My Sun (Dineshcara) [TAMAT]

By elkusumastories

65.6K 2.7K 97

[Sebagian cerita dihapus] -Not every story has a happy ending - Tentang Matahariku..Dineshcara. Tentang Pulau... More

Prolog
1. Pertemuan
2. Dulu
Iklan

3. Setan Cilik

3.2K 565 21
By elkusumastories

-Swarna-

Setelah kuputuskan untuk cuti selama 1 bulan, guna menyelesaikan urusan di Keraton, aku kembali ke kota kelahiranku ini. Semua tampak sama, kecuali aku yang semakin menua dan kembali sendiri.

Perpisahanku dengan Sinar memang sudah berlalu, aku juga tidak terlalu peduli dengan masa laluku, yang cukup ku khawatirkan adalah Papa. Berkali-kali beliau mencoba mencarikanku istri lagi. Setidaknya perempuan yang bisa menemaniku kemana-kemana, entah itu hanya makan, berbelanja atau apapun. Mungkin juga karena pengaruh mereka ini sudah mendengarkan berita bahwa mantan istriku itu akan menikah lagi.

Setelah berpisah, aku semakin menjauhi dalam berhubungan dengan perempuan. Aku terlalu malas terhanyut dalam drama-drama tersebut. Lebih santai aku menjalani hidupku sekarang, tapi nyatanya tidak dengan keluargaku.

'Kalau urusanmu diurusi orang lain, itu tandanya kamu sedang ada di Indonesia.'-anonymous.

Seratus persen benar adanya. Hidup sebagai keturunan darah biru memang tidak bisa sembarangan. Ada amanah yang harus kupikul bahkan semenjak aku dilahirkan. Aku mencoba sebisa mungkin mengikuti tugas apa-apa yang diberikan padaku. Meskipun bukan calon tunggal penerus takhta, tetapi untuk menghargai usaha Papa aku selalu mengikuti kegiatan di dalam Keraton. Aku sudah sering menghandle acara Keraton, namun lebih kepada mengcreate suatu acara, karena hal tersebut bisa diremote dari jarak jauh. Sesekali aku mengunjungi tempat acara, selebihnya kuserahkan pada sekretaris.

Sada, mungkin sebelas dua belas bila dibandingkan dengan aku. Hanya saja dia lebih bisa terjun langsung karena memang pekerjaannya ada di Solo, jadi sebenarnya sudah lama bahwa urusan kegiatan di Keraton adalah hasil kerjasamaku dengannya secara tidak langsung. Selama itu karena kami sudah tidak saling bersinggungan satu sama lain karena suatu hal. Untungnya, permasalahan itu sudah clear sekarang dan semoga akan selalu baik-baik saja ke depannya.

Bahkan saat ini aku dengan tangan terbuka ikut sibuk dalam persiapan pernikahannya.

Saat aku hendak keluar Keraton untuk makan siang, tiba-tiba kulihat Smara berbincang dengan seorang perempuan. Ya.. aku yakin itu suara perempuan. Ku langkahkan kaki dengan tegas ke arah sasana sumewa dan mendapati Smara berdua dengan Setan Cilik.

Ranti, maksudku.

Sejujurnya aku suka tidak enak hati, ketika melihat si setan cilik ini berbincang dengan Smara. Perlakuan Ranti padaku dengan perlakuannya pada Smara, berbeda 180 derajat. Dia bisa begitu akrab dengan Smara, tertawa lepas, saling kontak fisik dengan berpelukan--seperti yang kulihat barusan--dan itu cukup membuatku kesal.

Karena.....selama ini aku pikir aku telah berbuat baik, ya..meski kenyataannya aku memang lebih suka berbuat jahil ke setan cilik, tapi masih dibatas wajar.

Di sisi lain aku memaklumi respon Ranti yang berbeda terhadapku..aku tahu kenapa Ia melakukan itu, karena hal itu merupakan benteng yang sengaja Ia bangun di hadapanku.

"Siapa yang judes?" Aku memutuskan untuk ikut campur dalam percakapan Smara dan Ranti. Ingin rasanya melihat respon si setan cilik, pastinya dia akan kesal.

