Dylana

By yoophorina

62.1K 1.9K 175

Ana yang seorang Bad Girl di sekolahnya harus mau merelakan waktunya yang berharga untuk Dylan, seorang Most... More

Dylan
First Meet
Satu langkah lebih dekat
Andriana Caroline Enderson
What Makes You Beautiful
Bad Reputation
Bad Stalker
Bad Stalker part 2
Stalker
Bad Side
Senyuman yang Hilang
First Date
Senyuman yang Sempat Hilang
Berkencan
Sweet Talk
Overdose
Kisah Manis
Dilla
The Name is Called Best Friend
We're Best Friend
Relation-sweet
The Name is Called Kencan
Triple Date
The Storm is begin
Kehilangan Sebelah Sayap
Rapuh
Kecewa?
Axel si Moodboster
The Darkest Side
Senang dan Sedih Satu Paket
For the First Time
Perubahan Besar Ana

Live While We're Young

2.3K 72 4
By yoophorina

Tuhan tahu, seberapa kerasnya aku memperjuangkan orang yang aku cintai untuk berada di sisiku. -Dylan

***

"Kamu cantik An," ucapan Dylan membuat Ana menghentikan gulungan spagetti yang hendak dimakannya, sontak pipi Ana memerah dan dengan cepat ia melahap gulungan spagetti yang terhenti dihadapannya.

"Thanks." Dengan salah tingkah Ana memakan Spagetti Aglio Olio dihadapannya dengan sedikit menunduk guna menutupi kedua pipi yang ia yakini merona.

Tingkahnya itu membuat Dylan terkekeh melihat pemandangan indah dihadapannya, sudah banyak keajaiban yang Dylan lihat hari ini terhadap perubahan Ana. Dan jujur saja, ia menyukainya.

"Kamu makin cantik kalau tersenyum seperti itu," rona dipipi Ana menyebar sampai ke telinganya. Ana makin menundukkan kepalanya untuk menutupi rona merah yang menyebar diseluruh wajahnya.

Dylan hanya terkekeh dan mengacak rambut Ana sehingga pemiliknya mendongakkan wajahnya hendak protes, namun diurungkannya karena wajahnya masih terpenuhi rona merah yang belum hilang.

"Ayo pulang," ajak Ana karena makanan dihadapannya telah kandas dan berpindah keperutnya.

"Cepet banget sih udah mau pulang," Dylan menggerutu sedangkan Ana malah asik meminum Strawberry Smoothie yang tinggal setengah itu.

"Yaudah ayo," Dylan berdiri dan mengulurkan tangannya berharap Ana mau menggandeng tangannya.

"Tangannya kenapa bang? Dikira mau nyebrang pakai gandengan segala?" Ana tertawa dan meninggalkan Dylan berada dibelakangnya dengan salah tingkah.

Dylan tertawa akibat ulah Ana tersebut dan menggunakan tangan yang ia ulurkan tadi untuk menyisiri rambutnya seraya mengejar Ana yang berada jauh dihadapannya.

***

"Assalamualaikum," salam Dylan ketika memasuki rumahnya sembari melepas sepatunya.

"Waalaikumsalam," balas Bunda yang berada di dapur dengan mengucapkannya sedikit lebih keras.

"Bun, masak apa?" Dylan menghampiri Bunda dan memeluknya dari belakang, mencium aroma masakan membuatnya membayangkan jika ia sudah berumah tangga nanti, akankah istrinya memasaki makanan kesukaannya?

"Kamu itu, kebiasaan ya dek," Bunda mencubit perut Dylan, sehingga lamunan Dylan akan masa depannya buyar dan digantikan dengan rengekan kesakitan yang keluar dari mulutnya.

"Aduh Bunda," Dylan masih terus mengaduh karena cubitan Bunda bisa dibilang pedas.

"Makanya jangan gangguin Bunda, udah sana ke kamar, temen-temen kamu disana," alarm tanda bahaya langsung berbunyi dikepala Dylan.

Terakhir Dylan meninggalkan kamarnya untuk ditempati 2 orang makhluk tak bertanggung jawab, kamarnya telah hancur.

