This Love [END Tersedia Versi...

By MitsukiHimeChan

35.5K 2.7K 140

Belasan tahun tidak bertemu, takdir kembali mempertemukan mereka untuk kembali bersama namun ketakutan Sasuke... More

Prolog
Dia ayahku
Namikaze Naruto
Ending

Akhir dari segalanya

5.9K 488 27
By MitsukiHimeChan

Chapter 4 : Akhir dari segalanya

Pair : SasuFemNaru . Daisuke

Genre : Romance . Hurt/Comporth

Rate : T

Naruto © Masashi Kishimoto

This Love © Mitsuki HimeChan

Baturaja, 07 Januari 2017

Sumatera Selatan

. . . .

Tok! Tok! Tok!

"Masuk!" jawab Sasuke tanpa mengalihkan pandangannya dari berkas-berkas yang sedang di bacanya.

Cklek.

Daisuke, Sai dan Kyuubi di biarkan masuk oleh Kakashi. Kakashi menaruh kotak makanan yang dia beli keatas meja. "Ini sarapan untuk tuan." ujarnya memberitahukan.

"Hn." sahut Sasuke yang masih fokus membaca.

"Kalau begitu saya permisi." ujar Kakashi kemudian keluar dari ruangan meninggalkan Sasuke dan anak-anaknya yang belum dia sadari.

"Sepertinya kau sangat sibuk." celetuk Daisuke sambil melepaskan tas jinjing yang di bawanya dan ia taruh di atas meja dekat sofa.

Sasuke terkejut mendengar suara Daisuke yang mengintrupsinya, ia mendongak dan melihat ketiga anaknya ada di ruangan kerjanya. Sasuke tersenyum tipis melihat mereka semua, pasti Daisuke telah memberitahu jati dirinya kepada Sai dan Kyuubi.

Sasuke beranjak berdiri dan menghampiri mereka yang sedang duduk di sofa. "Kalian tidak sekolah?" tanya Sasuke menatap anak-anaknya.

"Kami izin, lagipula itu sekolah itu milikmu kan." jawab Daisuke enteng membuat pria berkepala empat itu terkekeh pelan. "Ya tentu saja." sahutnya.

"Aku punya hadiah untuk mu agar semakin semangat berkerja." ujar Daisuke sambil mengeluarkan sebuah laptop dari dalam tasnya lalu menyerahkan paper bag berwarna biru tua kepada Sasuke.

"Di dalam itu ada syal buatan ibuku untuk mu." ujar Daisuke sambil tersenyum melihat reaksi ayahnya yang diam seribu bahasa memandangi paper bag yang telah berada di tangan Sasuke sendiri.

"Aa..." Sasuke mengangguk dan mengeluarkan syal berwarna merah dari dalam paper bag itu dan mencobanya. "Hangat." ucapnya pelan sambil tersenyum tipis.

"Serasa di peluk ibukukan?" tanya Daisuke dengan nada menggoda membuat Sasuke tersedak ludahnya sendiri. Sai dan Kyuubi tersenyum geli melihat rona tipis di kedua pipi ayah mereka.

"Dan ini laptop dari ku untuk mu, aku membuatnya sendiri. Emmm... Tapi sebenarnya aku membeli tiga laptop berbeda lalu merakitnya ulang tapi aku sudah menyiapkan banyak program bagus di dalamnya, kau bisa memeriksanya sendiri atau kalau kurang mengerti tinggal hubungi aku saja." ujar Daisuke sambil menyerahkan laptop buatannya kepada Sasuke serta alat untuk cas batre.

"Sai berikan lukisan mu." ucap Daisuke mengintrupsi.

Sai mengangguk kemudian berdiri dari duduknya dan menyerahkan bingkai besar itu kepada Sasuke.

"Ini untuk mu, aku melukisnya sendiri dan ku rasa, anda pasti sudah tahu tentang skill ku ini." ujar Sai pelan seraya menatap kedua bola mata ayahnya.

Sasuke menerima bingkai itu dan tersenyum menatap putranya itu. "Boleh ku buka sekarang?" tanyanya dan Sai mengangguk lalu kembali duduk.

