Way Back Home βœ”

By helloxmello

6.3K 644 810

Tentang menemukan dan kehilangan. Tentang yang pergi dan yang kembali. Tentang jatuh cinta, sakit hati, luka... More

Prologue
1. Run to You (Peniel)
2. Home is Where the Heart is (Ilhoon)
4. Our Love Like This (Eunkwang)
5. End of the Road (Hyunsik)
6. Feels Like Home (Sungjae)
7. Congratulations (Minhyuk)
Epilogue
Side Story - Behind This Project

3. A Little Too Late (Changsub)

660 70 119
By helloxmello

Changsub duduk di konternya sambil menatap layar komputer dengan tatapan kosong. Belum ada penumpang yang akan check-in hari ini, sepertinya penerbangan terakhir dijadwalkan masih beberapa jam lagi. Ia mendesah keras beberapa kali tanpa disadarinya.

"Kau tidak ke coffee shop itu lagi?"

Suara Jaebum yang duduk di konter sebelahnya membuyarkan lamunan Changsub.

"Hah? Apa? Oh, tidak." jawab Changsub sekenanya. Jaebum menatap Changsub heran.

"Ini kan hari Kamis. Biasanya kau selalu kesana tiap hari Senin, Kamis dan Sabtu, lebih sering daripada hari-hari biasanya." Jaebum melanjutkan. "Lagipula tidak mungkin seorang Lee Changsub tidak membeli kopi."

Changsub tidak menghiraukan ucapan Jaebum. Ia kembali melamun. Memikirkan kejadian beberapa hari lalu yang mengusik pikirannya, lebih tepatnya hatinya.

***

"Aku pesan latte satu, Nona." ujar Changsub pada perempuan di belakang kasir Monolog Coffee. Perempuan itu menaikkan sebelah alisnya mendengar pesanan Changsub.

"Kau yakin? Latte? Tidak americano seperti biasanya?" tanya perempuan itu kepada Changsub. Perempuan itu memang tampak terkejut, karena sepertinya Changsub tidak biasa memesan latte.

"Yakin sekali. Aku sedang butuh yang manis-manis saat ini," jawab Changsub sambil mengangguk. Perempuan di belakang kasir tersebut mencondongkan tubuhnya ke arah Changsub.

"Kalau kau perlu yang manis, minum saja americano sambil melihatku."

Changsub terlihat kaget tapi seringaian lebar menghiasi wajahnya.

"Woah, Kim Hyejin! Lihat gombalanmu barusan. Darimana kau mempelajarinya?" Changsub mengacungkan kedua ibu jarinya dan bahkan bertepuk tangan heboh. Perempuan yang dipanggil Kim Hyejin itu nyengir.

"Aku belajar pada ahlinya, seseorang yang biasa memesan americano dua gelas ketika sedang bahagia, dan memesan americano bergelas-gelas ketika sedang tidak bersemangat. The one and only, Lee Changsub."

Changsub terkekeh geli mendengar penuturan Hyejin. "Baiklah, americano seperti biasa. Dua."

Hyejin mengangguk dan memencet beberapa tombol pada mesin kasir. Sambil menunggu pesanan Changsub, ia menopangkan dagunya di atas konter, bersiap mendengar cerita Changsub hari ini.

"Kau tahu, hari ini aku bertemu dengan adikku. Dia pergi dinas ke Hongkong dan saat check-in dia menyebarkan cerita-cerita tentangku ke seluruh petugas. Dia membuat semua orang menertawaiku, Hyejin-ah." Changsub mulai bercerita. Hyejin mendengarkan dengan seksama, sesekali menimpali sambil tertawa.

Selalu begitu. Sudah sejak lama, ketika Changsub menjadi pelanggan tetap di Monolog Coffee. Changsub akan datang, memesan americano dua gelas, dan mengobrol dengan Hyejin sambil menunggu pesanannya siap. Bahkan dalam sehari, ia bisa datang lebih dari tiga kali.

