Bulletproof [BTS]

By cinderellan

75.1K 6.6K 377

WINNER OF WATTYS 2018; THE REVISIONIST. "The karma train will come run to you over." All BTS' members as the... More

1. INTRO
2. FIRST CASE
3. KIDNAP
4. SUSPECT 0.1
6. RUNAWAY
7. DNA 0.1
8. "I HEARD..."
9. SKETCH
10. DNA 0.2
11. GSR
12. LOCATION DETECTED
13. INTERCEPTION
14. SUSPECT 0.2
15. REVEALED
16. CAUGHT IN A LIE
17. MIANHAE
18. FIND YOU
19. BE ALRIGHT
20. CHANGED - END
THANK YOU!
Another Thank You!
The Casts
!!!

5. INTERROGATION

2.5K 312 23
By cinderellan

[ run ]

"Dimana dia?" tanya Direktur Bang kepada Namjoon.

"Di dalam ruang introgasi. Dia masih bungkam saat ditanya." jawab Namjoon.

"Ini akan sulit. Apa kalian selesai menggeledah apartemennya?" tanya sang direktur lagi.

"Hyunjae, Jieun, dan Hoseok masih memeriksa kamar apartemen Jungkook." ujar Namjoon.

Di ruangan terpisah, Jin terus berusaha membuat tersangka utamanya itu untuk bersuara.

Sudah lebih dari satu jam mereka berada di ruang introgasi dan Jin tetap saja tidak menemukan hasil apapun.

"Ya, Jeon Jungkook. Kau akan terus bungkam, eoh?" tanya Jin berulang-ulang.

Namun tetap saja, lawan bicaranya hanya diam dan menatap lurus ke arah Jin yang sudah menahan sabar terhadap tersangkanya.

"Arrasseo. Kau beruntung aku masih bisa menahan diriku kali ini." ujar agen Jin yang kali ini beranjak dari tempat tersebut.

Sementara Jungkook hanya tersenyum sinis, tepatnya tersenyum mengejek ke arah kaca yang menyambungkan ke ruangan lain.

Ruang dimana Direktur Bang dan Agen Namjoon berada.

ⓑⓤⓛⓛⓔⓣ

- Jungkook's Apartment -

"Teman-teman, lihat apa yang aku temukan." seru Hyunjae saat menemukan beberapa peluru di sebuah celah apartemen Jungkook.

"Peluru berkaliber 5,7 mm. Hanya satu senjata yang menggunakan peluru ini." ujar Jieun, sang pakar senjata api dan pelurunya.

Jieun segera memasukkan lima peluru yang ditemukan Hyunjae itu ke dalam kantung barang bukti.

Lalu ia meninggalkan lokasi tersebut untuk kembali ke laboratorium kriminal.

Sementara Hoseok membawa laptop milik Jungkook untuk diperiksa kembali di laboratoriumnya.

Hyunjae sendiri masih memeriksa celah-celah apartemen berukuran sekitar 18-21 meter persegi tersebut.

"Hoseok-ssi, kau ingin mendengarkan teoriku hari ini?" tanya Hyunjae setelah memeriksa isi lemari pakaian Jungkook.

"Tentu saja. Aku mendengarkan." Hoseok yang tengah fokus dengan pekerjaannya kini beralih kepada Hyunjae.

"Menurutku, Jungkook adalah tipe orang yang perfeksionis. Maksudku, lihat saja ruangan ini. Sangat bersih dan tertata rapi. Dengan ini kita bisa mengambil kesimpulan bukan? Kalau Jungkook selalu bersih dalam melakukan kegiatannya." jelas Hyunjae yang disetujui oleh Hoseok.

"Jadi, karena sikapnya yang selalu bersih dan perfeksionis itulah yang membuat pekerjaan kotornya itu susah sekali untuk kita selidiki. Bukan begitu?" Hoseok menyimpulkan teori yang dicetuskan oleh Hyunjae.

"Benar sekali." jawab Hyunjae yang terus menerus mengobrak-abrik apartemen tersebut.

Lalu Hyunjae menemukan sebuah album foto.

Ia membuka album tersebut dan menemukan foto yang ia yakini adalah Jungkook kecil bersama seorang gadis kecil.

"Hoseok-ssi, apa kau pernah memeriksa latar belakang keluarga Jungkook?" tanya Hyunjae

"Eoh, dia itu broken home. Orang tuanya bercerai dan ia tinggal bersama ayahnya. Sementara ibu dan adik perempuannya tidak diketahui keberadaannya." jelas Hoseok.

"Jadi gadis ini adalah adik perempuannya. Bagaimana dengan ayahnya? Apakah sebelumnya kalian pernah menemui ayahnya?" tanya Hyunjae lagi.

"Ayah Jungkook sudah tiada. Beliau meninggal karena overdosis akibat mengonsumsi ekstasi." Hoseok sudah selesai mengemas peralatannya dan barang bukti.

Sementara Hyunjae mengambil foto keluarga dari album yang ditemukannya itu beserta barang bukti lainnya.