Sasuke membuka kertas coklat yang menutupi bingkai itu dan ia cukup terkejut melihat lukisan Sai. Lukisan itu seperti sebuah foto keluarga. Di lukisan itu Sasuke dan Naruto duduk berdampingan lalu dibelakangnya berdiri Daisuke, Kyuubi dan Sai, dengan background dinding kertas seperti di rumah tradisional berlukiskan pemandangan gunung Fuji. Sasuke tersenyum melihatnya, melihat lukisan itu. Rasanya Sasuke benar-benar hidup di antara mereka.

"Kyuubi." Daisuke memberi isyarat untuk adik bungsunya itu.

Kyuubi mengangguk dan beranjak untuk mendekati Sasuke. "Bolehkah aku duduk di sebelah mu?" tanya Kyuubi pelan dan Sasuke hanya mengangguk.

Kyuubi tersenyum dan mendudukan dirinya tepat disamping Sasuke bahkan ia menempelkan tubuhnya kepada Sasuke. Sasuke merangkul Kyuubi membuat Kyuubi serasa di peluk oleh ayahnya.

"Aku, kaa-san, kak Daisuke dan kak Sai mengenakan gelang ini, jadi kau juga harus pakai yaa..." ujarnya lembut sambil mengeluarkan gelang berbahan dasar benang nilon berwarna biru dongker yang di lilit kepang dengan batu alam bernama merah siam sebagai hiasan berbentuk persegi panjang dan berlubang dikedua sisi untuk mengaitkan benang.

Kyuubi meraih tangan kanan Sasuke dan mengenakan gelang itu dengan telaten. Sasuke hampir menangis namun di tahannya karena ini adalah kali pertama dia sangat dekat dengan Daisuke, Sai dan Kyuubi, jika dulu dia melihat dari kejauhan maka hari ini ia dapat menyentuh mereka secara langsung dan bukan lewat gambar semata.

"Sudah!" seru Kyuubi lalu mendongkan kepalanya untuk melihat wajah Sasuke yang menatapnya intens.

Cup.

Sasuke mencium dahi Kyuubi lalu melihat kearah Sai dan Daisuke. "Kemari!" ucapnya dan kedua putranya itu dengan sangat cepat menghampiri Sasuke dan mereka peluk erat.

"Ayah." ucapnya ketiganya bersamaan sukses membuat air mata Sasuke akhirnya jatuh juga.

"Iya nak?" sahut Sasuke serak.

"Ayaaah.."

Ketiganya menangis haru dan memeluk Sasuke semakin erat. Rasa bahagia dan haru kini menyelimuti hati mereka terutama Sasuke yang akhirnya bisa di panggil ayah oleh anak-anaknya sendiri.

. This Love .

Daisuke tersenyum tipis melihat Sai dan Kyuubi akhirnya bisa mengetahui siapa ayah mereka apalagi saat tahu kalau selama ini ayah mereka terus berada di dekat mereka dan memperhatikan mereka meski dari kejauhan.

Senyum Daisuke luntur saat melihat Fugaku yang berjalan berlawanan arah dari mereka. "Pulang lah lebih dulu, aku masih ada perkerjaan." ujar Daisuke kepada adik-adiknya.

"Perkerjaan apa kak?" tanya Sai penasaran.

"Sudahlah pulang saja sana!" usir Daisuke tegas dan keduanya langsung mengangguk mengerti dan masuk lift lebih dulu.

Fugaku yang melihat Daisuke berdiri di depan lift berniat untuk menegur tapi niatnya segera ia urungkan mengingat apa yang Daisuke katakan beberapa hari yang lalu.

Ting!

Lift khusus untuk para Uchiha terbuka, Daisuke sudah masuk lebih dulu membuat karyawan yang berdiri di samping Fugaku membentaknya dan ingin menariknya keluar tapi Fugaku dengan cepat menyuruh karyawannya untuk pergi dan naik lift yang lain sedangkan dia masuk ke dalam lift khusus karena dia tahu kalau Daisuke ingin bicara dengannya.

Ting!

Pintu kembali tertutup rapat dan turun ke bawah menuju lantai satu.

"Daisuke?" panggil Fugaku pelan.

"Aku yakin kau pasti sudah mencari tahu siapa diriku, hingga seluk beluk tentangku." tebak Daisuke tepat sasaran membuat pria berstatus kakeknya itu bungkam.

"Aku mohon kepada mu tuan, izinkan kami untuk hidup bersama." ucapnya pelan namun terdengar tegas.

"Aku akan melakukannya, kau tenang saja, kalian akan bersama kembali dan marga Uchiha, aku pastikan akan menjadi nama depan kalian." sahut Fugaku.

"Wanita ular itu pasti akan bertindak dengan penuh kelicikannya seperti serigala, mengingat dia membenci ibuku." celetuk Daisuke tanpa merasa bersalah telah mengatakan hal itu.

"Tapi sayangnya, dia sedang melawan seseorang yang bahkan lebih licik dari seekor serigala." imbuhnya membuat Fugaku tidak banyak bicara lagi karena jika di lihat, Daisuke memang seperti anak remaja pada umumnya namun pemikiran anak itu jauh lebih dewasa dari usianya bahkan tingkahnya sudah seperti orang dewasa. Dia tidak mengenal rasa takut, jika Sasuke kuat dan jenius dalam menjalankan perusahaan raksasanya hingga membuat semua lawan bisnisnya takut maka berbeda dengan Daisuke, dia lebih mengerikan dari Sasuke, bahkan Daisuke dengan tenangnya mampu mengancamnya dan istrinya.

Dia bukan anak remaja biasa!

Ting!

Pintu lift terbuka dan ternyata sudah sampai di lantai satu.

"Aku tidak takut akan apapun, dan aku mampu menghancurkan hidup seseorang jika dia menganggu hidup ibuku, dan ayahku." ujarnya sebelum akhirnya keluar dari lift khusus.

Fugaku terdiam memandangi punggung Daisuke yang berjalan pergi meninggalkannya. "Dia lebih berbahaya dari pada istriku." celetuknya seraya terkekeh pelan lalu keluar dari lift.

"Sekarang untuk menjalankan rencananya." ucap Daisuke pelan. "Memberitahu publik bahwa Uchiha Sasuke sudah menikah akan membuat wanita ular itu langsung terkena serangan jantung mendadak dan pasti akan berusaha menutup mulut para media lalu pernikahan ayah dan nona Sakura di batalkan, tembak satu peluru tembus dua mangsa sekaligus." lanjutnya dengan seringai evilnya.

.

.

Naruto baru saja selesai membantu para pelayan untuk masak dan melihat Konohamaru yang datang menghampirinya. "Ada surat untuk mu Naruto-sama." ujarnya seraya menyerahkan sebuah amplop berwarna coklat muda kepada Naruto. "Aku menemukannya di depan pintu masuk tadi." lanjutnya memberitahukan.

"Emm... Ya sudah, kau lanjutlah berkerja kembali."

Konohamaru mengangguk dan pergi meninggalkan Naruto sendiri.

Naruto duduk di salah satu kursi dan mulai membuka amplop itu yang berisi satu tiket untuk ke taman bermain Konoha Land dan sepucuk surat di dalamnya. Di bukanya surat itu dan di bacanya.

Datanglah ke arena bermain Halilintar pukul sepuluh siang dan tunggulah di dekat penjual balon. Kalau kau tidak datang, kau akan menyesal seumur hidupmu.

Tidak ada nama pengirim di surat itu dan hanya ada tulisan kalau surat itu untuknya saja di luar amplop tersebut. Apa maksudnya Naruto juga tidak tahu.

"Apa aku harus datang?" gumamnya pelan.

.

.

Sasuke membuka laptop yang Daisuke berikan kepadanya dan sedikit bingung melihat sebuah kertas yang di lipat dan sebuah tiket masuk taman bermain terselip di dalamnya.

Datanglah ke arena bermain Halilintar pukul sepuluh siang dan tunggulah di dekat penjual balon. Kalau kau tidak datang, kau akan menyesal seumur hidupmu.

Sasuke mengernyit bingung membaca tulisan di kertas itu, tapi ia malah tertawa pelan, putra sulungnya itu penuh dengan misteri. "Akan aku turuti apa mau mu." ucapnya pelan dan menaruh tiket masuk itu ke atas meja kerjanya kemudian melihat isi dari laptop yang Daisuke berikan kepadanya.

...

Naruto melihat penjual balon dan berlari kearah si penjual dan secara bersamaan Sasuke juga datang. "Sasuke?" ucapnya pelan melihat Sasuke yang juga datang.

"Kau disini?" tanya Sasuke tidak percaya lalu terkekeh geli karena sekarang dia tahu maksud putra sulungnya itu.

"Ini untuk nyonya." ujar penjual balon ramah kepada Naruto sambil memberikan sebuah balon berwarna kuning dan biru gelap berbentuk love.

"Aa... Arigatou, berapa harganya?" tanya Naruto.

"Tidak usah, ini gratis untuk kalian berdua." jawabnya sambil melihat kearah Sasuke sambil tersenyum.

"Ini semua ulah putra sulung mu, dia mau kita menghabiskan waktu bersama hari ini." ujar Sasuke saat kedua manik mereka saling beradu.

"Putra kita Sasuke." ujar Naruto membenarkan dan Sasuke hanya tersenyum mendengarnya.

"Aku sudah mengosongkan jadwal ku untuk satu hari ini, jadi apa kau mau mengisi waktuku yang kosong?" pinta Sasuke menatap istrinya penuh harap.

"Baiklah." jawab Naruto setelah menghela napas panjang.

"Jadi kita kemana terlebih dahulu?" tanya Sasuke.

"Bagaimana kalau kita berkeliling dulu?" tawar Naruto dan Sasuke mengangangguk setuju lalu meraih tangan kanan Naruto dan di gengamnya erat, membuat wanita itu menatapnya bingung. "Kenapa? Aku ingin kita selalu bergandengan tangan selama disini karena aku tidak mau terpisah, apa kau tidak lihat kalau tempat ini sangat ramai, bagaimana kalau kau menghilang?" ujar Sasuke dengan wajah tanpa dosanya membuat Naruto terkekeh geli melihatnya.

"Okeh tou-san." sahut Naruto dengan suara persis seperti anak kecil dan terdengar manja. Yah, Sasuke memperlakukannya seperti anak kecil saja, yang bisa menghilang di tempat keramaian.

Sasuke memutar kedua bola matanya malas dan menarik tangan Naruto untuk ikut dengannya. Naruto terkekeh geli apalagi saat ini ia sedang membawa balon gas, mereka seperti remaja yang sedang di mabuk cinta saja.

Sasuke menyeringai senang saat melihat wahana rumah hantu dan memaksa Naruto untuk ikut. Naruto terus menolak tapi sayangnya Sasuke tidak terima penolakan, dan ini saatnya Sasuke balas dendam karena Naruto memanggilnya tou-san tadi.

"Roller coster!" seru Naruto dengan tubuh bergetar hebat saat mereka keluar dari wahana rumah hantu.

"Tidak! Apa kau ingin melihat aku terkena serangan jantung mendadak?! Aku sudah tua Naruto!" seru Sasuke tidak terima.

"Oh! Kau ternyata sadar juga kalau sudah tua, Uchiha." ucap Naruto sarkastik. "Kau juga sudah tua Naruto." balas Sasuke.

"Tapi aku awet muda!"

"Aku juga awet muda!"

"Oh ya?"

"Tentu saja! Kau tidak lihat bahwa banyak gadis yang terpesona padaku?"

"Oh tentu saja karena kau playboy dan suka tebar pesona."

"Oh jadi kau terpesona padaku ya?"

"Yah! Oh ma-mak-maksud ku tidak!"

"Kau tidak pandai berbohong, kau baru saja mengakuinya!" Sasuke menyeringai tipis melihat Naruto yang gelagapan dengan wajah merona malu.

"Aku tidak terpesona pada mu dan tertarik padamu!"

"Oh ya?" Sasuke menaikan sebelah alisnya.

