"Tadaaaa!!!!"
Faili dengan riang mengacungkan sekotak bekal kuning, tersenyum lebar duduk di pinggir lapangan olahraga bersama Taeyong di sebelahnya. "Sesuai pesanan, buatan Faili!" ucapnya dengan antusias.
Taeyong tersenyum samar menerima bekal itu, lalu membuka tutupnya.
"Sushi!" kata Faili menyeringai. Tapi melihat ekspresi Taeyong, gadis itu jadi mengernyit dan ikut melihat ke dalam bekal.
Iya sih sushi.
Sushi abis tabrakan.
Daging kepitingnya kemana-mana, rumput lautnya dah pisah sama nasi, telor gulungnya juga sama ambyarnya.
"Sushi?" Taeyong mengangkat sebelah alis, kemudian mendongak menatap Faili dengan kedua bahu melemas. Capek sendiri. Lagian juga Taeyong tau pacarnya ini nggak bisa masak, tapi dia tetap ngasih tantangan Faili untuk buatin bekal.
Penyesalan memang datang terlambat.
"Kok...." Faili mengambil kembali kotak kuning itu, "tadi rapi loh. Udah kayak di manga-manga gitu, sekarang kok ambyar kayak nasi padang karetnya putus?" ucapnya merasa miris sendiri, memandangi hasil masakannya pagi subuh tadi sudah tak beraturan.
Taeyong melengos, kemudian maju mencopot satu yang masih agak berbentuk walau potongan daging kepitingnya agak keluar. Pemuda itu memasukkan ke dalam mulut, membuat Faili memerhatikannya lekat.
Taeyong berdehem, "Ada minum?" tanyanya belum mengunyah.
Faili langsung meringis malu, mengambil botol di sampingnya dan segera membukakan untuk Taeyong. "Muntahin aja deh, daripada Kak Taeyong kenapa-napa," katanya melihat pemuda itu memaksa mengunyah makanan padahal terlihat sekilas ekspresinya sudah sangat tak nyaman.
Faili mendecak, menyandarkan punggung ke undakan tangga di belakangnya. "Padahal aku udah bangun sepagi mungkin buat nyiapin ini... Sampe dapur tadi berantakan. Padahal sushi doang tapi kok masih ancur sih?" keluh gadis itu putus asa.
Taeyong berdehem, membersihkan tenggorokkannya. "Berasnya tuh harusnya beras khusus yang lengket, ya pantes berantakan," katanya menggurui.
"Ck. Aku baca di google berasnya kasih garam biar lengket," kata gadis itu polos. Taeyong tenganga mendengarnya.
"Pantes asin, astaga," Taeyong kembali meneguk air dalam botol Tupperware kuning Faili. "Udah, udah. Nggak usah masak lagi. Kamu mau racunin aku?"
Faili melengos keras, membuang muka dengan bibir merenggut. Pandangannya jadi jatuh pada koridor jauh di seberang.
"Tuh, ada Dahyun."
Taeyong tersentak, "Hn?" Ia mengikuti arah pandang Faili, "terus kenapa?" tanyanya tak mengerti kenapa tiba-tiba menyebutkan nama Dahyun.
Raut wajah Faili datar, melirik Taeyong. "Ada Dahyun, berarti kelas X-3. Minta dimasakin bekal sama Chaeyeon aja sana." Gadis itu menutup bekal dengan kesal, kemudian langsung berdiri begitu saja. Berlari pergi membuat Taeyong tersentak.
"Elah pundungan banget sih," omel Taeyong segera menyusul membawa botol gadis itu. Ia segera menarik lengan Faili memaksanya berhenti.
"Ck," Faili dengan sebal menepis tangan Taeyong, "kenapa? Mau aku racunin?" tanyanya tersinggung. Ia langsung merebut botol dari tangan Taeyong membuat Taeyong terkejut. "Ini botol aku. Nanti mamah marah kalau botolnya nggak ada di rumah," katanya ketus, lalu berbalik lagi dan berjalan pergi dengan cepat.
"Astaga." Taeyong melemaskan bahu, merasa pusing sendiri.
Sehari saja.... apa mereka tak bisa kalau tidak ada pertengkaran begini?
**
Faili menyandarkan punggung, menahan tangis memandangi kotak bekal kuning di atas mejanya. Ia menghela nafas berat, merasa sakit hati pemuda itu tak menghargainya sama sekali. Faili masak indomie aja masih merengek minta dibuatin papah, dia mati-matian berusaha menyentuh alat masak untuk Taeyong. Ke supermarket memilih bahan sendiri dan bangun pagi untuk pemuda itu. Tapi apa yang dia dapat? Seburuk apapun rasa makanan buatannya, setidaknya Taeyong tak sepedas itu.
"He. Kenapa nangis?"
Sebuah suara membuat Faili terkejut. Gadis itu mengangkat wajah, memandang Moonbin yang memasuki kelas dan mendekat lalu duduk di depannya.
