King Emperor of Joseon

Da cahayanisa

9.3K 477 23

Di bawah cahaya bulan yang berpendar terang, Joseon kembali merlahirkan dua matahari calon pewaris tahta untu... Altro

Prolog
도둑 궁전 Thieves Palace
쥐 궁전 Rat Palace
예측 궁전Forecast palace
이른 봄 Early Spring
이상한 느낌 Weird Feeling
신비적인 Mysterious
숨겨진 운명 Hidden Destiny
더 이상 다치게하지 않아 Don't Hurt Again
숙녀 궁전 Ladies Palace
식 숨겨진 Expression Hidden

하지 말라고 Not You

332 15 3
Da cahayanisa

Seorang pria berkuda memacu kudanya dengan cepat namun tetap hati-hati karena ia membawa orang lain selain dirinya yang tengah tak sadarkan diri. Di lihatnya gadis dengan mata terpejam yang kini ada di depannya dengan seksama, kemudian ia pun segera memacu kudanya lebih cepat.

Sesampainya di depan gerbang istana, ia meminta anak buahnya untuk mengantarkan gadis itu ke istana timur. Sontak membuat orang yang di suruhnya pun terkejut.

"Tapi Yang Mulia, bukankah gadis ini dari istana barat?"

"Sudah ikuti saja perintahku dan jangan sampai ada orang yang melihatmu mengingat hari mulai pagi, arasseo?" titahnya.

"Ye, algeussemida jeoha," ujarnya. Ia pun segera memapah dan membawa gadis itu ke istana timur.

***

Haneul mengerjapkan matanya setengah sadar. "Aw, apa yang sudah terjadi padaku?" Haneul memegangi kepalanya yang terasa pening. Di lihatnya kini ia berada di sebuah ruangan yang begitu asing baginya. "Aku dimana?"

"Kau sudah sadar agasshi?" terdengar suara seseorang dari sebelah kirinya.

Haneul pun menatap ke arah datangnya suara. "Ceo-ya? Bagaimana aku bisa berada di kamarmu? Bukankah ini istana timur?" Tanya Haneul bingung.

"Kau tidak ingat apapun agasshi?" Ceo mengernyitkan keningnya.

"Anya," Haneul mencoba mengingat apa yang telah terjadi padanya semalam. "Aku tidak ingat.." jawabnya polos sembari menggelengkan kepalanya.

"Apa kau semalam mabuk?" Tanya Ceo sembari berjalan mendekatinya.

"Ye?" sekali lagi ia mencoba mengingatnya. Ah benar! Semalam ia minum bersama pria itu!

"Kau ingat sesuatu agasshi?" Tanya Ceo ketika melihat raut wajah Haneul.

"Apa kau tahu siapa yang membawaku kesini?" tanyanya penasaran.

"Oh," jawabnya seraya mengangguk. "Apa kau punya hubungan khusus dengan prajurit Han? Sepertinya kalian begitu dekat,"

"Prajurit Han?" Haneul mengernyitkan kepalanya. Oh jadi namanya Han? "Oh anya..anya, mungkin aku tidak sengaja memintanya untuk membawaku kemari," ujarnya berbohong. 'Uh maafkan aku Ceo-ya, aku belum bisa menceritakannya padamu sekarang.' gumamnya.

"Meski begitu, kau tidak boleh sembarangan keluar istana mengingat dirimu adalah calon dayang putra mahkota. Kalau sampai ketahuan kau tidak akan selamat, arasseo?" kata Ceo mengingatkan.

"Ye, gumawo sudah mengingatkanku," ujarnya.

"Cepatlah kembali, sebelum dayang Yeobjong menemukanmu di sini," suruhnya.

"Ah, ye. Kau benar."

***

"Sebenarnya siapa gadis itu? Aku penasaran, aku harus segera menemukannya jika tidak gadis itu bisa mengancam diriku," Yeom terlihat begitu cemas, di lihatnya butiran mutiara yang tengah di genggamnya. Ia pun beranjak dari duduknya dan bergegas segera menuju istana.

"Abeoji, apa yang membuatmu hendak pergi sepagi ini?" Tanya Song Yong Ra pada ayahnya.

"Ada sesuatu yang harus ku selesaikan di istana," jawabnya sembari berjalan. Putrinya pun mengikutinya dari belakang.