Meja terbalik, pakaiannya berada diluar dan tidak terlipat rapi seperti biasanya, kasurnya yang sangat berantakan, serta banyak rempah-rempah makanan yang berserakan.

Dengan langkah cepat Dylan memasuki kamarnya, tidak bisa ia biarkan mereka mengacaukan kamarnya untuk yang kesekian kalinya. Mana Keenan belum pulang lagi, Dylan harus menyelesaikan urusan ini sendiri sepertinya.

"KALIAN!!" Teriak Dylan ketika baru memasuki kamarnya yang sudah berantakan, bahkan melebihi ekspektasi yang ia bayangkan.

Dengan langkah cepat, Dylan meraih bantal yang tergeletak tak jauh dari pintu dan melemparkannya satu persatu hingga tepat mengenai kepala Andi dan Reno.

"Bego! Kamar gue!!" Seru Dylan melihat kekacauan yang dilakukan sahabatnya, sungguh ia ingin meluapkan kekesalannya. Moodnya yang baik menjadi buruk berkat mereka.

Andi dan Reno yang mendapatkan lemparan serta bentakan itu hanya mampu tersenyum hingga memamerkan giginya dan jari telunjuk serta jari tengah membentuk tanda perdamaian.

"Mas jangan marah, aku gak selingkuh sama dia," ucapan Reno membuat Dylan makin menahan amarahnya.

Dylan mendekati mereka seraya menyeret Andi dan Reno dengan menarik kerah belakang baju dengan Andi ditangan kanan sedangkan Reno ditangan kiri.

"Mas jangan perlakukan kita kayak kucing gini," Reno mendapatkan tatapan tajam dari Andi yang menyuruhnya diam, seketika Andi dan Reno pasrah diseret Dylan seperti ini.

Setelah berada diluar kamar, barulah Dylan melepaskan mereka dan hendak mengomeli tindakan mereka sebelum suara seseorang mengintrupsi mereka.

"Ini ada apa dek? Kenapa kamar kamu berantakan?" Bunda heran mengapa kamar si kembar bisa berantakan seperti ini, bahkan mereka belum meninggalkannya selama 8 jam penuh.

"Tanya sama mereka Bun, Dylan capek mau tidur," sebelum membalikkan badan, Dylan dirangkul Andi dan Reno ketika memasuki kamar. Bunda yang melihatnya hanya mampu menggelengkan kepala serta tersenyum karenanya, mengingatkan pada masa-masa indah SMAnya dulu.

"Lepas," tanpa memandang sahabatnya Dylan mengatakan itu.

Tentu saja Andi dan Reno berpura-pura tidak mendengarnya dan asik merangkul Dylan memasuki kamarnya kembali.

Dylan yang kesal langsung menghempaskan rangkulan mereka dan melempar bantal kewajah Reno dan Andi yang tak sempat mengelak.

Perang bantalpun tak luput dari mereka, seketika suasana mencekam tergantikan dengan suasana senang yang mereka rasakan.

Suara pintu terbuka membuat mereka menghentikan acaranya sejenak.

Keenan memandang mereka dengan aneh, Dylan tengah menjepit kepala Reno diantera lengan dan ketiaknya sedangkan Andi tengah menarik kaki Reno dengan posisi telentang.

"Kalian ngapain?" Seketika mereka langsung menyerang Keenan yang tengah kebingungan melihat kelakuan mereka yang tidak wajar.

Pandangan telepati yang dilakukan oleh Dylan dan Keenan membuat Andi serta Reno saling bertatapan dengan pandangan ngeri.

Tanpa aba-aba tubuh Reno melayang, siapa lagi pelakunya jika bukan si kembar. Dylan mengangkat kedua tangan Reno dan Keenan mengangkat kedua kaki Reno seraya keluar kamar dan menuruni tangga.

Andi yang mengetahui itu langsung membantunya dengan mengangkat badan Reno dan mempercepat langkahnya untuk membawa Reno kearah kolam berenang.

Dengan aba-aba, mereka melempar tubuh Reno dengan sekali ayunan dan menciptakan cipratan yang mengenai mereka dipinggir kolam.