ⓑⓤⓛⓛⓔⓣ

- Seoul Crime Lab -

Setibanya di laboratorium kriminal, Jieun langsung memeriksa beberapa peluru yang Hyunjae temukan di apartemen Jungkook.

"Aku merasa tidak asing dengan peluru-peluru ini." Jieun berbicara sendiri sembari menelaah satu-satu peluru tersebut.

Krek

Tiba-tiba sang leader-nim masuk ke dalam laboratorium dimana Jieun sedang melakukan pekerjaannya.

"Jieun-ssi, apa yang kalian temukan?" tanya Namjoon yang sudah berada di samping Jieun.

"Hyunjae menemukan semua peluru ini dibalik lemari pakaian Jungkook." jawab Jieun sambil menunjukkan barang tersebut.

"Hanya peluru?" tanya Namjoon lagi dan dibalas anggukan oleh Jieun.

"Peluru ini sama dengan peluru yang dokter Choi temukan di dalam tubuh korban penembakan di sekitar Gangnam tahun lalu." Namjoon mengingat kasus satu tahun yang lalu.

Jieun akhirnya ingat dengan peluru ini. Terima kasih kepada Namjoon.

"Aku akan memeriksa lebih lanjut dan memastikan apa peluru ini sama dengan peluru yang kau maksud, sunbaenim." ujar Jieun dengan senyum manisnya.

"Baiklah. Aku serahkan padamu, kau ahlinya." Namjoon pun keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Jieun dan pekerjaannya.

ⓑⓤⓛⓛⓔⓣ

[ Namjoon's POV ]
Setelah memeriksa apa yang ditemukan oleh Jieun, aku bergegas menuju ruanganku untuk memeriksa kasus lama yang bisa disangkut-pautkan dengan kasus ini.

"Namjoon-ah!" teriak orang di belakangku.

"Ada apa?" tanyaku kepada Hoseok.

"Aku menemukan sebuah e-mail dari laptop Jungkook dan itu baru diterima beberapa jam sebelum kita berhasil menangkapnya. Sepertinya, ia akan bertemu dengan korban berikutnya hari ini." jelas Hoseok lalu menunjukkan isi pesan elektronik yang ia maksud.

"Aku akan menemui gadis ini." ucapku dan lalu bergegas menuju sebuah cafe dimana Jungkook seharusnya bertemu dengan seseorang.

ⓑⓤⓛⓛⓔⓣ

- On the other sides of the city -

"Bodoh! Bagaimana bisa orang secerdik dia ditangkap?" jelas seorang namja bersuara berat.

"Bagaimana ini? Apa yang harus kita lalukan?" Jimin yang sedari tadi panik karena salah satu rekannya berhasil ditangkap oleh pihak berwajib.

"Tidak ada yang bisa kita lakukan sekarang. Kita harus menunggu." ujar namja bersuara berat itu lagi.

"Taehyung-ah, bagaimana jika kita akan ketahuan juga?" tanya Jimin dengan ekspresi cemasnya.

"Kau ini penakut sekali! Sudahlah dia akan baik-baik saja." jawab lelaki bernama Taehyung itu dengan santai.

Tiba-tiba terdengar dering ponsel dari salah satu namja tersebut.

"Yeoboseyo? Nde, hyung?" Taehyung mengangkat panggilan telepon dari ponselnya.

"Baiklah. Aku mengerti."

Setelah itu Taehyung langsung mematikan panggilan tersebut.

"Ada apa?" tanya Jimin kepada rekan sebayanya.

"Boss meminta kita untuk berwaspada. Kita harus berpencar Jimin-ah. Aku akan kembali ke Daegu. Kau pulanglah ke Busan dan jangan terlalu menampakkan dirimu." jelas Taehyung yang kemudian berlalu.

"Taehyung-ah!" teriak Jimin dan Taehyung pun menoleh.

"Jaga dirimu. Jangan berbuat onar disana." sambung Jimin dan langsung dibalas anggukkan tipis dari Taehyung.

Jimin pun memutuskan untuk kembali ke apartemennya dan bersiap-siap untuk pergi ke Busan.

Ditengah perjalanannya, Jimin tiba-tiba terhenti di depan gedung apartemen Jungkook.

Apartemen Jimin memang berada di sebelah gedung apartemen Jungkook.

Saat ia akan melanjutkan perjalanannya, langkahnya terhenti lagi.

Kali ini ia mematung karena ia melihat sosok yeoja yang baru saja keluar dari gedung tersebut.

"Apa yang dia lakukan? Bagaimana bisa?" Jimin bergumam dengan panik.

Jimin benar-benar membeku ditempat.

Ia tidak tau harus bagaimana setelah yeoja tersebut melihat ke arahnya.

"Park Jimin?!" panggil yeoja tersebut.

Jimin yang namanya dipanggil langsung berputar balik dan berlari sekencang mungkin.

ⓑⓤⓛⓛⓔⓣ

[ Hyunjae's POV ]
Aku tidak salah lihat bukan?