"Paan nih? Tumben bawa bekal," kata Moonbin meraih kotak bekal di atas meja Faili, kemudian membuka tutupnya dengan tanpa dosa. Pemuda itu mendelik kecil, kemudian tertawa.
Faili mendecak,membuang muka. "Buang aja," katanya dingin, membuat Moonbin tersentak.
"He, mana boleh buang-buang makanan. Lo nggak bersyukur banget," protes cowok itu mengomel. "Buat gue aja deh?"
"Asin. Nggak enak. Enek. Dari pada lo mati nanti," sahut Faili ketus, menahan emosi geram.
Moonbin mengangkat sebelah alis, kemudian memilih mencomot potongan daging kepiting dan telur lalu memakannya. Ia mengunyah tenang. Berikutnya meraih nasi dan dengan lembar kecil rumput laut. Wajahnya agak berubah kini.
"Tuh, kan," kata Faili sebal, sedari tadi memerhatikan raut wajah Moonbin.
Moonbin menelan makanannya. Ia diam beberapa saat, "bentar gue ke UKS dulu," katanya berdiri, lalu segera berlari keluar kelas.
Faili makin merasa tersudut. Cewek itu sudah hampir meledakkan tangis dan ingin merengek nyaring. Ia menatap nanar juga emosi bekalnya yang tak berbentuk. Tangannya maju, memutuskan akan membuang jauh-jauh masakannya.
Tapi baru beranjak, gadis itu dibuat kaget Moonbin sudah datang sambil berlari. Keningnya berkerut memutuskan kembali duduk saat Moonbin ke depannya.
"Tadaaaa!" kata Moonbin mengacungkan sendok yang ia bawa, seperti gaya ceria Faili yang biasa. Ia juga mengacungkan sebungkus boncabe. Membuat kening Faili berkerut keras.
"Kita jadiin nasi campur," kata Moonbin membuka bungkus boncabe, lalu menaburi di atas nasi Faili. Pemuda itu berikutnya mengaduk semua dengan sendok.
Moonbin memandang Faili yang tertegun, tersenyum menyeringai. Pemuda itu menyendokkan sesuap, lalu memakannya. Ia mengunyah sesaat, "tuh kan enak!" katanya dengan riang, tertawa senang. "Buat gue ya? Lo nggak mau kan?" sambungnya kembali menyendokkan sesuap dan mengunyahnya.
Bibir Faili terbuka kecil, dengan mata membulat memandang Moonbin yang terus lahap.
"Lo emang nggak cocok di dapur sih. Tapikan setiap orang perlu belajar. Ya wajar kalau gagal di percobaan pertama. Nggak usah pundung gitu," kata Moonbin tenang, merunduk sibuk mencampur nasi di bekal dengan sendok.
Moonbin memakannya, mengunyah menikmati. Ia kemudian mendongakkan kepala, langsung terdiam melihat mata basah Faili menatapnya dengan bibir menahan tangis. Pemuda itu langsung menegak, "what? What? Why?" tanyanya jadi panik. "Eh? Lo mau ya? Astaga sorry sorry ini nggak gue abisin kok. Nih," katanya menyodorkan kotak bekal lebih dekat ke arah Faili.
Faili malah jadi merengek kecil. Gadis itu merunduk, mengusap matanya dengan punggung tangan. Mendenguskan hidung dan terus mencoba menghentikan air matanya yang turun.
"Makasih..."
Moonbin mengernyit, menatap Faili yang sudah seperti bayi kecil menahan tangisnya. Pemuda itu tak lama menipiskan bibir, "gue yang dikasih makan kok lo yang makasih sih? Ck. Udah jangan mewek ini gue lagi makan. Nggak baik nangis di depan makanan-"
"Nanti makannya ikut nangis," kata Moonbin dan Faili bersamaan.
Faili mendongak, jadi terkekeh kecil. "Lo inget?" tanyanya membuat Moonbin mencibir pelan.
"Lo sering ngomong gitu gimana gue nggak hapal?" tanya pemuda itu kembali menyendokkan nasi. "Eh, lo nggak makan nih? Maghnya nanti kambuh," kata cowok mengingatkan.
Faili menggeleng, "Tadi pagi gue sarapan nasi kok. Jadi masih kenyang," tolaknya sambil tersenyum. Ia jadi maju, menaruh kedua siku di atas meja dan menangkupkan dagu dengan telapak tangan memandangi Moonbin yang melanjutkan makan. "Emang enak daging kepiting sama rumput laut campur boncabe gitu?" tanyanya penasaran.
Moonbin terkekeh kecil, "enak aja lah," katanya tenang. "Kan lo yang buat."
Faili mengangkat alis, namun kemudian jadi tersenyum. Makin lama makin lebar. Gadis itu merasa senang.
**
A/N: