Dylana

By yoophorina

62K 1.9K 175

Ana yang seorang Bad Girl di sekolahnya harus mau merelakan waktunya yang berharga untuk Dylan, seorang Most... More

Dylan
First Meet
Andriana Caroline Enderson
What Makes You Beautiful
Live While We're Young
Bad Reputation
Bad Stalker
Bad Stalker part 2
Stalker
Bad Side
Senyuman yang Hilang
First Date
Senyuman yang Sempat Hilang
Berkencan
Sweet Talk
Overdose
Kisah Manis
Dilla
The Name is Called Best Friend
We're Best Friend
Relation-sweet
The Name is Called Kencan
Triple Date
The Storm is begin
Kehilangan Sebelah Sayap
Rapuh
Kecewa?
Axel si Moodboster
The Darkest Side
Senang dan Sedih Satu Paket
For the First Time
Perubahan Besar Ana

Satu langkah lebih dekat

4.1K 144 10
By yoophorina

Langit biru dengan sinar matahari seolah mengatakan pada dunia jika ia siap menjalani kehidupan dihari ini. Kicauan burung-burung diatas pepohonan seolah menjadi pengiring yang lengkap dipagi hari.

Dylan tengah menyisir rambutnya dikaca yang berada disamping pintu. Ia bersenandung riang dan tersenyum sendiri karena ulahnya dipagi hari.

Rencana pertama yang dilakukan untuk mencuri hari pujaan hati, menjemputnya berangkat bersama. Konyol, tapi hanya itu ide yang terlintas dibenaknya.

"Bodo amatlah ya, berhasil gak berhasil, gue harus berusaha dulu. Hasilnya mah belakangan." Dylan menyemangati dirinya sendiri, sebenarnya dia bukan tipe orang yang percaya diri. Namun, ia percaya dimana ada kemauan dan usaha, pasti ada jalan menuju kearahnya.

"Rambut, oke," cek Dylan sembari memegang rambutnya dan menyisirnya kebelakang.

"Baju, oke," dipegangnya kerah baju putih sekolah yang ia gunakan saat ini.

"Ganteng, udah pasti," senyuman Dylan semakin melebar karena perkataannya barusan. Narsis, itulah Dylan.

"Dek, kamu daritadi ngaca mulu, cepetan turun. Udah ditunggu dimeja makan," tanpa mengetuk pintu Kinnan langsung memasuki kamar yang bernuansa putih biru dan berdecak pinggang, kesal karena kelambatan adiknya sehingga ia harus naik-turun tangga yang jauhnya kebangetan.

"Bentar kak, masih sisiran juga," Dylan berpura-pura menyisir rambutnya dengan tangan dan menolehkan kepalanya kearah kanan dan kiri untuk melihat rambutnya yang sudah rapi.

"Jadi cowok kok lama banget sih," gerutu Kinnan dan menghentakan kaki sebelum keluar dari kamar adik tercintanya.

***

Diperjalanan Dylan menggunakan motornya dengan kecepatan yang standar sembari tersenyum selama perjalanan yang ditempuhnya.

Ketika berada diperumahan tempat Ana tinggal, ia tidak sengaja melihat mobil hitam yang berlawanan arah melewatinya dengan acuh.

Setelah sampai didepan rumah pujaan hatinya, ia langsung turun dari motor dan membuka helm yang ia gunakan. Disisir kembali rambutnya agar lebih rapi. Tetapi, sebelum ia memencet bel, satpam yang bertugas langsung menghampirinya.

"Ada yang bisa dibantu ?" Pak Abi, terlihat dari nama yang terpampang disebelah kanan seragamnya.

"Ana ada pak ?"

"Non Ana sudah berangkat, baru saja dijemput oleh teman-temannya." Pupus sudah harapan pendekatan yang akan dilakukan Dylan. Setelah mengucapkan terimakasih, ia langsung bergegas menuju sekolah.

Mungkin tidak hari ini, besok pasti ia bisa membawa Ana pada jok motor belakangnya.

"Kenapa harus nunggu besok kalau gue bisa jemput dia sepulang sekolah ?" Dylan berbicara pada dirinya sendiri dan memamerkan senyum yang sempat sirna pada wajahnya.

***

"Woy sob, senyum-senyum aja lo," Andi datang dari arah belakang dan langsung merangkul Dylan yang berjalan sendirian dikoridor.

Karena merasa diacuhkan, Andi menarik tangan yang merangkul Dylan dan membawa kepalanya kearah ketiak.

"Lo gak mandi dari kemaren nyet," Dylan memberontak dalam siksaan yang dibuat oleh Andi dan langsung berlari menuju koridor dengan Andi yang mengejarnya dari belakang. Senyumannya makin melebar karena hal kecil yang dilakukan sahabatnya.

