Bulletproof [BTS]

By cinderellan

75.1K 6.6K 377

WINNER OF WATTYS 2018; THE REVISIONIST. "The karma train will come run to you over." All BTS' members as the... More

1. INTRO
3. KIDNAP
4. SUSPECT 0.1
5. INTERROGATION
6. RUNAWAY
7. DNA 0.1
8. "I HEARD..."
9. SKETCH
10. DNA 0.2
11. GSR
12. LOCATION DETECTED
13. INTERCEPTION
14. SUSPECT 0.2
15. REVEALED
16. CAUGHT IN A LIE
17. MIANHAE
18. FIND YOU
19. BE ALRIGHT
20. CHANGED - END
THANK YOU!
Another Thank You!
The Casts
!!!

2. FIRST CASE

5K 434 31
By cinderellan

[ run ]

[ Jieun's POV ]
Hari ini adalah day off untukku.

Ya, aku tidak perlu datang ke kantor hari ini karena aku mengambil jatah cutiku.

Ah, aku jadi tidak enak dengan Hyunjae. Sekarang dia merasakan bagaimana posisiku dulu sebelum dia datang.

Tapi aku yakin dia dapat beradaptasi dengan cepat.

"Jieun-ah! Kau sudah bangun?" teriak ibuku dari luar kamarku.

"Nde, eomma. Aku sudah bangun." balasku.

"Cepat keluar! Eomma sudah menyiapkan sarapan untuk kita.

"Nde, eomma!"

Aku pun bergegas keluar kamar sebelum mendengarkan teriakan dari ibuku lagi.

"Akhirnya kau dapat cuti juga." ucap ibuku saat aku memasuki ruang makan dan langsung di 'iya' kan olehku.

"Apa rencanamu hari ini?" tanya ibuku.

"Hm aku belum mempunyai rencana untuk hari ini."

"Bagaimana kalau kau temani ibu berbelanja saja? Persediaan kita sudah mulai menipis dan kapan lagi kan kau bisa menemani ibu belanja bulanan?"

Aku tekekeh pelan, "Arraseo. Aku akan menemani eomma hari ini."

- 12 pm KST

Aku dan eomma menuju ke salah satu supermarket terdekat.

Rasanya sudah lama aku tidak menemani eomma berbelanja seperti ini.

Ya, kalian tahu kan pekerjaanku terkadang tidak mengenal waktu. Aku jadi jarang pulang dan harus menetap di kantor.

Setelah berbelanja keperluan pokok, aku dan eomma masih berkeliling untuk melihat-lihat bazar di sekitar supermarket itu.

"Jieun-ah, eomma lapar. Kau mau makan sesuatu?" tanya ibuku.

"Aku rindu masakan eomma. Bagaimana kalau kita pulang dan kita masak bersama?" ideku.

Eomma pun setuju dan kami bergegas pulang.

[ Author's POV ]
Setelah itu, mereka berjalan menuju parkiran sambil tertawa.

Mereka terlihat seperti ibu dan gadis kecilnya yang sangat bahagia.

Tanpa mereka sadari, seseorang memerhatikan mereka dari kejauhan.

"Gadis itu? Apakah dia Jieun? Aku ingin melihat wajah gadis kecilku." ujar seseorang yang hanya bisa melihat ibu dan anak gadisnya itu dari kejauhan.

ⓑⓤⓛⓛⓔⓣ

- Seoul Crime Lab -

Hari ini adalah hari pertama Hyunjae bekerja.

Di hari pertama ia sudah ditinggalkan oleh rekan seruangannya.

"Menyebalkan. Ah, tapi aku harus memakluminya." ujar yeoja tersebut sambil menyusun meja kerjanya agar menarik dan nyaman dilihat.

[ Hyunjae's POV ]
Disaat aku sedang asyik menyusun seluruh perlengkapan kantorku, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu ruangan.

"Hyunjae-ssi! Kajja!" teriak Hoseok yang hanya menampilkan kepalanya di balik pintu.

Aku hanya tertawa melihat kelakuannya itu. Dia memang lebih tua dariku, tapi dia terlihat seperti lebih muda dariku.

Aku dan Hoseok memasuki sebuah ruangan yang sudah terdapat Jin seorang diri.

Tak lama kemudian, Namjoon masuk ke ruangan dengan membawa file-file ditangannya.

"The monster is back. Kalian masih ingat buronan kita?" ujar Namjoon sambil membagikan file kepada kami.

"Maksudmu?" tanyaku.

Namjoon menoleh sesaat.

"Ah mian. Aku lupa padamu Hyunjae." ujar Namjoon.

"Buronan kita adalah penjahat expert. Jeon Jungkook, dia adalah monster yang suka memangsa gadis-gadis" jelas Jin kepadaku.

"Ah aku sudah mendengar tentang dia. Bukankah Direktur Bang pernah meminta bantuan Direktur Vance di Miami untuk mencari dia?" ucapku sambil membolak-balik file berisi identitas dan laporan terakhir buronan mereka.