Tentu saja, apapun yang aku lakukan di hadapannya berhasil memancing emosinya..kalau boleh jujur, kadang-kadang itu menjadi senjataku agar diperhatikan olehnya.

Ya, sekali lagi, mungkin karena aku sendiri jadi lebih butuh hiburan, bukan karena aku tertarik dengan si setan cilik.

"Anak ini bantu? Yang ada malah bikin repot kamu, Yu." Kataku waktu tahu bahwa Ranti kemari untuk membantu persiapan pernikahan Sada bersama dengan Ayu, adik sepupuku.

"Isshh!!" Ucap Ranti sembari melayangkan pukulan ke arah lenganku.

Aneh..pukulan kecil yang dilayangkan Ranti justru semakin membuatku ketagihan untuk menggodanya. Atau, sudahlah, hentikan sampai sini saja, semua orang mungkin akan curiga kalau aku malah menikmati itu semua.

"Aduh! Apa sih, Ranti?!" Jawabku atas perlakuannya padaku.

Ayu dan Smara melihat kami berdua dengan gelengan kepalanya bergantian. Mungkin mereka paham, bahwa pertengkaran seperti itu yang kerapkali muncul saat aku dan Ranti dipertemukan.

Smara. Mungkin orang yang paling paham atas apa yang terjadi pada kami. Aku dan Ranti.

Ranti dan Ayu memilih pergi, tentu Ranti yang menggiring Ayu untuk segera terlepas dari perkelahian kecil ini.

Setelah aku berteriak untuk menghujani komentar pedas tentang Ranti yang pastinya akan merepotkan Ayu bukannya membantu, Smara mendekatiku.

"Mas..Mas, seneng banget ngegodain Ranti? Mas gak berubah pikiran, toh?"

Aku sedikit terpancing dengan ucapan Smara barusan, "Menurutmu? Mas ini tipe orang yang mudah berubah pikiran?"

"Jawabannya cuma Mas yang tahu. Ranti udah punya cowok gak sih? Kok kelihatan adem ayem aja setelah sempet dikenalin Mas Sada?"

"Heh? Sada?"

"Iya..Mas gak ngerti ya? Sebelum Mas Sada ketemu sama Raras, Ranti itu sempat dikenalin. Tapi namanya belum jodoh ya."

Aku diam tidak merespon apapun tentang itu.

"Kalo aku yang coba deketin Ranti, gimana menurut Mas?"

Aku menghela nafas dalam, kemudian memutuskan untuk tidak terlalu jauh membahas urusan tentang Ranti, "Terserah kamu saja, lah."

Baru rasanya selesai berdebat dengan Smara mengenai setan cilik, kini di parkiran aku harus berhadapan dengan si setan cilik itu sendiri.

Ranti hendak menuju mobilnya, Ia sempat melihatku yang juga berjalan menuju mobilku untuk segera keluar dari pelataran parkiran Keraton.

Tunggu, kenapa dia hanya melihatku tanpa menyapaku?

Pandangannya berubah, jujur saja, aku kira Ia akan bersikap sama ketika kami bertemu berdua saja, seperti ketika kami dipertemukan saat ada beberapa anggota keluarga lainnya. Namun ternyata tidak demikian.

Ada perasaan tidak terima dalam diriku yang entah apa itu. Saat Ranti sudah membunyikan alarm kunci untuk membuka mobilnya, disitulah adrenalin aneh muncul dari dalam diriku dan bergegas berjalan ke sisi pintu penumpang mobil milik Ranti.

"Ngapain, Mas??" Tanya Ranti kaget, siapa yang tidak terkejut tiba-tiba ada seseorang yang masuk begitu saja ke dalam mobilmu tanpa diundang..aku tidak berbeda dengan seorang penyusup, sedang apa kamu Swarna?

"Menyejukkan diri." Jawabku abstrak dan aku merasa semakin bodoh.

Biasanya, dengan jawaban demikian Ranti akan segera membalas dengan tidak mau kalahnya. Entah jawaban lelucon apa yang keluar dari mulutnya, yang biasanya mampu membuatku tertawa.

Tapi ini tidak..

