anonymous (Fanbook Version ON...

By kookconut

340K 57.5K 11.5K

[UNDER REVISION] Tidak hanya merasa terganggu, namun Jeon Jungkook mengalami frustasi terhadap Post-It yang... More

❝ a n o n y m o u s ❞
✉; i
✉; ii
✉; iii
✉; iv
✉; v
✉; vi
✉; vii
✉; viii
✉; ix
✉; x
✉; xi
✉; xii
✉; xiii
✉; xiv
✉; xv [end]
+silence+
+the shy girl+
+jungkook is a jerk+
+the tragedy+
·long conversation·
·regrets and a sinner·
•blood, sweat, and tears•
•The End: Suffering•
❝ e p i l o g u e ❞
(◕‿◕✿)
☆ミBEHIND THE SINS☆彡
◕ I N C O G N I T O ◕
[1] His Presence
[2] Her
ummm, hi? ૮₍ ˃ ⤙ ˂ ₎ა
☆Introduction☆

+before everything+

10.1K 1.7K 408
By kookconut

"Oke, keputusan ini sudah dirundingkan bersama. Ucapkan selamat kepada Jeon Jungkook, kapten basket baru kita!" Seru seorang pria berseragam training biru dengan sebuah pluit yang menggantung di lehernya. Senyuman bangga menghiasi wajah setengah keriputnya.

Sekitar dua puluh lima orang yang didominasi siswa laki-laki berbalut jaket jersey, duduk melingkari pria paruh baya yang baru saja memberi pengumuman penting itu. Seorang siswa bernomor punggung 10 menjadi pusat perhatian semua orang saat itu. Matanya mendelik tidak percaya, bibir cebilnya terbuka sedikit hingga menampakkan gigi kelincinya yang sedikit menyembul.

"Jungkook pantas mendapat predikat kapten."

"Ya, lagipula dia hebat."

"Tidak ada yang bisa menandingi strategi permainan yang Jungkook punya."

"Dia juga populer. Hah, dia bakal sombong tidak, ya?"

"Mana mungkin. Jungkook itu pendiam dan pemalu. Orang seperti itulah yang cocok menjadi pemimpin tim sekolah kita. Kapten tim sekolah lain hanya bisa menyombong diri padahal kualitas mereka nol."

"Iya, Jungkook tidak banyak bicara. Itu membuatnya semakin keren. Tapi jika sudah berada di lapangan, dia ganas."

"Ya, Jungkook keren! Selamat Jungkook, mohon bantuan kerja samanya."

Yang sedaritadi menjadi bahan omongan tetap bungkam, belum tahu perkataan apa yang seharusnya ia ucapkan. Sebab, menjadi seorang kapten bukanlah keinginannya. Boleh saja ia memiliki kemampuan luar biasa di lapangan basket, tetapi diberi tanggung jawab sebagai seorang kapten?

Oh, dia terlalu acuh untuk hal yang seperti itu.

"Aku minta maaf, tapi aku tidak bersedia," adalah kalimat yang mencelos begitu saja dari bibir sang kapten baru, Jeon Jungkook, membuat semua orang terkejut akan ucapannya.

"Kenapa? Aku sebagai pelatih, para senior, bahkan kepala sekolah, telah memilihmu. Kau yang selalu menyelamatkan pertandingan. Kau adalah pahlawan, Jungkook," tukas si pria paruh baya.

"Ya, lagipula tidak ada yang keberatan. Benar 'kan, teman-teman?" Sahut salah seorang anggota tim, lalu disambut sorakan 'ya, benar. Tidak ada.' dari anggota lainnya.

Jungkook menggigit bibir atasnya, sebelum berucap. "Ahli di lapangan bukan berarti aku harus menjadi kapten. Kurasa ada yang lebih pantas menjabat posisi itu, Jiho-nim."

Jiho melipat lengannya di dada. "Siapa memangnya?"