"Iya, benar. Dan kemarin ia terlihat di sebuah pusat perbelanjaan. Sepertinya dia sedang keluar dari sarangnya karena persediaan kehidupannya telah menipis." ujar Namjoon dingin.

"Dulu, aku dan timku pernah menangani kasus penjualan gadis dibawah umur. Gadis-gadis itu berasal dari sini. Aku berasumsi bahwa penjualan gadis-gadis ini dilakukan oleh komplotan yang sama." ucapku sembari mengingat-ingat kasusku sewaktu masih di Miami.

"Apa kalian menuntaskan kasusnya?" tanya Namjoon.

"Tentu saja. Kami berhasil menangkap orang yang mengirim mereka. Dia adalah Park Jimin, dia dan beberapa anak buahnya berhasil kami tangkap dan gadis-gadis yang menjadi korban itu dikirim kembali ke Korea."

"Apakah Park Jimin itu kaki tangan Jungkook?" tanya Hoseok.

"Entahlah. Tapi selama penyelidikan dia tidak menyebutkan nama Jungkook. Aku pernah mendesak Jimin untuk menyebutkan siapa saja komplotannya. Namun, dia hanya menyebutkan nama-nama anak buah yang ditangkap bersamanya saat itu." balasku.

"Menarik. Sangat menarik." ucap Jin dengan tampang cool-nya.

"Hyunjae-ssi, bisakah kita meminta bantuan kepada tim di Miami untuk mengirimkan data tersangkamu itu?" tanya Namjoon.

"Akan kuusahakan." balasku.

Setelah rapat, aku langsung bergegas ke ruanganku.

Aku akan mencoba menghubungi tim dari Miami untuk meminta bantuan.

"Halo? Hyunjae? Apa ini benar kau?" tanya orang di seberang telepon.

"Ya, ini aku. Kau berlebihan sekali, Tarra." balasku kepada wanita bernama Tarra. Partner-ku di Miami crime lab.

"Aku merindukanmu. Terasa berbeda sekali tanpamu disini." ujarnya dengan nada sedih yang menurutku berlebihan.

"Ah, nanti kau akan terbiasa. Oh iya, apa kau sibuk?" tanyaku lagi

"Tidak. Ada apa?"

"Aku ingin meminta bantuanmu. Apa kau ingat kita pernah menangani kasus penjualan gadis-gadis dari Korea?" tanyaku lagi.

"Ya, aku ingat. Mengapa?"

"Apa kalian masih mempunyai data kasus tersebut?"

"Akan aku periksa. Apakah ini ada hubungannya dengan kasus pertamamu?" tanya Tarra.

"Aku masih belum tahu. Tapi menurutku kasus tersebut ada hubungannya dengan kasus pertamaku disini." jawabku.

"Baiklah. Nanti akan kukirimkan berkasnya."

"Terima kasih, Tarra. Kau memang yang terbaik."

Seketika aku merasa dejavu karena aku pernah menangani kasus yang serupa.

ⓑⓤⓛⓛⓔⓣ

[ Author's POV ]
Tak berapa lama, Tarra mengirimkan berkas-berkas kasus penjualan gadis di bawah umur dari Korea.

Betapa terkejutnya Hyunjae bahwa tersangka dari kejahatan tersebut sudah di bebaskan sebulan yang lalu.

Hebatnya lagi tersangka tersebut kembali ke Korea seorang diri, sementara anak buahnya menetap di lapas Miami.

"Solma. Bagaimana bisa?" Hyunjae tercekat.

Ia pun segera meninggalkan ruang kerjanya dan pergi menuju ke ruangan Namjoon.

"Namjoon-ssi!" Hyunjae langsung menerobos masuk ruangan leader-nya tersebut.

"Ya! Bisakah kau mengetuk pintunya terlebih dahulu?!" ujar sang leader-nim dengan ketus.

"Ah mianhae. Tapi aku harus memberitahumu hal ini. Park Jimin-" yeoja tersebut terdengar sangat panik.

"Wae? Cepat katakan." Namjoon semakin penasaran.

Sementara Hyunjae masih tercekat karena ia masih tidak percaya.

"Dia bebas. Park Jimin telah dibebaskan." ujar Hyunjae dengan nada kecewanya.

Ia sangat kecewa. Bagaimana bisa tersangkanya itu bebas begitu saja?

"Mwo? Apa kau tau dimana dia sekarang?" tanya Namjoon sambil mengambil tablet gadget yang dibawa Hyunjae.

"Aku tidak tau dimana ia sekarang. Tapi menurut laporan dari tim Miami ia telah kembali kesini." ucap Hyunjae.

"Apa yang harus kita lakukan?" sambungnya.

"Gwenchana. Kita akan mencarinya. Lagipula kita sangat membutuhkan informasi darinya." ucapan Namjoon cukup memberi semangat kepada Hyunjae.