"Serius deh, lo kenapa pagi-pagi udah senyum menjijikkan gitu ?" Andi yang berhasil mengejar Dylan langsung menghadangnya dan merentangkan tangan agar Dylan tidak dapat melewatinya.

"Raegan Gilang Adetya, the power of love at first sigh," Dylan makin melebarkan senyumnya dan menepuk bahu Andi seraya melewatinya yang masih terbengong mencerna kalimat sakral yang diucapkan Dylan.

Gue harus catet tanggal ini batin Andi dengan tersenyum penuh makna.

***

"DEMI APA ??!!!" Teriak Reno sambil menggebrak meja yang menimbulkan tatapan tajam dari Bu Anggit yang sedang menerangkan materi sejarah perkembangan Agama Islam di Indonesia.

"Henry Alando Khedrick ! Diam atau kamu keluar !!" Bentak Bu Anggit sembari melotot dengan tajam dan menujuk Reno dengan spidol yang berada ditangan kanannya.

"Baik bu," Reno menunduk pasrah sedangkan Andi cekikikan ditempat duduknya dan Dylan yang menyenggol lengan Reno sembari menaik turunkan alisnya.

"Makanya, santai aja bro," bisik Dylan dengan wajah yang menghadap papan seperti mendengarkan penjelasan masa lalu yang diajarkan guru berumur lima puluh tahunan.

"Ya gue kaget aja denger Dylan ngejar cewek, gue kira dia homo," dengan muka sok polosnya Reno mengatakan itu dan mendapatkan cubitan neraka Dylan.

"Asal banget lo ngomong ya, pake bismillah dulu,"

"Ya siapa suruh lo jomblo abadi,"

"Namanya juga cari yang pas,"

"Nyari yang pas atau belum move on lo," ledek Andi sembari cekikikan dari belakang Dylan.

"Sialan," umpat Dylan menjitak kepala Andi dan membalikkan badannya serta memfokuskan diri pada pembelajaran yang membosankan baginya.

"Lo serius mau deketin Anna ?" Tanya Reno dengan tak yakin.

"Gue gak pernah seserius ini sebelumnya, dan lo tau itu,"

"Lo udah denger kan berita tentang dia ?"

"Udah, terus kenapa ?"

"Ya lo kan anak baik-baik, gak ada niatan gitu mau cari cewek yang baik-baik juga ?"

"Ya kalau cowok baik sama cewek baik ataupun sebaliknya, terus yang ngubah cewek atau cowok yang gak baik jadi baik siapa ?"

"Gue gak ngerti sama jalan pikiran lo,"

"Karena gue jalanin gak pakai pikiran No, gue jalaninnya pakai hati," jika Dylan sudah mengatakan panggilan sakral itu, berarti ia sedang serius.

"Yaudah kalau itu pilihan lo, gue pasti bantu lo sob," Reno menepuk bahu Dylan dan Andi yang melihatnya hanya dapat tersenyum penuh arti.

Dylan berhak bahagia batin Andi dan mengalihkan tatapannya menuju papan tulis.

***

"Lo yakin nunggu dia didepan pagar sekolahnya gini ?" Tanya Andi dengan tak yakin.

"Yakinlah, mau dimana lagi ? Kalau didepan jalan sana, keburu dia jalan duluan," Dylan tidak pernah sesemangat ini sebelumnya.

"Liat tuh, mereka jalan kesini," dilihatnya Anna dan dua orang sahabatnya berjalan menuju pagar sekolah sembari berbincang-bincang mengenai sesuatu hal yang lucu.

"Baru pulang yang ?" Reno menghampiri salah satu sahabat Anna dan menggandeng tangannya. Key, pacar Reno sejak satu tahun yang lalu dan Dylan maupun Andi tidak mengetahui jika Key merupakan sahabat dari gebetan Dylan.

"Lo sama dia ?" Ucap Andi dengan terkejut dan menepuk bahu Dylan sembari berbisik,"Tau gini lo pedekatenya gampang Lan,"

Pandangan Dylan hanya terfokus kepada Anna yang memandangnya dengan tak percaya.

"Pulang sekarang No," Key langsung duduk dijok belakang motor dan berpamitan dengan kedua sahabatnya yang membalasnya dengan lambaian tangan.

"Pegangan yang nanti jatuh," dengan mencari kesempatan, Reno menarik tangan Key kearah pinggangnya.

"Abang Reno modus," Dylan terkekeh karena usaha Reno untuk membuat pacarnya memeluknya.

"Yang penting udah jadi, gue cabut ya," dilihatnya Reno dan Key yang sudah menjauh dan dialihkan tatapannya menuju Anna yang sedang mengangkat telpon dari seseorang sehingga raut wajahnya menjadi kesal.

"Hai, gue Andi," Andi menghampiri Nara sembari mengulurkan tangannya hendak berkenalan, namun Nara mengalihkan tatapannya kearah gerbang dan mengabaikan Andi.