Tanpa Andi sadari, Dylan dan Keenan melakukan telepati kembali dan mengangkat tubuh Andi seperti yang mereka lakukan kepada Reno.

Andi mengumpat karena mereka melakukan hal yang sama kepadanya dan Reno tampak tertawa karena tingkah kembar usil satu ini.

"Ren,"
"Di," ucap Andi dan Reno berbarengan seraya saling bertatapan. Keenan dan Dylan yang mengetahui niatan mereka langsung meninggalkan tempat, namun tubuh mereka terlanjut terdorong memasuki kolam renang.

Anggap saja mereka anak kecil, bermain air seraya mencipratkannya kearah satu sama lain.

Bunda yang melihatnya hanya mampu tersenyum jenaka seraya membawa 4 gelas minuman dan setoples makanan kering untuk mereka.

"Boys, ini minuman dan cemilannya ya. Jangan kelamaan renangnya," Bunda segera berlalu dari tempat itu ketika melihat mereka menganggukkan kepala dengan semangat dan melanjutkan 'pertempuran' yang sempat tertunda.

***

"Gue bosen," ucap Andi yang sedang membaringkan badannya dengan telentang diatas kasur, kakinya menggantung di salah satu sisinya.

Tak ada tanggapan yang ia dapati, setelah menolehkan kepalanya, barulah ia lihat tanggapan yang membuatnya mengira jika ia tidak dihiraukan.

"Gue bosen," ulang Andi ketika tak mendapat tanggapan dari Dylan dan Reno.

"Buntut lo kapan balik?" Tanya Reno ke arah Dylan yang asik bermain ponselnya dan cekikikan seraya memandang ponselnya dengan geli.

"Woy!" Seru Reno ketika tidak mendapati tanggapan dari Dylan. Dylan yang merasa dipanggil langsung menolehkan kepalanya dan masih mempertahankan senyumannya.

"Buntut lo kapan balik?" Tanyanya ulang seraya memandang Dylan yang sedang cengengesan dengan datar.

Ini bocah kesambet setan apaan ya? Batin Reno bertanya-tanya dengan keanehan Dylan.

"Gue belum merid kalik, buntut buntut segala," jawab Dylan dengan tidak santainya seraya melemparkan stik ps yang ada di depannya.

"Anjir. Gak usah pake lempar berapa bang?" Tanya Reno dengan mendelik ke arah Dylan yang cengengesan melihat respon dari Reno.

"Sejak kapan lo merid, Lan?" Tanya Andi dengan wajah yang dibuat sepolos mungkin. Reno dan Dylan memandangnya dengan datar dan dibalas dengan cengengesan oleh Andi.

"Buntut lo si Keenan, yakali gue bilang anak lo, pinter," sahut Reno seraya mengusap bagian kepalanya yang terkena lemparan stik ps yang lumayan membuatnya sakit kepala.

"Bilang yang jelas, pinter. Ucapan lo ambigu," ucap Dylan sembari memainkan ponselnya dan tertawa dengan keras yang membuat Reno dan Andi memandangnya seakan mengatakan-bukan temen gue- dan memalingkan wajahnya ke berbagai arah.

"Keenan lagi keluar, nemuin mantan tercintanya," ucapan Dylan membuat Reno dan Andi memandangnya dengan terkejut.

"APA?!" Teriak Reno dan Andi berbarengan.

"Biasa aja woy mukanya," Dylan melemparkan bantal yang berada di dekatnya dan tepat mengenai wajah Reno dan Andi yang masih menampilkan wajah terkejut ala mereka.

"Gue bertaruh, pasti nanti si Keenan dateng dengan wajah yang bersinar," ujar Andi dengan semangat serta menaikkan kedua alisnya.

"Gue bertaruh, pasti si Keenan dateng dengan wajah yang di tekuk," ujar Reno dengan semangat seraya mengeluarkan uang lima puluh ribu dan menaruh di hadapannya.

"Lo temen bukan sih, main taruhan segala," ucap Dylan sebal dan melanjutkan,"Gue yakin nanti muka Keenan biasa-biasa aja," sambung Dylan seraya mengeluarkan uang seratus ribu rupiah dan diikuti dengan Andi dan Reno yang juga menaruh uang seratus ribu rupiah di hadapan mereka.