"Ah ye abeoji ku mohon berhati-hatilah," harapnya.

Namun baru beberapa langkah ia berjalan, langkahnya pun terhenti. Hal itu membuat putrinya pun ikut menghentikan langkahnya. Yeom memutar arahnya menatap putri semata wayangnya. "Kali ini jangan biarkan putriku untuk pergi kemanapun. Jika ada yang mengijinkannya secara diam-diam aku akan menghukum kalian semua, arasseo?!"

"Ye daegam," jawab para pembantunya serempak.

Mendengar hal itu membuat Song Yong Ra terkejut. "Abeoji! Waeyo? Kenapa kau mengancam mereka?"

"Aku tahu apa yang kau lakukan selama ini di luar sana! Bukankah sudah ku bilang jangan pernah menemui wanita itu lagi! Kau adalah putriku satu-satunya, aku sudah mencukupi apa yang selama ini kau butuhkan, kau bisa bahagia tanpanya, jadi kau tidak perlu menemuinya lagi!" tegasnya.

"Kau menyebutnya 'wanita'? dia masih menjadi ibuku ayah, bagaimana kau bisa mengatakan itu semua sudah cukup untukku? Bagaimana kau bisa tahu aku akan bahagia tanpanya? Sedang aku membutuhkannya, sedang aku merindukannya, sebenarnya apa alasanmu melarangku untuk menemuinya selama ini?" tanyanya meminta penjelasan.

"Karena dia adalah pelacur! Jadi kau tak pantas menemuinya sama sekali," jawabnya

"Kaulah yang membuatnya menjadi wanita tak berharga seperti itu ayah! Demi sebuah jabatan kau rela mempertaruhkan kehormatan istrimu sendiri! Kenapa sekarang ayah menyalahkannya?" kali ini Song Yong Ra tidak bisa berdiam diri lagi pada ayahnya. Ia pun tidak perduli jika harus di usir dari rumah ini.

PLAKK!!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi cantik Song Yong Ra. Ia pun memegangi pipinya yang terasa memar. "Kau benar-benar..!" teriaknya dengan geram. "Cepat bawa gadis ini ke kamarnya, kurung dia dan jangan biarkan ia keluar bahkan sekalipun!" titahnya.

"Ye naeuri," jawab Seul seraya memapah majikannya untuk beranjak dari tempat itu.

"Jika kau berusaha untuk kabur dan pergi menemuinya lagi, aku tidak akan segan-segan untuk membuatmu tak bisa melihatnya lagi selama-lamanya." Ancamnya lagi. 'Dasar gadis bodoh, aku melakukan ini untuk dirimu,' gumamnya kesal.

Sesampainya di dalam kamar Seul memegang tangan Yong Ra dengan lembut. "Maafkan aku agasshi, aku yang telah memberitahu tuan kalau selama tuan pergi kau sering pergi menemui nyonya, ia mengancamku jika aku tidak mau bicara aku akan di pecat, maafkan aku agasshi aku benar-benar minta maaf.." katanya penuh penyesalan.

Yong Ra hanya menatapnya dengan tatapan nanar. "Bisakah kau meninggalkanku sendiri?" pintanya kemudian.

"Ye agasshi, ku harap kau akan baik-baik saja." Seul keluar dari kamarnya dengan perasaan bersalah. Di lihatnya dari balik pintu majikannya itu tengah tertunduk kesakitan.

Air mata Yong Ra pun mengalir begitu deras. 'Ayah, akan lebih baik jika kau mengusirku dari rumah ini, daripada kau harus mengurungku di tempat seperti ini, aku benar-benar tidak bahagia ayah..' keluhnya dengan masih terisak-isak. "Eommoni..pogossipo.."

***

Seungri berjalan hendak menuju kamarnya ketika Ji Hoo mondar-mandir di depan kamarnya. 'Sepertinya ia teman putra mahkota, ada apa ia berdiri di depan sana?' gumamnya heran. Dengan wajah centilnya ia pun berjalan berlenggak-lenggok.

"Annyong hassimnikka naeuri, ada apa anda datang kemari? Apakah ada yang ingin anda sampaikan?"