Jungkook mengulas senyuman yang lebar, lengannya terangkat lalu didaratkan di atas pundak seseorang yang duduk bersila tepat di sebelah kanannya. "Temanku, Kim Taehyung. Dia cocok. Permainannya juga bagus. Dan dia pernah bilang kalau dia berkeinginan menjadi seorang kapten."

Taehyung membulatkan matanya, merasakan panas pada pipinya. "Apa-apaan kau ini? Sudahlah terima saja jabatan barumu itu. Aku sudah tidak ingin lagi."

Jungkook mendekatkan bibirnya di telinga Taehyung. "Ayolah, Tae. Aku tahu kau hanya─"

"Taehyung menjadi kapten itu sebuah lelucon," timpal seseorang dengan suaranya yang menggema di penjuru lapangan, diikuti suara tawa renyah dari anggota tim lainnya.

"Bukannya tim basket, justru tim kita ini akan menjadi tim pelawak. Taehyung itu terlalu konyol untuk menjadi kapten," seru seseorang yang lain.

Taehyung bergeming menahan letupan panas dalam kepalanya yang terasa akan meledak. Pemuda itu lantas ikut tertawa, tapi kedengarannya sangat hambar. Setelah itu ia mengatupkan bibirnya, kembali menahan emosi yang ingin sekali ia derai.

Taehyung merasa dilecehkan sekaligus dipermalukan. Dia benci itu.

"Hei, bisakah kalian berhenti? Jangan meremehkan Taehyung!" sergah Jungkook membela.

"Sudah. Cepat kau terima saja, aku lelah dan ingin pulang," Taehyung menyingkirkan lengan Jungkook yang menempel di pundaknya dengan sedikit kasar.

Jungkook terdiam, ia menelan salivanya sambil menatap Taehyung dengan rasa bersalah. Ia sepenuhnya sadar kalau Taehyung pasti marah dan sedang dalam mood yang buruk. Sangat jelas terlihat ketika orang-orang senang mendengar pengumuman kapten baru di tim mereka, Taehyung hanya menunduk dalam kekecewaan.

Ketika semua orang memberi Jungkook pujian, Taehyung adalah satu-satunya orang yang tidak menunjukkan reaksi apapun. Pemuda itu tidak peduli. Ambisinya telah direnggut, dan ia telah menduga hal itu akan terjadi. Jungkook selalu lebih unggul darinya dalam hal apapun.

Meskipun Taehyung adalah teman dekat Jungkook, tidak selamanya ia bisa menahan diri saat orang-orang memberi Jungkook untaian kata-kata manis. Sedangkan Taehyung hanya bagaikan bayangan yang selalu mengikuti langkah Jungkook.

Taehyung adalah seorang yang humoris. Tapi meski begitu, ia juga butuh yang namanya perhatian lebih dari orang-orang di lingkungan sekolahnya. Bukan sekedar sebagai hiburan, namun orang yang berguna untuk mereka.

Setelah dipertimbangkan kembali, perkumpulan klub basket telah selesai dengan hasil keputusan yang sama. Bahwa Jungkook ditetapkan sebagai kapten baru tim basket sekolah.

Semua orang memberi jabatan tangan pada Jungkook sebagai ucapan selamat, namun tidak dengan Taehyung. Dia pergi begitu saja meninggalkan Jungkook yang sedang berada dalam zona tidak nyamannya.

***

Taehyung berjalan seorang diri sambil menjinjing tas berisi perlengkapannya. Pemuda itu baru saja selesai mandi dan berencana untuk langsung pulang, tanpa menunggu Jungkook yang kemungkinan masih berada di ruang auditorium.

Cih, pasti dia sedang bersenang-senang, pikir Taehyung.

Jam sudah menunjukkan pukul enam, itu sebabnya lorong tampak sangat sepi. Taehyung bukanlah seorang berjiwa penakut seperti Jungkook, tapi tiba-tiba saja langkahnya terhenti. Suara decitan sepatu olahraganya menggema dengan samar.