Hyejin selalu senang mengobrol dengan Changsub yang ekspresif. Terkadang, ia bertanya-tanya dalam hati, apakah di hari lain yang bukan shift nya, Changsub juga mengajak bicara teman-teman kerjanya. Ada sedikit perasaan di hati Hyejin yang ingin menjadi satu-satunya orang terdekat Changsub.

"Siapa tadi namanya, Ilhoon? Hahaha, adikmu hebat sekali bisa membuatmu pucat pasi begini. Apa dia selalu mengerjai hyung nya?" Hyejin berbalik untuk mengambil pesanan Changsub dan dua sedotan dari atas konter.

"Aku punya adik satu lagi dan dia lebih parah dari Ilhoon kalau soal mengerjaiku. Yah, tapi aku sayang mereka, sih." Changsub mengambil satu gelas karton berlogo 'Monolog Coffee' tersebut, dan mengangkatnya. "Terima kasih untuk kopinya, Nona Cantik."

Hyejin hanya tersenyum menanggapinya. Changsub beranjak pergi, dan Hyejin baru tersadar kopinya tertinggal satu gelas di atas konter.

"Ya, Changsub-ah! Kau melupakan kopimu satu lagi!" Hyejin berteriak sambil mengacungkan gelas karton di tangannya.

"Untukmu! Nanti kita ngobrol lagi, Hyejin-ah!" ujar Changsub tanpa berhenti dan menoleh, ia hanya mengacungkan kopinya. Hyejin mendesah, tetapi ia tersenyum menatap kopi di tangannya.

Changsub melirik dari balik bahunya, melihat Hyejin yang tersenyum. Hatinya berdesir. Hyejin tidak tahu bahwa Changsub sengaja datang lebih sering saat giliran Hyejin menjadi kasir. Changsub sengaja berlama-lama di depan kasir, berpura-pura bingung ingin memesan apa padahal dirinya selalu menenggak americano.

Hyejin juga tidak tahu, bahwa sebetulnya Changsub menyukai dirinya.

*

Malam itu, Monolog Coffee tampak sepi pengunjung. Changsub berjalan menandak-nandak memasuki coffee shop itu, tapi kali ini tidak sendiri. Jaebum berjalan di sebelahnya, menatap risih ke arah Changsub yang menurutnya kekanakan.

"Berjalan biasa saja kenapa sih," desis Jaebum saat mereka sudah berada di depan kasir. Changsub memanyunkan bibirnya.

"Ya, Im Jaebum! Kalau bahagia itu kau tertawa, kalau sedih kau menangis. Tapi lihat, kau hanya punya satu ekspresi sepanjang aku mengenalmu. Cih, dasar kaku." ujar Changsub, kemudian berpaling ke arah Hyejin yang memperhatikan mereka berdua, penasaran.

"Perkenalkan, Hyejin-ah, ini sahabatku yang paling kaku di dunia. Im Jaebum." ujar Changsub sambil merangkul Jaebum di sebelahnya. Dengan sekali sentak, Jaebum terlepas dari rangkulan Changsub. Ia berdeham dan mengulurkan tangannya.

"Ah, ne. Kim Hyejin-imnida." Hyejin menyambut uluran tangan Jaebum.

"Im Jaebum. Senang berkenalan denganmu, Hyejin-ssi."

"Ya, kalian hanya terpaut dua tahun. Tidak perlu bicara formal begitu." Changsub mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya. Hyejin tertawa lagi.

"Kalau begitu, boleh aku panggil Jaebum oppa saja?" tanya Hyejin sambil tersenyum manis. Meski tahu bukan untuk dirinya, tetapi jantung Changsub kembali berulah. Ah, dasar gampangan kau, rutuk Changsub pada jantungnya.

"A-ah? Ne." jawab Jaebum yang sepertinya agak kaget melihat keagresifan Hyejin.

"Hyejin-ah. Hatiku terluka. Kenapa kau tidak memanggilku oppa juga?" tanya Changsub pura-pura meremas dadanya. Hyejin mendengus.

"Kau itu tidak cocok dipanggil oppa, Lee Changsub." jawab Hyejin telak-telak. Changsub cemberut. "Jadi kalian mau pesan apa?" tanya Hyejin menghiraukan akting Changsub.