"Oh," jawabnya mengiyakan. Ia pun mengambil sehelai kain berwarna coklat keemasan dari dalam pakaiannya. "Bisakah kau memberikan ini pada Haneul?" pintanya sembari menyodorkan kain itu pada Seungri.

Seungri mengernyitkan keningnya heran. "Haneul?"

"Oh," jawabnya mengiyakan.

"Ah ye," katanya sembari menerima kain itu.

"Gumawo," tanpa basa basi Ji Hoo pun segera pergi meninggalkannya.

"Kenapa ia menyuruhku?" gerutunya. Seungri hendak menuju kamar Haneul, namun ia mengamati kain yang di timang-timangnya itu kembali. "Aku penasaran, apakah ini surat?" tanyanya curiga. Ia pun mengurungkan niatnya menuju kamar itu dan mulai membuka surat itu. Dengan tatapan sengit Seungri menutup kembali kain itu. "Jadi selain putra mahkota dan pangeran, kau juga bermain api dengan Ji Hoo-shi? Dasar gadis yang licik, aku yakin kau pasti menggunakan sihir untuk memikat mereka. Baiklah akan ku ikuti permainanmu, jika jeoha tahu bukankah sangat menarik?" pikirnya licik. Seungri pun menyunggingkan bibirnya. Ia pun membalikkan tubuhnya tanpa memberikan surat itu pada Haneul.

*

Haneul-a, ku tunggu dirimu di belakang istana nanti malam jam 08.00,

Entah mengapa aku sulit menemuimu setelah kau masuk ke istana ini,

Jadi aku mengirimmu surat ini,..

Ji Hoo

Joon Gi membaca surat itu dengan seksama.

"Darimana kau dapatkan surat ini?" Tanya Joon Gi pada Seungri setelah selesai membacanya.

"Itu tuan Ji Hoo sendiri yang memberikannya padaku, untuk ku serahkan pada Haneul." Jawabnya dengan jujur. 'Aku yakin pasti jeoha tidak akan tinggal diam,' gumamnya senang.

"Lalu apa maksudmu dengan memberikan ini padaku?" Tanya Joon Gi heran.

"Ah keugae..saya hanya tidak ingin ada penghianat di istana ini jeoha," jelasnya.

"Berarti kau sudah membacanya sebelum aku membacanya?"

'Oh ottokhe?' gumamnya gelisah. "Joseong hamnida jeoha, hanya saja hamba tidak ingin anda salah memilih dayang," jawabnya sembari bersujud.

Joon Gi menyunggingkan bibirnya. "Jinjja? Sebegitu khawatirkah kau padaku? Geurae gumawo karena kau telah melaporkan ini padaku, kau boleh pergi," titahnya.

Seungri menegakkan kembali tubuhnya. "Gamsahamnida jeoha," ia pun beranjak meninggalkannya dengan perasaan penuh kemenangan.

Di lihatnya diri Seungri hingga ia keluar dari ruang belajarnya. 'Aku akan lebih khawatir jika kau yang menjadi dayangku,' batinnya. Ia pun meremas surat yang di pegangnya. "Sebenarnya ada hubungan apa Ji Hoo dengan gadis itu? Bagaimana ia bisa mengenalnya? Apa kau tahu Han-a?" tanyanya pada pengawal setianya.

"Ye jeoha, yang hamba tahu gadis itu adalah mantan pegawainya sebagai pramuwisata dan ayahnyalah yang membawanya kemari." Jelasnya.

"Ji Hoo-shi" sebutnya dengan bergumam.

***

Besok adalah hari peresmian dayang putra mahkota di laksanakan. Haneul nampaknya mulai gelisah. Di gigit-gigitnya jari jempolnya sembari mondar-mandir di dalam kamarnya. "Oh ottokhe? Kenapa Ji Hoo-shi tidak datang? Apakah ia lupa akan janjinya untuk membawaku keluar dari istana ini?" tanpa sengaja ia pun menggigit bibir bawahnya. "Aw!" keluhnya. Tiba-tiba ia teringat sesuatu. Ia pun segera mengambil cermin yang ada di atas mejanya dan dengan seksama sembari melihat wajahnya. "Oh, andwae! Andwae! Anya! Anya! Tidak mungkin!" ia mencoba menepis pikiran konyolnya. "Tidak mungkin ia menciumku?" ia berusaha keras untuk menepisnya tapi ia tidak mungkin salah menilai perasaannya. "Ah..ottokhe?" keluhnya. "Apalagi yang ia lakukan padaku selain...ah ottokhe, kenapa aku tidak bisa mengingatnya dengan jelas?" gerutunya. "Tidak, aku tidak bisa diam saja aku harus tanya langsung padanya.." ia pun bergegas keluar untuk menemuinya.

