[ run ]
"Taehyung-ah, apa yang harus kulakukan?"
Jimin terdengar panik ditengah percakapan teleponnya dengan Taehyung.
"Kan sudah kubilang, kau harus berhati-berhati dan cepat kembali ke Busan. Aish jinjja."
Taehyung sangat kesal kepada temannya ini.
"Dia mengenaliku. Dia bahkan memanggil namaku." gumam Jimin.
"Kau sebaiknya bergegas sekarang juga sebelum kau kembali berhadapan dengan yeoja yang kau maksud itu." ujar Taehyung yang langsung dimengerti oleh Jimin.
Setelah itu sambungan telepon terputus.
Jimin segera mengemas keperluannya.
Jangan lupakan, ia selalu siap dengan senjata api maupun senjata tajam di kedua saku celananya.
ⓑⓤⓛⓛⓔⓣ
- Seoul Crime Lab -
Masih ingatkah kalian dengan Namjoon yang akan menemui seorang gadis yang seharusnya bertemu dengan Jungkook?
Namjoon telah menemui gadis itu.
Gadis tersebut benar-benar tidak menyangka kalau dia hampir saja menjadi korban berikutnya.
"Jadi, gadis itu baru mengenali Jungkook lewat situs tersebut?" tanya Direktur Bang kepada Namjoon.
"Benar. Ia belum pernah bertatap muka dengan Jungkook." jelas Namjoon.
Direktur Bang menghela nafas panjang.
Kemudian, ia mempersilahkan Namjoon untuk melanjutkan pekerjaannya.
Saat keluar dari ruangan Direktur Bang, Namjoon melihat Hyunjae yang bergegas menuju lift.
"Mau kemana dia?" Namjoon pun mengikuti Hyunjae dari belakang.
Setelah itu ia menemukan yeoja itu telah memasuki lift.
Namjoon memerhatikan angka yang terus berubah di atas pintu lift tersebut.
"Mwoya? Ini bahkan belum waktu istirahat." Namjoon berkacak pinggang.
Kemudian ia memutuskan untuk kembali ke ruangannya.
Diluar gedung laboratorium kriminal Seoul, Hyunjae bergegas kembali ke tempat dimana apartemen Jungkook berada.
Tidak. Bukan karena ia harus melakukan pemeriksaan lagi, namun Hyunjae berusaha mencari namja yang secara tidak sengaja ia jumpai tadi.
"Dimana namja itu.." Hyunjae bercakap pada dirinya sendiri.
Ia terus mengitari jalanan di daerah tersebut dengan mobilnya.
Kring
"Nde? Yeoboseyyo? Nde, baiklah aku segera kembali." ujar yeoja itu kepada seseorang disambungan telepon.
Hyunjae memutar kemudinya menuju ke laboratorium kriminal lagi.
"Hyunjae-ah! DNA Jungkook baru saja di ambil. Kau bisa memeriksanya sekarang." ujar dokter Choi kepada Hyunjae.
"Nde. Terima kasih dokter Choi." Hyunjae tersenyum kepada dokter muda itu.
Di laboratorium, yeoja itu tengah berkutat dengan DNA tersangka yang baru saja ditangkap oleh timnya tersebut.
Krek
"Kau dari mana saja?" Namjoon masuk ke dalam laboratorium secara tiba-tiba cukup membuat Hyunjae terkejut.
"Bukan urusanmu." jawab Hyunjae dingin.
Namjoon terdiam.
Ia berusaha menahan emosinya dihadapan yeoja ini.
"Tapi kau keluar saat jam kerja tanpa memberitahuku ataupun yang lain." tegas Namjoon.
Hyunjae tetap tidak bergeming dan terus berkutat dengan tabung-tabung yang akan diujinya.
"Hey aku berbicara padamu."
"Apa pedulimu?" Hyunjae kini memberanikan diri untuk menatap namja yang merupakan atasannya.
"Aku peduli karena kau adalah anggota timku!" Namjoon tidak dapat menahan emosinya lagi.
Sontak Hyunjae menghentikan aktivitasnya.
"Oh? Jadi kau sudah mengakuiku? Begitu?" Hyunjae mengeluarkan sikap sarkasme-nya kepada Namjoon.
"Dengar, jika kau mengulangi hal tersebut aku tidak akan segan memberimu sanksi dan-" ucapan Namjoon terpotong.
"Arra! Bisakah kau keluar dari sini? Kau membutuhkan hasil DNA ini dengan segera bukan?" Hyunjae merasa gerah karena keberadaan leader-nim nya itu.
Tanpa panjang lebar, Namjoon memutar balikkan tubuhnya dan keluar dari laboratorium.
Hyunjae merasa sedikit lega karena namja itu akhirnya memberikannya udara di dalam laboratorium ini.
Namun Hyunjae memikirkan perkataan Namjoon tadi.
Ia peduli rupanya.
ⓑⓤⓛⓛⓔⓣ
[ Jieun's POV ]
Hari ini aku diizinkan oleh Direktur Bang untuk mengintrogasi Jungkook.
Aku melakukan ini karena kami masih belum bisa menemukan dimana senjata api yang ia gunakan.
Jika ada peluru di dalam apartemennya, tentu saja ia mempunyai senjata api bukan?
Aku menarik nafas dalam sebelum memasuki ruang introgasi.
"Oh. Aku tidak tahu ternyata kalian mempunyai polisi cantik." ujar lelaki brengsek dihadapanku sekarang ini.
"Terima kasih. Tapi aku adalah agen lapangan disini dan cukup basa basinya." ujarku sedingin mungkin tanpa menatap matanya.
"Uh, kau sangat dingin seperti es. Aku. Suka." ujar Jungkook sambil memajukan tubuhnya dan menaruh tangannya diatas meja.
Tentu saja tangannya masih diborgol.
Aku langsung menunjukkan gambar peluru yang kami temukan di apartemennya.
Ia pun menatap gambar tersebut.
"Dimana senjata dari peluru-peluru ini?" tanyaku berusaha menatap matanya dalam.
Namun aku merasa aneh.
"Molla? Aku tidak bermain dengan menggunakan senjata api. Lebih asik menggunakan senjata tajam." jawabnya santai disertai senyuman tipis.
Pantas saja gadis-gadis muda itu mudah sekali jatuh hati kepada namja brengsek ini.
"Aku akan bertanya baik-baik kepadamu. Dimana senjata api yang kau gunakan?" tanyaku sekali lagi.
"Sudah kubilang tidak tahu. Mau kau cari dimanapun kau tidak akan menemukan senjata api yang ada sidik jariku, cantik." Jungkook menunjukkan smirk-nya kepadaku.
Aku benar-benar tercekat.
Sebagai seorang perempuan yang normal, tentu saja aku sedikit tercengang atas sikapnya.
Biar kuperjelas, sedikit tercengang.
"Baiklah. Biar kuberitahu, aku akan menemukan senjata api yang kau gunakan, Jeon Jungkook."
Aku segera membereskan dokumen yang kubawa dan berlalu meninggalkan Jungkook yang tak berhenti menyunggingkan senyum mematikannya.
Sialan.
[ stay ]