"Aku cappuccino saja." ujar Jaebum singkat. Hyejin mengangguk, tatapannya beralih kepada Changsub.

"Apa-apaan itu, cappuccino? Orang sepertimu lebih cocok meminum espresso.. Tunggu dulu, ah, aduh. Sepertinya aku harus ke kamar kecil. Hyejin-ah, aku pesan dua seperti biasa, nanti aku kembali!"

Changsub melesat sambil terbungkuk-bungkuk, tangannya berada di atas perutnya. Hyejin tertawa terbahak-bahak melihatnya.

"Oppa, apa dia selalu begini jika bersamamu?" tanya Hyejin sambil menghapus air matanya. Ia terlalu geli melihat polah Changsub.

"Ah? Ya.. Dia memang seperti itu." jawab Jaebum. Hyejin berbalik untuk mengambil pesanan Jaebum.

"Kau duduk saja oppa, nanti kuantar." Hyejin kembali tersenyum manis. Jaebum menggaruk kepalanya yang tidak gatal, merasa awkward, dan akhirnya beranjak untuk duduk di salah satu sofa.

Hyejin membawa dua cangkir cappuccino di hadapan Jaebum. Bukannya pergi, Hyejin malah ikut duduk di hadapannya. Jaebum yang bingung harus berbuat apa, akhirnya menyesap sedikit minumannya.

"Lalu, apa kau memang sekaku ini, oppa?" tanya Hyejin tiba-tiba. Jaebum terbatuk-batuk, kaget mendengar pertanyaan Hyejin yang tiba-tiba.

"Ahhh.. ekhem," Jaebum berdeham. Ia merasa hidungnya panas, sepertinya ada beberapa tetes cappuccino masuk kesana. "Ya, aku memang kaku. Tapi—"

Ucapannya terpotong oleh tawa Hyejin. Jaebum menatapnya bingung. Gadis ini, suka sekali tertawa ya?

Hyejin mengacungkan jari telunjuknya ke arah Jaebum. "Foam nya menempel di atas mulutmu, oppa. Hahaha, kau terlihat lucu sekali," Hyejin masih tertawa. Jaebum menyeka mulutnya dengan punggung tangannya, dan melihat foam putih disana. Ia mendengus kecil dan tertawa. Jaebum tidak tahu kenapa, tapi ia merasa ingin tertawa.

Tanpa mereka sadari, sepasang mata memperhatikan mereka dari kejauhan. Changsub berdiri di depan Monolog Coffee, terlalu kaget melihat pemandangan di hadapannya untuk bisa bergerak maju.

Im Jaebum tertawa, batinnya gelisah. Ini pertama kalinya Changsub melihat Jaebum tertawa seperti itu. Dan yang membuatnya tertawa adalah Hyejin.

Changsub tahu Hyejin memang seperti itu. Hyejin bisa membuat siapa saja nyaman di dekatnya dalam hitungan detik. Tapi membuat seorang Im Jaebum tertawa sampai terbahak-bahak tidak pernah terlintas dalam pikiran Changsub.

Ia menghela napas panjang dan berjalan masuk ke dalam. Memasang raut wajah paling netral yang bisa ia tampilkan.

"Ada apa ini? Wah, kenapa hanya ada dua cappuccino di atas meja? Mana pesananku?" Changsub langsung duduk di sebelah Hyejin dan memborbardirnya dengan pertanyaan.

"Ah? Kau sudah kembali, Changsub-ah. Sana, ambil sendiri kopimu di atas konter," Hyejin melambaikan tangannya dan melanjutkan obrolannya dengan Jaebum. Changsub menatap mereka berdua bergantian, dan berdiri dengan lunglai menuju konter, mengambil kopinya.

Mengapa perasaanku tidak enak, Changsub duduk di sebelah Hyejin dan meminum kopinya dalam diam.

"Ah, sudah jam segini." Jaebum melihat jam di dinding dan segera berdiri. "Aku harus menjemput ibuku, aku pergi dulu Hyejin-ah, Changsub-ah."

Jaebum tersenyum pada Hyejin yang membalasnya dengan lambaian tangan. Changsub menggigit-gigit sedotannya, merasa gelisah.