Ranti hanya diam sembari menyalakan mesin mobilnya, kemudian Ia mencoba sibuk dengan menyalakan beberapa aksesoris kendaraannya dan setelahnya beralih mencari sesuatu dalam tasnya, sebuah ponsel.

"Mas kira kamu sudah lupa."

"Tentang?"

"Kamu masih sama, belum berubah, dimana keadaan membuat kita berdua saja seperti sekarang ini. Ternyata...kamu cuma akting?"

"Terserah Mas mau bilang apa, apapun yang aku lakuin itu terbaik menurutku. Mas gak berhak ikut campur, emang Mas siapa?"

"Oke..kamu jangan emosi dulu, Mas cuma sekedar beropini."

"Lain kali, sebelum bicara itu dipikir dulu, Mas. Sebelum ternyata omongan Mas itu nyakitin orang lain."

"Bagian mana omongan Mas ada yang nyakitin?"

"Udah ya Mas, aku lagi keburu waktu, Mas masih mau ngadem disini? Kan Mas punya mobil sendiri..Aku keburu ada janji nih sama mbak Ayu di mall."

Akhirnya aku memilih untuk segera keluar dari mobil daripada membuat emosi anak orang. Tapi sebelum itu, Ranti menahanku kembali dengan ucapannya.

"Eh Mas, aku bisa minta tolong kan?"

Aku menoleh, tanpa mengucapkan apapun tentunya, menunggu Ranti menyelesaikan apa yang ingin dikatakannya.

"Aku dapat tugas dari mbak Ayu, supaya jaga-jaga untuk hal-hal yang gak diinginkan. Mbak Ayu nyuruh aku lihat sekitaran pas hari H nikahan mas Sada, kalau-kalau ada perempuan namanya Dewi, biar kalau dia dateng, aku bisa nemenin dia. Supaya dia gak bisa lalu-lalang kemana-mana..."

"....kata mbak Ayu, Mas kenal sama perempuan namanya Dewi itu, jadi waktu hari H kalau Mas lihat dia, tolong kasih tahu aku ya."

Seketika aku terkejut, sudah pasti Ranti tidak tahu permasalahan tentang aku, Sada dan Dewi. Sampai-sampai Ia meminta bantuanku mengenai Dewi.

"Maaf, tapi permintaanmu yang itu Mas gak bisa bantu."

"Kenapa? Takut terjerat masa lalu? Ya..aku maklum sih, perempuan yang namanya Dewi ini kan sampai bisa bikin berantem para sepupu Keraton, ckckck. Kok bisa ya? Jadi penasaran."

Aku terbelalak. Ini diluar ekspektasiku. Ternyata Ranti tahu persoalan tentang Dewi. Lantas, mau apa dia berbuat demikian?

"Maumu apa, Ranti? Berarti kamu tahu kan hubunganku dan Sada jadi kurang membaik gara-gara Dewi? Dan kamu masih minta bantuan Mas untuk itu? Yang benar saja."

"Aku cuma bercanda kok. Santai aja, Mas. Jangan terlalu serius." Jawab Ranti tersenyum.

Senyumnya itu aneh, ada maksud dan tujuan lain di dalam sana. Tapi aku memilih segera turun dari mobil Ranti, tanpa aba-aba Ranti langsung memundurkan mobilnya dan berputar untuk keluar dari parkir Keraton, meninggalkan aku yang masih bertanya-tanya dalam pikiranku sendiri.

Continue Reading

You'll Also Like

229 81 14
Apa jadinya jika dirimu tiba-tiba bertransmigrasi ke tubuh seorang tokoh penting pada masa lalu? Itulah saat ini yang dialami oleh Yang Qian. Ia dit...
1K 145 13
*Pernah terbit di cabaca.id Patah hati karena mantan terindah menikah diam-diam, Ukaysha melarikan diri ke Bali. Dengan dalih akan mengembangkan caba...
2.6K 330 5
Dalam pertemuan yang tak terduga di tempat rekreasi, gadis pemalu Michael Airendra berhasil memikat Yevan dengan sikap tenang dan cara berbicara lemb...
3.1K 433 12
Ini bukan cerita... isinya hanya berupa kerandoman sayah, si tukang ngarang amatir yang suka oversharing.