? Perubahan apa nih?" tanya Vanda heran.

"Gue....keliatan lebih seksi dari biasanya, kan?" tanya Lalas lagi sambil nyengir.

"Lebih seksi? Memangnya elo biasanya kayak gimana, La? Gue kurang perhatiin..." jawab Vanda dengan polos beberapa detik kemudian setelah sempat kebingungan sesaat tak tahu harus menjawab apa.

Lalas pun mendadak manyun. Tapi ia tak putus asa. Ia hampiri Rino, cowok paling baik di kelas dan sering memberinya contekan. Kembali ia mengajukan pertanyaan standar seperti tadi kepada Rino. Rino terlihat berpikir keras sebelum akhirnya menjawab,

"Sekarang memang lo keliatan agak berubah dari biasanya, La."

Mata Lalas langsung berbinar-binar mendengar jawaban Rino itu.

"Thanks God! Akhirnya ada juga cowok yang berpikir jernih, yang terbuka mata hatinya dan bisa melihat perubahan diri gue yang jelas-jelas sekarang terlihat makin seksi ini," kata Lalas sambil tersenyum lebar.

"Seksi? eh, maksud gue sih, elo nggak berubah seksi. Tapi...mm...perut lo itu kok keliatannya agak buncit ya? " sahut Rino sedikit ragu.

"Iya, La! Kok perut lo jadi rada gendut gitu. Elo jadi keliatan aneh. Badan lo kurus, tapi perut lo buncit. Jangan-jangan cacingan lo ya?" tambah Siska sambil mengulurkan tangannya bermaksud meraba perut Lalas.

Lalas melotot kesal seraya menepis tangan Siska.

"Enak aja lo bilang gue cacingan. Nggak sopan!"

"Sorry, La. Kali aja gitu. Abis, perut lo aneh..." kata Siska, lalu nyengir lebar berharap cengirannya yang nggak ada manis-manisnya itu dapat meredakan kekesalan Lalas yang mendadak muncul.

"Wah, jangan-jangan..." Ferdi ikut nimbrung sambil mengedipkan matanya.

"Jangan-jangan apa lagi nih? Kenapa lo kedip-kedip? Kelilipan?" tanya Lalas kesal, matanya melotot semakin lebar ke arah Ferdi.

Ferdi menyeringai lebar tak melanjutkan kalimatnya. Lalas berbalik, lalu melangkah masuk kelas kembali ke tempat duduknya. Ia benar-benar kecewa dengan sikap teman-temannya yang di luar harapannya. Tidak ada yang ikut bahagia melihatnya senang. Lalu ia melihat perutnya. Memperhatikan baik-baik perutnya itu. Benarkah perutnya berubah buncit? Tiba-tiba saja Lalas merasa cemas.

oOo

Sepulang sekolah, Lalas langsung masuk ke kamarnya dan mematut tubuhnya di depan cermin. Aneh, komentar Rino dan Siska tentang perutnya yang buncit, mendadak membuatnya kehilangan selera makan.

Lalas meraba perutnya. Memang, rasanya lebih menonjol dari biasanya. Lalas segera mengambil botol obat nafsu makan yang selama ini diminumnya lalu memperhatikan lebih seksama aturan pakai obat itu yang tertera di kertas yang melekat mengelilingi botol obat itu.

"Bener kok! Aturan pakai harus diminum tiga kali sehari, tapi kenapa cuma perut gue aja yang gendut? Di mana salahnya?" kening Lalas berkerut.

Ia baca sekali lagi aturan pakai obat itu. matanya membelalak. Ia baru menyadari sesuatu.

"Tapi eh, ada sambungannya...selama ini kok nggak kebaca sama gue ya? Selama pemakaian obat ini harus diimbangi olahraga dan tidur yang teratur."

Lalas melongo untuk beberapa detik lamanya. Otaknya berusaha mencerna informasi yang baru dibacanya ini. Jadi, selama ini ia salah?

Lalas langsung lemas dan menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidurnya. Ia merasa terjebak. Ah, buat apa minum obat jika ternyata ia tetap harus olahraga teratur? Sedikit pun Lalas tak berminat lagi untuk berolahraga. Cukup sekali ia nyaris pingsan gara-gara ikut senam aerobik.

Harus tidur tepat waktu, itu juga hal yang tidak mungkin ia lakukan. Sindrom insomnia sudah menimpanya sejak ia hobi facebook-an dan twitter-an. Belum lagi jika ia harus mengerjakan tugas sekolah yang banyaknya tak kira-kira. Juga terkadang ia terpaksa baru tidur menjelang tengah malam karena keasyikan nonton serial Korea yang panjangnya bisa mencapai puluhan episode.

"Huft, usaha gue kali ini gagal lagi..." ucap Lalas hampir putus asa.

Sepertinya impiannya untuk bisa seseksi J-Lo pupus sudah. Justru kini ia harus berusaha mengembalikan bentuk perutnya seperti semula. Ia tak ingin dikira cacingan. Bisa semakin jatuh pasarannya. Bukannya mendapat cowok idaman, jangan-jangan cowok-cowok malah semakin menjauh darinya. Untunglah tubuh Lalas memang punya metabolisme yang luar biasa. Hanya dengan kembali makan sesuai porsi normal seperti sebelumnya, dalam waktu seminggu perutnya sudah kembali rata.

Minggu sore ini Lalas datang ke rumah Joan. Ia ingin mengembalikan rok Joan yang telah dipinjamnya selama seminggu.

"Nih, gue balikin rok yang gue pinjem. Makasih ya, Jo," kata Lalas sambil menyerahkan rok Joan yang telah dicuci dan disetrikanya hingga licin dan wangi.

Joan menerima roknya itu, lalu memandangi tubuh Lalas dari kepala sampai ujung kaki. Pandangan Joan sempat berhenti sesaat di bagian perut Lalas.

"Elo udah beli rok baru ya?" tanya Joan heran.

"Nggak, rok gue yang lama udah muat gue pake lagi," jawab Lalas.

"Berarti, sekarang elo kurus lagi dong, La?" tanya Joan lagi.

"Nggak apa-apa deh kurus. Yang penting sehat dan nggak dikira cacingan. Bisa anjlok nama baik gue kalo sampe cowok-cowok nyangka gue cacingan," jawab Lalas kalem.

"Jadi, lo nggak pengen seksi kayak J-Lo lagi?" tanya Joan sambil nyengir.

"Nggak apa-apa lah nggak kayak J-Lo asalkan punya pacar mirip Ji Chang Wook."

Lalas tersenyum lebar.

"Dasaaaar!!" seru Joan ikut tersenyum lebar.

Kedua sahabat itu pun tertawa tergelak bersama-sama.

**========================**

Lalas masih berusaha keras jadi seksi :D

Selamat membaca yaa ^_^

Salam,

Arumi

Continue Reading

You'll Also Like

3.3K 292 31
Tentang gadis yang menghilang di laut dan kembali ke daratan, tanpa siapa pun mengenalinya kecuali seorang. "Aku ingat buih hari itu berwarna emas te...
33K 4.1K 36
Ada lima tahap untuk jatuh cinta. Pertama, kamu harus bertemu dengan orang yang tepat. Kedua, kamu akan merasakan bagaimana jantungmu berdegup kencan...
56.7K 8.2K 46
Hanya dengan segelas latte dan seorang pria dan seorang wanita. August 2017 © by Yanti Nura,
962K 68.5K 37
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...