"Dia tidak sekaku yang kau ceritakan, Changsub-ah." Hyejin bertopang dagu dan menatap Changsub. Masih menggigit-gigit sedotannya, Changsub melirik Hyejin yang sedang menatapnya.

"Jangan menatapku seperti itu, Hyejin-ah. Nanti kau jatuh cinta padaku." ujar Changsub tanpa berpikir.

"Apa kau bilang? Jatuh cinta? Cih, tidak akan ya Lee Changsub," Hyejin meleletkan lidahnya dan berbalik, membereskan cangkir cappuccino miliknya dan Jaebum.

Changsub terdiam, memperhatikan Hyejin bekerja. Rambut sebahunya yang selalu dibiarkan tergerai, saat ini menutupi sisi wajahnya. Tangan Changsub gatal sekali ingin meraihnya dan menyematkannya di telinga Hyejin.

"Hyejin-ah."

"Hmm?" Hyejin merespons tanpa menoleh.

"Hyejin-ah, lihat aku."

Hyejin akhirnya menatap Changsub. Wajahnya kesal. Changsub menatap ke dalam mata hazel Hyejin selagi Hyejin mengomel. Ia menatap ke dalam matanya dan tiba-tiba saja Changsub tidak dapat berpikir jernih.

Sial. Rasa-rasanya justru aku yang jatuh cinta.

Entah mendapat keberanian darimana, Changsub bergerak maju dan mendaratkan kecupan manis di bibir Hyejin. Tidak lama, mungkin hanya dua detik, sebelum Changsub menarik dirinya kembali. Wajahnya memanas ketika melihat Hyejin yang matanya melotot kaget dan tubuhnya kaku.

"A-aku.." Changsub membuka mulutnya tetapi ia seperti kehilangan kemampuan bicara. Setelah mencoba bicara beberapa saat, dan yakin tidak ada kata-kata yang bisa keluar, Changsub berdiri dan pergi dengan tergesa.

Meninggalkan Hyejin yang terdiam kebingungan. Changsub tidak melihat ketika Hyejin berusaha mengatur napasnya yang mendadak berantakan. Changsub juga tidak melihat ketika tangan Hyejin yang gemetar perlahan menyentuh bibirnya.

***

"Kenapa akhir-akhir ini kau sering sekali melamun, Changsub-ah?" Suara Jaebum kembali menyadarkan lamunan Changsub.

"Ah? Tidak. Aku hanya—"

"Ya! Changsub-ah, lihat itu! Asap! Ada asap dari sana!" Ucapan Changsub terhenti karena Jaebum seketika berdiri dan menunjuk ke kejauhan. Changsub menatap arah yang ditunjuk Jaebum dan langsung melompat keluar dari konter, berlari ke arah yang ditunjuk Jaebum. Asap itu berasal dari Monolog Coffee.

Changsub menyadari Jaebum ikut berlari di sampingnya. Mereka berdua masuk ke dalam dan seluruh sudutnya sudah tertutup asap tebal.

"Sial! Kim Hyejin!" teriak Changsub berusaha keras melihat di tengah kepulan asap.

"Hyejin-ah!" Jaebum ikut berteriak memanggil Hyejin. Tapi tidak ada seorangpun yang terlihat di balik kasir. Mereka berdua masuk ke balik konter, dan menemukan tubuh Hyejin yang tergeletak di lantai.

"HYEJIN-AH!" teriak Jaebum dan Changsub bersamaan dan berlari ke arah Hyejin. Tapi Jaebum lebih cepat, Hyejin sudah berada di gendongannya ketika Changsub baru akan menyentuhnya.

"Cepat, kita harus keluar dari sini, Changsub-ah!" Jaebum berlari lebih dulu, Changsub menyusul di belakangnya, terbatuk-batuk karena tidak kuat dengan asapnya. Beberapa kali ia menabrak meja dan kursi karena susah melihat.

Begitu keluar dari Monolog Coffee, Changsub tersengal-sengal. Matanya perih dan tenggorokannya sakit. Ia mengatur napasnya sejenak dan mencari-cari Jaebum serta Hyejin yang lebih dulu keluar. Begitu melihat mereka, Changsub tertegun dengan apa yang dilihatnya.