"Kita tunggu selama sejam, nanti pas dia balik siapa yang akan menang," ujar Dylan seraya sibuk kembali dengan ponselnya.

"Oke." Sahut Reno dan Andi berbarengan dan melanjutkan aktifitas mereka yang tertunda. Bermain PS.

Tik tok tik tok tik tok

Suara dentingan jam dinding membuat suasana makin terasa sunyi. Mereka menghentikan kegiatannya dan berbaring di atas kasur.

Suara pintu yang terbuka membuat mereka bertiga menolehkan kepala dengan serentak ke arah pintu.

Keenan yang baru membuka pintu menaikkan sebelah alisnya ketika melihat mereka memandangnya dengan mata yang berbinar.

"Gue menang!" Seru Dylan seraya mengambil uang tiga ratus ribu rupiah yang berada di hadapan mereka.

"Ini ada apaan?" Ujar Keenan dengan bingung melihat tingkah Dylan yang meloncat-loncat di atas kasur dan wajah murung Andi serta Reno.

"Enggak ada apa apa Yang, sini sini duduk," ucap Dylan seraya merangkul Keenan dengan mesra, tak lupa ia juga mengedipkan matanya dengan genit.

"Jijik gue Lan," ujar Reno seraya melempar bantal hingga mengenai wajah Dylan yang menampilkan kedipan menggoda andalannya.

"Apasih kamu mas," ucap Dylan dengan kesal dan memanyunkan bibirnya serta menggoyangkan bahunya yang membuat Keenan melepas rangkulan mereka dengan paksa.

"Najis Lan, najis," ucapan Andi membuat Reno dan Keenan tertawa dengan keras karena ekspresi yang di lakukan oleh Dylan.

"Gimana, gimana. Kencannya berhasil?" Tanya Dylan dengan penasaran.

"Biasa aja," jawab Keenan dengan cuek sementara mereka yang menaikkan alisnya melihat respon dari Keenan.

"Gagal?" Tanya Reno. "Dia gak dateng?"

"Dateng, cuma ya gitu," jawab Keenan dengan ogah-ogahan, kentara sekali dia tidak ingin membicarakan masalahnya ini pada mereka.

Ketika Andi hendak membuka suara untuk bertanya lagi, Dylan memberikan Reno dan Andi tatapan-jangan-ganggu- dan dituruti oleh Reno dan Andi yang kembali memainkan PSnya sementara Keenan berbaring dengan menutup matanya dengan tangan kanan.

Dylan tahu jika ada yang tidak beres dengan Keenan dan mantan pacarnya. Namun, ia tidak ingin mencampuri urusan pribadi saudara kembarnya dan memilih diam.

***

"Selamat pagi, Bidadari," sambut Dylan ketika melihat Ana keluar dengan penampilannya yang biasa. Ana menaikkan sebelah alisnya mendengar perkataan Dylan yang menurutnya aneh.

"Mari kita menuju kereta kencana," ucap Dylan seraya mengulurkan tangan kanannya dan sedikit membungkukkan badan seperti Pangeran yang ingin mengajak Tuan Putri berdansa.

"Kereta kencana?" Tanya Ana dengan geli, namun masih memasang ekspresi yang sama.

Dylan menggiring Ana menuju 'kereta kencana' yang dikatakan Dylan. Namun, bukannya kereta kencana yang ia dapatkan melainkan sebuah mobil yang Ana tahu pasti jenis dan tipe mobil itu dengan sekali melihat.

Lumayan juga seleranya batin Ana setelah melihat dengan sekilas tipe mobil yang dibawa Dylan.

"Silahkan masuk, Tuan Putri." Ujar Dylan seraya membuka pintu dan mempersilakan Ana untuk memasuki mobil tercintanya. Sebenarnya, Dylan ingin membawa motornya seperti biasa. Namun, ia kembali berpikir jika Ana tak menyukai menaiki motor setiap ia menjemput dan mengantarnya.

"Ini kereta kencananya?" Tanya Ana dengan tertawa kecil. Entah mengapa tertawa kecil mendengar sebutan 'kereta kencana' yang disebut-sebut oleh Dylan.