Karena merasa diabaikan, Andipun menggunakan uluran tangan itu untuk menyisir rambutnya. Gue dikacangin untuk pertama kalinya dalam tujuh belas tahun hidup gue Andi membatin.

"Lo nunggu jemputan ?" Sekarang saatnya Dylan yang beraksi, namun lawan bicaranya-Ana- terdiam sembari melihat kearah gerbang.

"An, mau pulang bareng gue ?" Dylan dengan 1001 cara yang dimilikinya.

"Gue udah dijemput," Ana masih tidak mengalihkan tatapannya dari gerbang dan membalas ucapan Dylan dengan ketus.

"Lo Nara kan ?" Andi masih belum patah semangat untuk menarik perhatian orang yang berada didepannya ini.

"Iya," satu kata balasan yang membuat Andi sedikit ngedown namun dengan cepat ia merubah raut wajahnya.

"Mau gue anter pulang ? Udah sore nih," Andi dengan senyuman mautnya sembari menunjuk langit sore yang menghampar luas.

Karena mendapatkan tatapan tidak percaya, Andi buru-buru menambahkan,"Gue temennya Reno, lo tau dia kan ? Kalau gue macem-macem lo bisa bilang sama Key aja."

"Yaudah, ini karena lo maksa ya gue mau," Nara langsung menuju motor Andi dengan wajah yang super bete.

"Lan, gue duluan ya," Andi melambaikan tangan kepada Dylan yang masih berusaha membuat Ana pulang bersamanya dan dibalas dengan acungan jempol.

"Udah sore, lo beneran dijemput supir ?"

"Iyalah, lo kira gue bohong ?" Sewot Ana karena mendapatkan pertanyaan seperti itu dari Dylan.

"Yaudah gue tungguin sampai supir lo jemput," Dylan masih setia berada disamping Ana sampai matahari hampir tenggelam dan mereka belum beranjak dari tempat mereka berdiri semula.

"Gue anter pulang aja," Dylan menarik tangan Ana dan membawanya menuju motornya, sedangkan Ana hanya diam ketika ditarik. Ia cukup lelah karena hari ini ia mengeluarkan banyak tenaga.

***

"Udah makan An ?" Dylan melirik kearah spion dan menampilkan senyuman menawannya.

"Udah," dengan ketus Ana menjawab sembari memalingkan wajahnya.

"Kita mau langsung pulang atau gimana ?" Dylan mengajukan pertanyaan lagi namun diabaikan Ana untuk kesekian kalinya. Karena melihat keterdiaman Ana, Dylan langsung membawanya pulang dan tak berkomentar lagi.

"Besok gue jemput ya ?"

"Buat apa ?"

"Ya, biar bisa berangkat bareng,"

"Gausah,"

"Kenapa ?"

"Lo mau jadi supir gue ?"

"Demi kamu abang rela," Ana tersenyum kecil karena godaan Dylan dan memalingkan wajahnya sebelum menjawab,"Terserah,"

"Yes," bisik Dylan dengan memamerkan senyuman selama diperjalanan. Lampu hijau untuknya, tancap gas terus Lan batin Dylan bersorak gembira.

Selama diperjalanan terjadi keheningan. Dylan yang sibuk memikirkan rencana pendekatan dan Ana sedang menerawang jauh kearah langit sore.

***

"Thanks," ucap Ana ketika baru menuruni motor dan hendak berbalik ketika mengucapkan terimakasih, namun dengan sigap Dylan menahan tangannya membuat Ana membalikkan badannya.

"Besok gue jemput jam setengah tujuh ya," Dylan memamerkan senyuman maut yang biasanya akan membuat orang yang melihatnya menjadi salah tingkah, namun tidak untuk Ana.

"Terserah lo," Ana menepis tangan Dylan yang menahannya dan berbalik menuju rumahnya.

"Besok tunggu abang ya neng," ucapan Dylan membuat senyum kecil lagi-lagi terukir dibibirnya. Tanpa menolehkan kepala lagi ia menuju kedalam rumahnya dan bersandar pada pintu.

"Selangkah lebih dekat," Dylan menyemangatkan diri dan menghidupkan motornya. Sebelum ia meninggalkan rumah gadis pujaannya, ia melirik pintu tempat Ana terakhir kali terlihat oleh pandangannya dan ia langsung bergegas menuju rumah tercintanya.

***

"Assalamualaikum, adek pulang," seseorang dengan langkah cepat menghampiri Dylan dan memeluknya dengan erat.

"Gue kangen lo," Dylan membalas pelukannya dengan sama eratnya dan mengatakan," Gue juga kangen lo."

"Kenapa baru balik ?" Dylan melepaskan pelukan mereka dan melihat seseorang dihadapannya itu.

