stupid ; kth

By mondayinjuly

254K 29.2K 10.9K

[Akan di revisi] Hanya penggalan cerita bodoh dari gadis bodoh... 17+ Desember 2016 - Maret 2017 More

stupid
001
002
003
004
005
006
007
008
009
HBD Taetae
010
011
012
013
014
015
016
017
018
019
020
021
022
023
024
025
026
027
028
029
030
031
032
033
034
035
036
037
038
039
040
041
043
044
045 | ending
Stupid fact's
alt ending pt. 1 Jimin
alt ending pt. 2 Taehyung
epilogue
untold story pt 1
untold story pt 2
untold story pt 3
special chapter

042

2.3K 463 189
By mondayinjuly

"Siapa ini Jim?"

Matamu membulat sempurna, tenggorokanmu tercekat, seketika bibirmu keluh.

Apa yang harus kau jawab?

Untungnya Jimin mengambil alih.

"Eh, Ma dia yang aku ceritakan semalam."

Entah apa yang di ceritakan Jimin, tapi yang penting dan patut di syukuri adalah, detik itu juga kekagetan di wajah ibunya sirna dan kembali ceria.

"Oh, jadi dia?" Tanpa diduga tangan ibu Jimin meraih lenganmu, berniat menarikmu ke luar tapi Jimin dengan cekatan menahanmu.

"Maa, kami akan turun setelah menyelesaikan tugas kami ok?"

"Oh? Benarkah? Baiklah, lanjutkan tugas kalian, mama akan menunggu di bawah. Dan,"
Ibu Jimin melirik Jimin dari ujung kaki hingga kepala. "Pakai bajumu anak nakal!"

Ibu Jimin lalu melepaskan tanganmu lalu berbalik dan kembali turun. Mungkin dipikirnya anaknya memang sedang melakukan tugas kuliah.

Kau memukul lengan Jimin.

"Tugas apa? Kita saja beda kelas!"

Jimin kembali menutup pintu dan menguncinya.

"Memangnya kau mau turun kebawah tanpa mengenakan bra?"

Seketika wajahmu bersemu merah, memang benar kau tidak sempat memakai bra dan celana dalammu tadi karena terburu-buru.

"Iya tapi tugas apa?" Kau berjalan kembali ke arah kasur untuk mencari bra serta celana dalammu.

Tanpa peringatan Jimin kembali mengangkatmu dan sedikit melemparmu ke kasur.

"Apa yang kau lakukan?"

Saat kau melihat kearah Jimin, pemuda itu sudah kembali melepas boxernya.

"Memangnya apalagi? Tugas membuat bayi kan?" Ucap Jimin sambil kembali menindihmu.

***

Setelah menyelesaikan "tugas" kalian, kau kembali memakai bajumu, kali ini, secara lengkap tentu saja, kau bahkan menyisir rambutmu.

"Jim, bisakah aku pulang sekarang saja?" Tanyamu sambil mematut diri di cermin.

"Kenapa?"

"Aku ada sedikit urusan."

"Tidak bisakah kau tinggal sampai makan malam?"

Kau berjalan ke arah Jimin yang tengah memerhatikanmu dari atas ranjang.

"Lain kali saja oke?" Bujukmu sambil mengecup singkat bibir Jimin.

"Baiklah."

***

Kalian turun bersama dan mendapati ibu Jimin di ruang tamu. Senyum merekah di wajah cantiknya saat melihat kedatangan kalian.

Dengan penuh kasih sayang ibu Jimin langsung menarikmu dalam pelukannya. Membuatmu sedikit salah tingkah.

"Ma, jangan begitu. Nanti kalau dia jadi lebih dekat dengan ibu dan melupakan aku bagaimana?" Canda Jimin dan ibunya langsung melepas pelukannya lalu memukul lengan Jimin.

Kalian bertiga tertawa bersama.

"Ma, aku ijin keluar untuk mengantarkannya pulang." Pamit Jimin.

Wajah ibu Jimin terlihat kaget sekaligus kecewa.

"Ada apa? Kenapa tidak tinggal untuk makan malam?"

Sebenarnya kau menjadi tidak tega melihat wajah memelas ibu Jimin, tetapi sejujurnya kau hanya mencari alasan saja untuk pulang. Kau merasa canggung berada di rumah itu dengan ibu Jimin. Kau malu. Kau memang selalu begitu terhadap orang baru. Kau ketakutan setiap kali berada di lingkungan baru. Kau sangat sulit bersosialisasi.

"Maafkan aku, tapi aku harus menjemput ibuku di stasiun." Bohongmu.

"Oh, benarkah?"

Kau mengangguk.

Akhirnya setelah sekali lagi memelukmu, ibu Jimin melepaskan kepergian kau dan Jimin.

Sebelum pergi, ibu Jimin mengucapkan terima kasih kepadamu. Dan mengatakan untuk sering-sering berkunjung dan kau mengiyakan.

***

Kau dan Jimin dalam perjalanan kembali ke apartemenmu. Rumah Jimin dan apartemenmu memang lumayan jauh.