Aku yakin, sangat yakin kalau namja itu adalah Park Jimin.

"Hyunjae-ssi? Kau baik-baik saja?" Hoseok mengejutkanku.

"A-aku baik-baik saja. Mari kita kembali, Hoseok-ssi." ajakku pada Hoseok agar dia tidak curiga kepadaku.

Sesampainya di crime lab, aku langsung menuju ruanganku.

Aku membuka laptop pribadiku dan menemukan berkas-berkas kasus yang dulu pernah aku kerjakan.

Syukurlah, ternyata berkas kasus Jimin belum aku musnahkah.

Saat berkas tersebut terbuka, dengan semangat aku menggebrakkan meja.

"Apa aku bilang! Aku masih ingat dengan jelas bentuk dan rupanya." aku berbicara sendiri sambil menatap layar laptopku yang menampakkan foto Park Jimin.

Krek

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Namjoon yang tiba-tiba membuka pintu ruanganku.

Aku yang sedikit terkejut langsung mengubah ekspresiku menjadi dingin.

"Bukan urusanmu." jawabku sedingin mungkin.

Namjoon mendesah pelan lalu aku merasakan bahwa namja yang sangat tidak ingin aku temui itu duduk dihadapanku.

"Maaf mengganggumu. Tapi kita diperintahkan untuk menemui hakim Min sekarang." ujarnya.

"Baiklah." balasku seadanya.

Aku langsung bangkit dari tempat dudukku dan mendahului Namjoon.

Sesampainya di ruangan hakim Min, aku dan Namjoon harus menunggu sejenak.

Tidak ada yang membuka percakapan di antara kami sejak perjalanan tadi.

"Namjoon-ssi. Lama tak jumpa." sapa seseorang yang aku yakini adalah hakim Min.

"Hakim Min, senang bertemu denganmu. Ah biar saya perkenalkan padamu, ini adalah anggota baru kami agen Lee Hyun Jae." ujar Namjoon.

Aku pun membungkuk kepada hakim Min.

"Senang bertemu denganmu." ucap hakim Min sambil menatapku dalam.

"Lantas, ada maksud apa kalian kemari?" tanyanya.

"Kami ingin mengajukan persidangan kasus penculikan anak dibawah umur yang dilakukan oleh Jeon Jungkook." jelas Namjoon.

"Kalian masih berkutat dengan kasusnya? Apa kalian sudah mempunyai bukti yang kuat sekarang?" tanya hakim Min terdengar tak yakin.

"Kami sudah menangkap tersangka Jeon Jungkook." jawabku dengan yakin.

Hakim Min diam sejenak. Ia nampak berpikir.

"Aku tidak bisa mengabulkan permohonan untuk sidang sekarang. Kalian harus mempunyai bukti yang kuat terlebih dahulu." tegasnya.

"Tapi kami sudah menangkapnya, dan bukti-bukti yang kami kumpulkan saya rasa sudah cukup." ujar Namjoon yang mulai meninggikan nada bicaranya.

Aku sangat benci berada dalam situasi seperti ini.

"Maafkan aku. Aku tidak bisa. Permisi, aku masih ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan." hakim Min langsung bergegas meninggalkan ruangannya.

Aku dan Namjoon merasa heran kepada hakim Min.

Bagaimana bisa ia tidak mengabulkan permintaan kami?

"Kita harus menunjukkan bukti yang lebih untuk hakim Min." ujar Namjoon yang sekarang sedang menyetir mobilnya.

"Aku tidak mempercayainya." ucapku singkat namun langsung mendapatkan perhatian dari Namjoon.

"Mengapa kau mengatakan itu?" tanya Namjoon.

"Molla. Aku hanya tidak mempercayainya." jawabku acuh tak acuh.

Memang benar.

Aku merasa ada yang tidak beres dengan hakim itu.

Ntah mengapa bagiku setiap gerak-geriknya hanyalah sebuah kebohongan.

Namun kembali pada kenyataan, dia adalah seorang hakim.

[ stay ]

Continue Reading

You'll Also Like

BLACK CODE By Sirius Khans

Mystery / Thriller

122K 11.6K 45
Kasus pembunuhan satu keluarga menuntun tiga orang detektif yang bekerja sama dengan dua dokter forensik untuk menyelidiki suatu kasus besar yang mel...
44.1K 3.3K 84
This is a lesson from mi casa class. We learn and will never stop. We hope you enjoy this way of learning. Please read for your learning. Semua ma...
357K 33.9K 200
Ini kumpulan tips menulis yang beda dari yang lain. Ada cara menulis Kissing Scene, Breaking Point, Fight Scene, dll. UPDATE tiap RABU. Bisa dibaca j...
26.1K 3.1K 16
"Mas Yogi, kita punya tetangga baru kayanya." - Mila. |"Hmm. . Lumayan hantarannya tuh!" - Yogi. . . Universe kesekian Yogi - Mila dan Tetangga baru...