Hyejin yang menangis terisak di dalam pelukan Jaebum. Jaebum yang merengkuhnya erat, dan ekspresi wajahnya.. khawatir. Jaebum yang kaku dan dingin, saat ini terlihat begitu khawatir. Berkali-kali ia menunduk, memastikan Hyejin aman di pelukannya.

"Jaebum oppa.. Aku takut.. Asapnya begitu banyak, aku tidak.. Aku tidak tahu.." Hyejin terisak. Jaebum menepuk-nepuk bahu Hyejin, menenangkannya.

"Sshh.. Sekarang kau aman, Hyejin-ah.."

Changsub yang mendengarnya hanya bisa mendengus. Rasanya ia ingin tertawa. Tertawa sekaligus menangis.

Harusnya.. aku yang memeluk Hyejin dan menenangkannya, bukan? Changsub tersenyum sedih. Hatinya sedikit sakit melihat Hyejin berada di pelukan Jaebum, tetapi lebih sakit ketika Changsub menyadari bahwa mungkin dirinya tidak bisa menjadi tempat bersandar Hyejin.

Mungkin memang bukan aku yang seharusnya ada untuk Hyejin. Mungkin.. mungkin memang sudah terlambat.

*

One week later.

Jaebum menghela napas menatap tiket di tangannya. Ia mendongak menatap Changsub di hadapannya yang sedang tersenyum lebar.

"Aku tidak pernah menyangka hari ini akan datang, Changsub-ah." ujar Jaebum sambil mengetik sesuatu di komputernya. Changsub terkekeh geli.

"Apa? Seorang petugas check-in menjadi penumpang pesawat? Jangan terlalu berlebihan, Jaebum-ah. Aku kan bukannya tidak akan kembali lagi." Changsub mengedipkan matanya. Jaebum menggeleng.

"Tapi kau keluar, kau pergi, dan aku tidak tahu kapan kau akan kembali." Jaebum mengulurkan tiket dan kartu identitas Changsub. Sementara Changsub hanya tersenyum, ia melirik konternya di sebelah Jaebum yang telah digantikan oleh seorang perempuan.

"Ya, kenapa kau jadi melankolis begini Jaebum-ah?" Changsub memajukan badannya dan berbisik, "Lihat, penggantiku itu cantik bukan? Semoga kau lebih betah dengannya daripada denganku, hahaha."

Jaebum mendengus. Changsub menghela napas dan tersenyum.

"Terima kasih karena telah menjadi teman yang baik, Jaebum-ah. Aku.. aku titip Hyejin.." Suara Changsub tersendat di tenggorokannya. "Aku belum sempat berpamitan padanya, dan—"

"YA, LEE CHANGSUB!"

Sebuah suara keras menginterupsi ucapan Changsub. Ia berbalik, dan menemukan Kim Hyejin berderap ke arahnya dengan wajah marah.

"Kau mau kemana?" tanya Hyejin dengan tatapan tajam. Changsub meringis. Ia kira bisa pergi dengan tenang tetapi nyatanya saat ini orang yang paling tidak ingin Changsub temui malah hadir di hadapannya.

"Kau mau pergi kemana tanpa pamit padaku, Changsub-ah?" Hyejin bertanya sekali lagi, tetapi nada suaranya bukan seperti yang Changsub kira. Ia kira Hyejin akan marah-marah dan mengamuk, tapi..

"Kau itu laki-laki atau bukan?" tanya Hyejin lagi, suaranya memelan.

"Tentu saja aku laki-laki, aku—"

"Kalau begitu bersikaplah gentleman!" Hyejin kembali berseru, wajahnya memerah. "Bersikaplah seperti seorang laki-laki, Changsub-ah. Bukannya pergi begitu saja setelah dengan seenaknya menciumku!"

Changsub tertegun. Ia dapat mendengar suara Hyejin yang gemetar. Wajahnya.. Changsub baru tersadar, mata Hyejin sudah basah.