"Jim," Saat ini motor sedang melaju, jadi kau harus sedikit berteriak agar suaramu terdengar oleh Jimin.

"Iya ada apa?"

"Bisa kita mampir ke mini market sebentar?"

Jimin mengangguk. "Baiklah."

***

Jimin memilih mini market dekat apartemenmu.

Setelah motor di parkir, kau langsung memasuki minimarket tanpa menunggunya.

Di dalam kau langsung menuju kasir dan meminta sebungkus rokok kemudian membayarnya.

"Beli apa?" Jimin bertanya saat melihatmu kembali.

Sedari tadi, dia memang menunggumu di parkiran.

Kau menunjukan bungkusan rokok dengan acuh lalu naik ke atas motor.

"Ayo pulang." Ucapmu sambil memasukkan rokok tersebut kedalam tasmu.

"Kupikir,"

Jimin baru saja memulai kalimatnya tetapi kau buru-buru menyelanya.

"Bukankah dari dulu kau tau aku perokok? Kenapa heran?" Ketusmu.

"Iya aku tau," Jimin mulai menjalankan motornya. "Tapi kupikir kau sudah berhenti."

"Memang, tapi akhir-akhir ini aku sedang ingin merokok."

Itu benar, dulunya kau perokok, tetapi sejak berpacaran dengan Taehyung dia melarangmu, jadi kau berhenti, dan sekarang setelah putus dengannya kau kembali kepada sifat burukmu itu. Apalagi setelah semalam. Kau butuh pengalih perhatian.

Dan pertanyaan serta pernyataan Jimin menambah kekesalanmu. Moodmu memang sedang buruk, dan Jimin semakin membuatmu muak. Kau bahkan tidak memikirkan rasa peduli Jimin yang tersirat dari kalimat yang di ucapkannya tadi.

Kau terlalu kesal kepadanya.

***

Setelah turun dari motor, kau langsung berlari kedalam, kau bahkan tidak menyuruh Jimin mampir sebentar.

Sambil menghentak-hentakkan kakimu kau mengutuk Jimin yang menurutmu terlalu mencampuri urusanmu.

Sampai di kamar, kau mengeluarkan rokok tersebut, lalu melemparkan tasmu kesembarang arah. Lalu mencari pematik dan menyalakan sebatang rokok yang ada di tanganmu.

Sambil bersandar di kaki ranjang kau mulai menikmati rokokmu. Kepulan asap langsung menyeruak dari ujung benda tersebut. Sambil menutup matamu, kau menghisap rokokmu lalu mengeluarkan lewat mulutmu.

"Bisa aku minta satu juga?"

Mau tidak mau, kau membuka mata untuk melihat orang yang menginterupsimu yang tak lain adalah Jimin.

Kau langsung menarapnya galak. Tapi Jimin tak tampak memerdulikanmu. Bahkan tanpa menunggu ijinmu, pemuda itu meraih sebatang rokok dari pembungkusnya dan ikut menyalakannya.

"Hey, maafkan aku." Ucap Jimin sambil menyolek lenganmu.

Kau bergeming dan tetap menutup matamu.

"Kau marah?" Kali ini Jimin mengambil sebelah tanganmu dan menggenggamnya erat. "Jangan salah paham, aku hanya tidak ingin kau sakit."

"Tsk." Sambil berdecak kau menarik tanganmu.

"Baiklah, aku tidak akan melarangmu."

Akhirnya kau membuka matamu dan tersenyum kearahnya.

Aksi pura-pura marahmu ternyata berhasil membuat Jimin takluk. Yah, sepertinya kau bisa mengontrol pemuda ini.



_계속_

*Oh ya itu itu komen2 yang blm gua bls maaf ya. Bukannya sombong, cm lagi ga punya wktu aja. Jadi maklumin yekan?
😥😥😥

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 99.3K 119
Kira Kokoa was a completely normal girl... At least that's what she wants you to believe. A brilliant mind-reader that's been masquerading as quirkle...
1M 33.6K 80
"𝙾𝚑, 𝚕𝚘𝚘𝚔 𝚊𝚝 𝚝𝚑𝚎𝚖! 𝚃𝚠𝚘 𝚕𝚒𝚝𝚝𝚕𝚎 𝚗𝚞𝚖𝚋𝚎𝚛 𝚏𝚒𝚟𝚎𝚜! 𝙸𝚝'𝚜 𝚕𝚒𝚔𝚎 𝚝𝚑𝚎𝚢'𝚛𝚎...𝚍𝚘𝚙𝚙𝚎𝚕𝚐ä𝚗𝚐𝚎𝚛𝚜 𝚘𝚏 𝚎𝚊𝚌𝚑...
185K 8.5K 106
In the vast and perilous world of One Piece, where the seas are teeming with pirates, marines, and untold mysteries, a young man is given a second ch...
132K 7.8K 93
"Great news! Wei WuXian has died!" "Wait- WHAT?!" "But I'm still here." The juniors (Lan Sizhui, Lan Jingyi, Jin Ling, and Ouyang Zizhen) accidentall...