***

Malam telah tiba, waktu menunjukkan pukul 8.30 namun tanda-tanda kehadiran Haneul tidak ada. Ji Hoo mencoba menunggunya beberapa saat lagi berharap orang yang di tunggunya segera datang.

Sementara itu Haneul berjalan menyusuri koridor kamar para pengawal kerajaan. Malam ini adalah waktunya para pengawal untuk makan malam. Dengan bermodalkan nampan berisi makanan dan cadar yang di pakainya ia pun menyamar menjadi seorang dayang uutuk menemui pengawal Han.

"Bisakah aku masuk tuan? Aku sudah membawa makanan untukmu?"

"Masuklah," jawab seseorang yang berada di dalam kamar tersebut. Ia pun membuka pintu di hadapannya. Di amatinya ruangan yang di masukinya itu namun ia tidak melihat sama sekali orang yang ingin di temuinya, hanya ada pria dengan tubuh kekarnya yang tengah duduk mengasah pisau memandangnya.

"Apa kau mencari seseorang?" Tanya Han menyelidik.

"Ah ye, aku sedang mencari tuan Han, ku rasa aku salah kamar, maafkan aku.." ia pun membalikkan tubuhnya hendak keluar.

Pria yang merasa dirinya Han pun mengerutkan dahinya. Adakah prajurit selain dirinya yang bernama Han? Dengan segera Han melempar pisau ke arah pintu, membiarkannya menancap begitu saja. Hal itu membuat Haneul terkejut dan menjatuhkan nampan yang di pegangnya. Dengan cepat Haneul membalikkan tubuhnya menghadap pria itu.

"Apa yang kau lakukan?" tanyanya heran.

"Siapa sebenarnya dirimu nonna? Kenapa kau mencariku tapi kau tak mengenali diriku?" tanyanya dengan tatapan curiga tanpa menghiraukan pertanyaannya. Han pun berdiri dan perlahan-lahan mendekatinya.

"Ye?" Haneul terkejut mendengarnya. 'Benarkah? tapi bukan pria ini yang ku maksud.' Dengan tubuh gemetar Haneul memundurkan dirinya perlahan.

Dengan cepat Han meraih tangan Haneul dan membiarkan tubuhnya mendarat dalam pelukannya. Haneul membelalakkan matanya tidak tahu apa yang harus ia lakukan ketika tangan pria itu mulai meraih cadarnya.

*

Sudah satu jam Ji Hoo menunggu Haneul di taman itu. Hari sudah mulai malam dan angin pun mulai menusuk relung-relung tulangnya. Mungkinkah Haneul tidak akan datang? Pikirnya. Namun beberapa saat kemudian ia menyadari kehadiran seseorang. Seorang wanita dengan jangot yang menutupi tubuhnya. Akhirnya yang ia tunggu pun datang.

"Kenapa kau lama sekali? Aku sudah menunggumu sedari tadi," celotehnya.

Orang yang ada di hadapannya pun perlahan-lahan membuka jangotnya. Betapa terkejutnya Ji Hoo ketika menyadari ternyata orang lain yang ada di balik jangot itu bukanlah Haneul.

"Apakah kau kecewa karena bukan gadis itu yang datang?"

"K..kau.."

Continua a leggere

Ti piacerà anche

719K 34.8K 44
"Anjing sekali everybody, yakali gue tidur langsung beda dunia" Bagaimana jadinya seorang Queena Selvi Dealova Kenward jiwa masa depan bertransmigras...
459K 38.2K 33
Kehidupan Evelyn yang sempurna berubah setelah kematian kedua orang tuanya. Ia harus menjual harta dan kediamannya untuk membayar hutang keluarga. Se...
70.1K 10.9K 43
Zhu Yinan berasal dari Kementrian Pekerjaan Umum dan Gu Shangjun disisi lain adalah Jenderal yang dulu berada di pasukan yang sama dengan Zhu Yinan...