Mobilpun berjalan meninggalkan kediaman Ana. Sesekali Dylan menolehkan kepalanya ke arah Ana yang memandang lurus ke jalan di hadapannya. Dylan tersenyum kecil sebelum memulai pembicaraan.

"Cuaca hari ini cerah ya?" Tanya Dylan sembari melirik Ana dengan ujung matanya dan mulai menyumpahi mulutnya yang di luar kontrol. Seharusnya bukan itu yang ia katakan pada Ana.

"Iya?" Tanya Ana balik sebelum melihat cuaca di luar sana. Rintik-rintik air menjatuhi jalanan dan membuat hawa di sekitarnya menjadi dingin.

Apanya yang cerah batin Ana tertawa dengan keras.

Bermula dari rintik-rintik kecil dan lama kelamaan menjadi hujan yang deras. Seketika Dylan dan Ana terdiam, memikirkan banyak hal, terutama Dylan.

"Eh. Cuacanya buruk ya," ralat Dylan seraya tertawa canggung dan tak dapat respon apapun dari Ana. Suasana di dalam mobil makin canggung saat suara penyiar radio terdengar.

"Hai untuk kalian semua yang sedang beraktivitas pagi hari ini. Pasti ada dong, ya kalian yang berduaan dengan istri atau pacar atau gebetan atau mungkin teman.

"Cuaca dingin seperti ini lebih enak berbaring di kasur seraya menaikkan selimut dan melanjutkan tidur. Hahaha itu untuk orang yang tidak memiliki aktivitas pada pagi hari ini.

"Pagi ini enaknya kalau makan mie instan lengkap dengan telur, sosis dan sayur untuk menemani kalian para jomblo yang tak memiliki kegiatan. Nah, buat kalian yang bersama pacar atau gebetan, rasanya sudah seperti berada di Drama Korea gitu ya. Hahaha.

"Berduaan dengan pacar atau gebetan memang menyenangkan, apalagi hujan seperti ini. Pasti kalian ingin modus-modus gitu, kan? Ayo, kalian ngaku. Pasti terbesit di pikiran kalian untuk hujan lebih deras agar pacar atau gebetan kalian meluk karena kedinginan. Hahaha.

"Nah, untuk kalian yang sudah taken, gue persembahkan lagu ini. Untuk hari yang dingin dan membutuhkan selimut. Ini dia, Selimut Tetangga."

Suasana bertambah awkward saat intro lagu berkumandang dan dari sudut mata Dylan bisa melihat jika Ana mencoba menahan tawanya. Dylan mengerutkan dahi, bingung dengan apa yang ingin Ana tertawa kan.

"Ada yang lucu?" Tanya Dylan dengan tersenyum geli karena wajah Ana yang memerah akibat menahan tawa dengan membekap mulutnya.

"Penyiarnya lucu," sahut Ana serta tertawa dengan keras tanpa menahannya seperti tadi. Dylan makin mengerutkan dahi ketika mendengar jawaban atas pertanyaannya barusan.

"Apanya yang lucu?" Tanya Dylan penasaran seraya tersenyum mendengar tawa Ana. Tawa yang jarang ia keluarkan.

"Itu, apa coba maksudnya dingin karena hujan dengan selimut tetangga? Gak nyambung banget, sumpah," tawa Ana membuat Dylan seolah lupa untuk berpijak. Dylan merekam saat Ana tertawa seperti ini di otaknya.

Mengenang setiap tawa nyaring yang menjadi suara favoritnya untuk kedepan. Dylan ikut tertawa dengan pikiran puitis yang di keluarkan oleh pikirannya, konyol.

Mereka larut dalam tawa dan membicarakan mengenai hal itu hingga mereka sampai di depan gerbang sekolah Ana dengan hujan yang telah reda. Kadang, Dylan kesal dengan hujan yang terjadi sekejap seperti itu. Namun, untuk saat ini ia senang karena berkat hujan, atau mungkin berkat penyiar radio itu membuatnya merasa lebih dekat dengan Ana.

"See you An." Ujar Dylan seraya melambaikan tangan ketika Ana berjalan menjauhi mobilnya. Dan mulai menjalankan mobilnya menjauhi sekolah Ana.