"Hyejin-ah.." Changsub memulai, tapi tidak ada suara yang keluar setelahnya. Hatinya bergetar kembali. Kali ini sungguh sangat sakit, berbeda dengan sebelumnya.

"Kau sama sekali tidak pernah menemuiku lagi setelah menciumku. Dan sekarang? Sekarang tiba-tiba kau mau pergi begitu saja setelah membuatku bingung dan gelisah seperti orang gila begini?" Wajah Hyejin dipenuhi air mata.

Changsub tidak bisa berpikir jernih. Mengapa Hyejin menangis? Apakah...

"Pabo-ya." Hyejin menutup wajahnya dengan kedua tangan dan terisak. "Lee Changsub, pabo-ya. Bagaimana mungkin kau bisa sekejam ini.."

Hyejin menurunkan kedua tangannya, matanya yang memerah menatap Changsub yang masih berusaha mencerna semuanya.

"Aku tahu kau senang bermain-main tapi aku tidak pernah tahu kau bisa sebrengsek ini!" Hyejin berbalik dan beranjak pergi ketika Changsub akhirnya tersadar. Ia menarik tangan Hyejin dan merengkuh wajahnya.

"Ya, Kim Hyejin." Changsub menatap mata hazel Hyejin dalam. Jantungnya berdegup sangat kencang sekarang. "Kau menyukaiku?"

Perlahan, Hyejin mengangguk. Air matanya terus mengalir. Changsub menghela napas berat melihat Hyejin mengangguk dan menciumnya. Lama. Ciuman yang memang sepantasnya Changsub berikan. Yang sudah sejak lama seharusnya ia lakukan. Changsub merasakan matanya basah.

Changsub menghentikan ciumannya. Ia menatap mata Hyejin yang masih terpejam, menyandarkan dahinya di dahi Hyejin. Napasnya berat.

"Kau yang bodoh. Mengapa tidak bilang padaku kalau kau juga menyukaiku? Mengapa malah memeluk laki-laki lain?!" desis Changsub, tangannya gemetar.

"Kau tidak pernah tanya.." Hyejin kembali terisak. "Lagipula, laki-laki lain siapa? Jaebum oppa? Dia tahu semuanya.. aku menceritakan semuanya pada Jaebum oppa, dan dia bilang.. dia bilang kau bukan tipe laki-laki yang akan mencium perempuan sembarangan dan meninggalkannya.."

It was a short time but
there were so many memories..*

Changsub memejamkan matanya. Ia sadar dirinya baru saja menemukan seseorang yang berarti baginya, hanya untuk melepasnya lagi.

"Kajima, Changsub-ah.." bisik Hyejin sambil memeluknya. Changsub mengeratkan pelukannya.

"Maafkan aku, Hyejin-ah. Aku tahu aku betul-betul bodoh. Seharusnya aku bilang padamu dari dulu. Tapi aku sungguh-sungguh harus pergi.."

Love that never changes is always touching
Today isn't the end
Got it? So don't cry..*

"Hyejin-ah. Aku akan kembali." Changsub melepaskan pelukannya dan menatap mata hazel Hyejin. "Aku pasti akan kembali. Maafkan aku yang terlambat menyadari semuanya. Maafkan aku yang terlalu bodoh. Aku pasti akan pulang padamu, Hyejin-ah. Kau mau menungguku kan?"

Hyejin mengangguk.

Where are you in the world
I can find you
So don't worry*

Ia menangkup wajah Hyejin dengan kedua tangannya, menatapnya lekat. Menatap sosok perempuan yang membuat hatinya menghangat.

Just for a moment, goodbye
Goodbye*

Changsub menunduk dan kembali mencium Hyejin, untuk terakhir kalinya.

Note:
*) lyric And Goodbye by Lee Seung Gi

Continue Reading

You'll Also Like

778K 17.5K 46
In wich a one night stand turns out to be a lot more than that.
11.5M 297K 23
Alexander Vintalli is one of the most ruthless mafias of America. His name is feared all over America. The way people fear him and the way he has his...
405K 6.4K 80
A text story set place in the golden trio era! You are the it girl of Slytherin, the glue holding your deranged friend group together, the girl no...