Jantungnya berdegub lebih cepat dari sebelumnya, bola matanya bergerak ke kanan dan ke kiri mencari sesuatu. Napasnya ia tahan, agar pendengarannya bisa lebih jernih lagi.

"J-jungkook.. ahhhh..."

Taehyung membulatkan matanya hingga hampir keluar dari rongganya. Ia tak membantah kalau dirinya sedang jengkel dengan Jungkook. Siapa tahu nama menyebalkan itu terus terngiang di pikirannya.

Oh, tapi ia sama sekali tidak salah dengar. Bahwa telinganya menangkap suara seseorang yang menyebut nama Jungkook. Tapi anehnya, itu terdengar seperti suara desahan halus.

Taehyung berjalan mengendap-endap, mendekati sumber suara yang berasal dari sebuah ruang kelas yang jaraknya enam langkah darinya. Keningnya mengerut penasaran. Semakin dekat, suara itu semakin jelas terdengar. Dan betul, itu adalah suara seseorang yang sedang mendesah menyebut nama Jungkook.

Semakin didengar dengan lamat, semakin lebar pula mata Taehyung. Rahangnya jatuh, membuat mulutnya terbuka lebar. Desahan itu bukan suara dari seorang wanita atau gadis, melainkan pria dewasa.

Deru napas Taehyung tiba-tiba langsung tersengal, tenggorokannya tercekat. Ia terkejut ketika matanya terpicing, mengintip ke dalam ruangan melalui celah tirai yang sedikit terbuka.

Dia adalah seorang pria yang baru Taehyung ketahui dua bulan lalu, sedang melakukan masturbasi di sana. Menyebut nama Jungkook sambil memegang selembar kertas tebal yang Taehyung duga adalah foto Jungkook.

"What..the..fuc.k..." umpat Taehyung dengan lirihan. Tiga kata kasar yang ia ketahui dari film aksi hollywood yang ditontonnya itu meluncur dari bibir tipisnya.

Merasa jijik, pun Taehyung segera bergegas meninggalkan ruangan penuh dosa itu. Kepalanya menggeleng heran seraya bergumam, "B-bukankah itu Hyungsik-nim?? Si guru pengganti Hwayoung-ssaem? Apa yang dia lakukan? Dasar bodoh, ruangan kelas di sekolah ini tidak ada yang kedap suara. Kau ketahuan, cih. Tapi, kenapa Jungkook?!"

***

"Taehyung, dari tadi kau belum menyentuh buburmu. Nanti kalau dingin akan berair. Makanlah selagi hangat," kata seorang wanita tua sambil mengusap bahu Taehyung dengan lembut.

Taehyung yang sedang sibuk menulis mendongak ke samping. "Aku sedang belajar, nek," ujarnya lalu menyengir.

"Tumben, ada apa dengan cucuku sampai ia giat belajar malam ini?" ledek wanita itu, jemari lentiknya mencubit pelan pipi Taehyung.

"Aku ingin membanggakan nenek. Aku ingin bisa menjadi juara kelas," balas Taehyung meyakinkan.

Nenek Taehyung tersenyum lalu memberikan cucunya sebuah pelukan. "Jangan hanya aku yang dibanggakan. Orangtuamu yang sedang bekerja di luar kota dan adikmu juga harus bahagia oleh prestasimu."

Taehyung membalas pelukan neneknya, mendekap tubuh kurus nan ringkih itu dengan erat. "Tapi aku sayangnya pada nenek. Soalnya nenek yang merawatku sejak kecil."

Nenek Taehyung tertawa. "Tapi yang membawamu lahir ke dunia ini bukan nenek. Orang tuamu lah."

Taehyung menggeleng. "Pokoknya aku sayang nenek. Jangan pernah tinggalkan aku, ya?"

Nenek Taehyung mengangguk, lalu wanita itu terbatuk dengan suara yang melengking. Telapak tangan yang digunakannya sebagai penutup virus terdapat bercak cairan merah. Darah. Cepat-cepat beliau menyembunyikan tangan itu di balik punggungnya.