- Distrik Gwangjin -

"Ya! Jimin-ah! Apa yang kau katakan, huh?" ujar seorang namja dengan suara beratnya.

"Aku ingin berhenti melakukan semua ini. Aku sudah muak. Aku tidak ingin terlibat lagi, aku tidak mau kembali masuk ke jeruji besi!" bentak namja yang bernama Park Jimin ke teman seprofesinya.

"Hei, apa kau tidak ingat siapa yang sudah membebaskanmu?" namja yang tampak lebih muda pun bersuara.

"Aku tidak mau melakukan pekerjaan itu lagi. Bisakah kalian mengerti?" Jimin tetap kukuh terhadap keputusannya.

"Dasar tidak tau diuntung!" bentak namja bersuara berat tadi kepada Jimin.

"Dia yang membebaskanmu dari penjara. Bahkan dia juga yang membawamu pulang kesini. Selama ini, dia pula yang membuatmu bertahan hidup hingga sekarang! Apa kau sadar Park Jimin?!" sambung namja itu sambil menarik kerah kemeja yang digunakan Jimin.

Disela perdebatan antara ketiga namja itu, muncullah seorang namja yang terlihat gagah.

Dari setelan yang ia kenakan, ia terlihat seperti milioner yang sangat sukses.

"Apakah itu benar, Jimin-ssi?" tanya namja itu sambil melepaskan jas nya.

"Kau akan berhenti? Kau akan meninggalkanku? Kau akan meninggalkan teman-temanmu ini? Begitu?" sambungnya yang kali ini sedang menggulung lengan kemeja yang ia kenakan.

"Hyung, jebal. Biarkan aku pergi. Aku tidak mau melakukan ini lagi." Jimin memohon kepada namja itu.

"Hm, kalau aku membiarkanmu pergi, kau akan tinggal dimana? Di bawah jembatan, eoh?" tanya namja itu lagi sambil berkacak pinggang.

"A-Aku akan menumpang di apartemen sepupuku." jawab Jimin asal.

Sebenarnya ia tidak tahu akan tinggal dimana jika ia dibebaskan dari '
pekerjaan ini

"Ah begitu." namja itu berjalan mendekat ke arah Park Jimin.

"Apa kau pikir aku akan melepasmu dengan mudah?" sambungnya.

"Dengarkan aku baik-baik. Aku tidak akan pernah membiarkanmu berhenti. Sekalipun kau pergi jauh dari negara ini, aku akan menemukanmu. Kau adalah tanggung jawabku. Aku yang menanggung seluruh kehidupanmu dan sekarang apa yang kau lakukan?!" jelas namja itu dengan penuh emosi.

Ia pun tidak segan mencambuk Jimin hingga terjatuh dan berlutut dihadapan namja yang lebih 'kuat' itu.

Namja tersebut tidak berhenti menyiksa Jimin sebelum ia meminta maaf dan mengakui kesalahannya.

"Mianhae, hyung. Aku salah. Mianhae, jeongmal mianhae." ucap Park Jimin masih dalam posisi berlutut.

"Kali ini aku akan mengampunimu. Ini adalah peringatan untukmu dan kalian semua. Jika kalian berpikir untuk berhenti bekerja denganku, kalian akan tahu akibatnya. Kalian akan kuasingkan atau hm biar aku pikir... ah! Atau kalian akan ku gantung di jembatan Sungai Han." jelas namja itu.

Ia benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya.

"Nde, hyung! Kami tahu. Kami tidak akan melakukan hal yang sama seperti si bodoh ini." ucap namja yang bersuara berat itu lagi.

"Baiklah, kalian urus anak ini. Aku akan kembali ke kantor." jelas namja kaya itu setelah memerintahkan anak buahnya yang lain untuk mengurus Jimin yang masih berlutut.

Jimin merasa sekarang dirinya benar-benar sudah hancur.

Ia tidak akan bebas dari monster itu. Ia sangat menyesal telah melakukan pekerjaan kotor ini.

Namun, sekarang sudah terlambat. Ia adalah bagian dari para monster itu.

Dapat disimpulkan bahwa, ia juga adalah seorang monster.

[ stay ]

Continue Reading

You'll Also Like

106K 18.8K 11
Kumpulan chat penolakan para perjaka untuk gadis cantik bernama Dora Saphira. Hmmm. Created 2018
1.8K 916 10
Bergabung dan bersekolah di jurusan kesehatan membuat Anggana semakin berpikir dan bersyukur setidaknya ia selalu dikelilingi orang yang mencintainya...
178K 62.4K 90
"Akan kubuktikan kalau aku, bukan orang yang lemah dan kalah!" ~Dari Galan, seorang anak miskin yang akan mengubah wajah Bangsa Indonesia. Langsung b...
83.3K 7.2K 51
【 On Going 】 GIRLS Series #1 - - - Blurb: Dia Alexiore, seorang gadis dengan kedinginan melebihi rata-rata tiba-tiba menghembuskan nafas terakhirnya...