Seseorang dengan rambut hitam yang sama dengannya, tinggi yang melebihi dirinya serta mata yang berwarna coklat. Seperti dirinya, ia seperti melihat cerminan dirinya dalam wujud yang berbeda.

"Darimana aja lo kak ?" Rangkul Keenan dan mengajak Dylan memasuki rumah yang selama seminggu ini ia tidak tempati.

"Biasa, dari rumah gebetan," bukan Dylan yang menjawab itu, namun Kinnan yang sedang menuruni tangga serta membawa cemilan ditangan kirinya.

"Sok tahu lo kak," Dylan mengelak seraya memalingkan wajahnya karena ucapan sang kakak yang tepat.

"Lo udah punya gebetan kak ?" Dengan raut wajah yang tidak percaya Keenan memalingkan wajahnya kearah Dylan dan melanjutkan,"Ada yang mau sama lo ?" Dan Keenanpun mendapatkan jitakan manis dari Dylan yang langsung menuju dapur.

"Bunda, jidat adik udah gak perawan lagi," Keenan menyusul kearah dapur untuk melakukan pengaduan karena ia mendapatkan pelecehan yang dilakukan oleh kakaknya sendiri.

"Adik, omonganmu itu dijaga," tegur bunda melihat aksi kejar-kejaran yang dilakukan oleh putranya diwilayah kekuasaannya.

"Bunda, kakak tuh. Dia ngejitak kepala adik yang unyu ini," Keenan memanyunkan bibirnya dan menampilkan wajah yang memelas sehingga bunda menghampirinya dan memeluknya.

"Bunda, adek gak bakal ngejitak dia kalau gak buat salah," Dylan membela dirinya karena merasa sang adik membuat suatu aduan yang berlebihan. Dylan menarik bunda dan memeluknya, tak membiarkan Keenan yang mencoba merebut pelukan hangat dari bunda.

"Kakak ! Jangan rebut bunda," Dylan dan Keenan yang sedang asik merebut pelukan hangat bundapun harus menghentikan aksinya karena mendapatkan jeweran pada telinganya masing-masing.

"Kalian, bunda cuma punya ayah. Pergi sana, jangan ganggu bunda," sang raja datang untuk membawa ratunya pergi dari peperangan antara Korea Utara dengan Korea Selatan yang ingin merebut permaisurinya.

"Ayah mah gitu, gak seru," teriak Dylan dan Keenan bersamaan karena melihat bunda ditarik sang ayah menuju ruang keluarga dan meninggalkan mereka berdua didapur.

"Daripada rebutin bunda, mending rebutin kakak aja," Kinnan datang sembari membuka kulkas dan melihat adik-adiknya dengan wajah yang menyedihkan seolah-olah mereka mengalami putus cinta.

"Dasar jones, bilang aja mau direbutin cowok ganteng," dengan bangganya Keenan menyisir rambutnya dengan jari-jari seraya memperbaiki kerah kemeja yang saat ini ia gunakan.

"Jones teriak jones, gue udah laku ya," dengan raut wajah penuh kemenangan Kinnan meninggalkan Dylan dan Keenan dengan wajah yang tidak percaya.

"Mampus lo," Dylan tertawa cekikikan mendengar balasan Kinnan yang membuat Keenan diam seribu bahasa.

"Lo kan jones juga," dengan tidak terimanya, Keenan berkacak pinggang dan menampakkan raut wajah yang kesal.

"Gue udah punya gebetan ya, bye." Dylan meninggalkan Keenan yang menghentak-hentakkan kakinya dengan mengatakan bahwa hanya ia yang tidak memiliki pasangan dirumah ini.

"Adek, ambilin ayah kopi ya," teriak ayah dari arah ruang keluarga sembari asik merangkul sang ratu serta menonton acara kegemarannya.

"Adek, ambilin ini, adek ambilin itu, adek buatin ini, adek buatin itu, kenapa selalu anak bungsu yang ngelakuin semuanya." Keenan mengomel tidak jelas didapur seraya membuatkan pesanan sang raja untuk dibawanya keruang keluarga.

"Bidadari, tolong jatuh kehadapan gue sekarang." Pinta Keenan dengan tidak masuk akalnya sembari membawa kopi buatannya kepada baginda raja.

***

Continue Reading

You'll Also Like

6.9M 292K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
Abighea By cell.

Teen Fiction

32.5M 2.8M 56
Abi sayang ghea, abi juga sayang vanya. Walaupun sayang abi pada vanya hanya sebatas teman, terkadang ghea sering merasa tidak berarti karna perlakua...
613K 6K 5
β€’ Cerita ketiga Samudera β€’ Sekuel Cold Boy VS Bad Girl β€’ Cerita lengkap tersedia di Dreame Rafli Razza Samuel Rafka Razza Samuel Cerita berlanjut men...
1.4M 128K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...