"Nenek kenapa?" Taehyung bertanya cemas, sementara neneknya hanya tersenyum getir.

"Tidak apa-apa, aku hanya tersedak air liurku sendiri," dustanya yang langsung dipercaya oleh Taehyung.

"TBC nenek tidak sedang kambuh, kan?"

"Tidak, sayang. Sudah sana lanjutkan pekerjaanmu. Nenek tidur dulu, ya. Kau juga jangan tidur terlalu malam. Tidak baik untuk kesehatan," wanita itu mengecup singkat puncak kepala Taehyung dengan penuh kasih sayang.

"Baiklah."

Setelah neneknya keluar dan menutup pintu kamar Taehyung, pemuda itu terdiam. Kembali hanyut dalam pikirannya.

Sepersekian detik kemudian, tangannya terlayang menghempas alat tulis di atas meja belajarnya dengan kasar. Giginya saling bergemeletuk menahan kekesalannya.

"Sial! Jungkook sialan! Persetan dengan semua materi pelajaran, juara kelas, aku benci! Persetan dengan bedebah sialan yang merebut impianku itu! Mati saja kau, Jungkook!"

Dua minggu kemudian..

"Taehyung, kau dipanggil Hyungsik-nim ke ruangannya," ujar seorang siswa ketika Taehyung sedang menonton film dengan teman sekelasnya.

"Ada apa?" Tanya Taehyung bingung, berpikir memangnya ada masalah apa?

"Mana ku tahu. Sudah cepat sana," tukas pemuda itu sebelum akhirnya pergi.

"Cih, sialan," Taehyung mendecak lidah, kakinya yang bertengger di atas meja diturunkan dengan malas. "Wonwoo, nanti link situsnya kirim ke kakaotalk ku. Biar aku yang download sendiri. "

Wonwoo melotot. "Bahaya menonton porno sendirian! Pasti kau mau─"

"Berisik!"

"Taehyung, aku perlu bicara."

Taehyung menoleh saat sebuah suara tenor menyapanya dari belakang. "Apa maumu, Jungkook?"

"Maafkan aku, sungguh, aku rela mundur dari basket asalkan kau jangan terus mengabaikanku seperti ini," balas Jungkook berharap belas kasih.

"Apa? Aku hanya sedang ingin bersama Wonwoo. Soalnya dia punya banyak stok film biru. Tidak seperti kau yang tontonannya seperti anak-anak," Taehyung tertawa remeh, membuat Jungkook mengerjap.

"Aku tahu bukan itu alasanmu─"

"Ohhhh, aku sedang ditunggu Hyungsik-nim. Kita bicara lagi nanti, oke?"

Dengan begitu Taehyung pun pergi dengan acuh. Tidak peduli kalau Jungkook masih ingin dimaafkan olehnya.

Taehyung berpikir, letak masalahnya bukan pada Jungkook yang menjadi kapten. Tetapi keberadaan Jungkook di dalam kehidupannya, membuat Taehyung menjadi tersisihkan.


♥♡♥♡♥·♡♥♡♥♡♥

Continue Reading

You'll Also Like

90.8K 10.3K 21
COMPLETED ✅ Kisah seorang perempuan yang jatuh cinta kepada Duda beranak 1, Song Taehyung.
8.6K 1.1K 23
[COMPLETED] Byun Auree mengira bertemu dengan Han Jimin adalah keberuntungannya. Karena perlakuan Jimin yang sangat menyayanginya, ketulusan yang ia...
351K 26.3K 52
Menjadi babysitter bukanlah hal yang mudah. Terlebih lagi menjadi babysitter untuk tiga bayi kembar milik pria tampan seperti Jeon Jungkook. It was a...
NO ESCAPE By Vivian D

General Fiction

63.1K 2.5K 9
~ REVISI ✍️🏻 [NOVEL SEGERA TERBIT] Petualangan jiwa Jeon Junkook (Jun), arwah pemuda malang yang tersesat sebab keinginannya untuk tetap berada di d...