***

"Ceria banget, Bos," ujar Andi ketika melihat Dylan melangkahkan kakinya dengan senyum yang tak pudar dari wajahnya.

"Iya dong," sahut Dylan seraya menampilkan senyuman yang lebih lebar dari sebelumnya yang membuat tawa Andi menggelegar di sepanjang koridor.

"Pasti ada kejadian nih, tadi pagi," goda Andi dengan menaikkan alisnya dan tersenyum konyol.

"Weesss, apa gue tertinggal sesuatu?" Tanya Reno yang datang dari arah belakang dan merangkul Dylan dan Andi sekaligus. Reno mengerutkan dahi melihat ekspresi berlebihan yang di keluarkan Dylan dan senyuman menggoda yang di tampilkan Andi untuk Dylan.

Seakan mengerti dengan situasinya, Reno ikut menggoda Dylan dengan celetukannya. "Lo habis menang undian berhadiah? Bahagia amat,"

"Ini lebih dari sekedar undian berhadiah, sob," sahut Dylan seraya tertawa dengan cerianya.

Andi dan Reno saling bertatapan dan menolehkan kepalanya berbarengan ke arah Dylan.

"Ini sebuah anugerah." Ucap Dylan dengan wajah yang penuh dengan binar. Seketika Reno melepaskan rangkulannya pada Dylan dan saling bertatapan dengan Andi sebelum mereka menganggukkan kepala dan berlari meninggalkan Dylan yang kesal akibat ucapan mereka.

"Hati-hati woy, Dylan lagi kesambet!" Teriak Reno dan Andi berbarengan dan berlari sekencang mungkin guna menghindari Dylan yang mengejar mereka dengan tanduk di kepalanya.

Orang-orang yang melihatnya hanya dapat menggelengkan kepala melihat kelakuan aneh yang Dylan, Andi maupun Reno lakukan di sekolah. Mereka tidak heran dengan perilaku 'abnormal' yang sering di lakukan di depan umum seperti saat ini.

"AWAS LO! GUE CINCANG LO SEKARANG!!!" Teriak Dylan dengan menambahkan kecepatannya sehingga sedikit lagi tangannya bisa meraih kerah baju Andi dan Reno.

Sedangkan Andi dan Reno yang mendengar teriakan Dylan yang dekat membuatnya menambahkan kecepatan larinya hingga ia tidak bisa menghindari tangga yang di atasnya ada Pak Rohim selaku Guru Bimbingan Konseling yang sedang membetulkan jendela. Tabrakan pun tak terelakkan.

Dylan beruntung bisa menghentikan larinya satu meter sebelum ikut menabrak Pak Rohim yang tergeletak dengan mengenaskan disusul Andi dan Reno yang menindih badan Pak Rohim.

"RENO! ANDI!" Teriak Pak Rohim akibat ulah mereka yang menabraknya sehingga ia jatuh mengenaskan di atas lantai dan mereka berlari menjauhi Pak Rohim yang berdiri seraya mengacungkan palu ke arah mereka.

Sedangkan mereka hanya tertawa dengan keras dan berlari menuju kelas dengan diiringi pandangan heran dari orang-orang di koridor maupun kelas.

***

Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 410K 44
Gimana sih rasanya dijodohin sama cowok ganteng, paham agama, lemah lembut, cintanya tulus banget, tapi tunanetra?! *** "Kenapa Dek Qia mau nikah sam...
13M 1.4M 69
(SUDAH TERBIT, TERSEDIA DI GRAMEDIA) Agatha terpaksa tinggal bersama Raka. murid paling teladan dan juga kebanggaan di sekolah. Manusia sedingin es y...
4M 236K 41
Meninggalkan Indonesia dengan hati yang patah, Ana memulai kehidupannya lagi di Amerika. Melupakan urusan cinta, perasaan dan hatinya. Ahh apa sih ci...
19.6M 640K 46
BLURB: Gabriella Anatasya, seorang bad girl di SMA Garuda terpaksa tinggal berdua di satu rumah bersama Alvaro, seorang Ketua OSIS sekaligus Kapten B...