"Yah! Aku tidak suka pria dinging seperti mu! Suka tebar pesona! Playboy dan mesum!" ujar Naruto bersungut-sungut.

Sasuke tergelak mendengarnya lalu mendekatkan mulutnya ke telinga Naruto. "Kalau aku tidak mesum, Daisuke, Sai dan Kyuubi tidak akan ada di dunia ini, atau kau mau aku berlagak seperti banci? Kau mau punya suami yang jelas laki-laki tapi tingkah laku feminim?"

Kedua pipi Naruto merona hebat dan tubuhnya merinding seketika lalu pergi begitu saja meninggalkan Sasuke yang tergelak karena berhasil menggodanya.

Daisuke mendengus geli memperhatikan ayah dan ibunya dari kejauhan. Mereka bersikap seperti remaja yang sedang di mabuk cinta, apa mereka tidak sadar kalau mereka sudah tua?

Daisuke tersenyum puas melihat hasil kamera ponselnya yang menangkap moment manis kedua orang tuanya. "Tinggal beberapa foto lagi, aku harus mendapatkan foto yang paling manis." gumamnya pelan.

...

Naruto memukul pundaknya pelan sedangkan Sasuke sedang berjalan kearahnya sambil membawa minuman kaleng yang baru saja di beli.

"Kau pasti lelah." ujar Sasuke seraya memberikan minum jus jeruk kepada Naruto.

"Tentu saja, aku menemani mu seharian penuh di Konoha Land tadi." jawab Naruto lesu sambil membuka minuman kalengnya.

Sasuke tersenyum tipis dan meminum,minumannya sambil menikmati senja di taman Haru, dan duduk di kursi yang sama saat dulu mereka berpisah. "Kenapa kita selalu berpisah di tempat ini?" tanya Naruto sambil meletakan kaleng minumannya di kursi kayu, tempat ia dan Sasuke duduk.

"Aku tidak tahu." jawab Sasuke datar.

Naruto tersenyum sendu lalu menyandarkan kepalanya di bahu tegap Sasuke. "Terima kasih untuk hari ini Sasuke." ucap Naruto pelan dan lirih.

"Tidak, seharusnya kita berterima kasih kepada Daisuke." sahut Sasuke dan untuk sesaat, ia menundukan kepalanya.

Naruto menghela napas panjang. "Aku sudah menemukan keluarga kandungku." ujar Naruto membuat Sasuke cukup kaget. "Ceritanya sangat panjang sekali." lanjutnya dengan mata berlinang. "Aku selalu bertanya, kenapa aku bisa berada di panti asuhan dan kenapa mereka membuangku."

Sasuke hanya diam mendengarkan.

"Semua karena dendam seorang pembantu, dia membuang ku dan membuat kedua orang tuaku hampir gila mencari seorang bayi yang umurnya baru beberapa jam." air mata Naruto akhirnya menetes. "Aku berpikir, kalau dari dulu aku tetap bersama mereka, apakah kita akan bertemu dan bersama?"

"Semuanya adalah takdir yang telah Tuhan tulis untuk kita jalani, dan Tuhan memberikan aku jalan yang cukup sulit karena dia tahu aku pasti mampu melewatinya walau dengan hati yang terluka."

"Kini harapan dan mimpiku adalah anak-anak kita, aku ingin mereka bahagia dan tidak merasakan seperti apa yang pernah aku rasakan."

"Sasuke?"

"Hn?" sahut Sasuke seraya merangkul Naruto kedalam dekapannya.

"Terima kasih sudah hadir dalam hidupku, memberikan aku kebahagian, tangis dan rasa sakit ini sudah hilang karena kehadiran mereka di sisiku, terima kasih karena selalu ada untukku meski kau tidak ada di sampingku, aku mencintai mu sampai kapanpun Sasuke, dan akan selalu mencintai mu." Naruto memejamkan kedua matanya dan menikmati pelukan Sasuke, menghirup semua aroma tubuh Sasuke yang selalu membuatnya mabuk.

"Terima kasih sudah mencintai ku, Naruto." jawab Sasuke lirih.

.

.

.

Send.

Daisuke tersenyum penuh kemenangan setelah berhasil mengirim beberapa foto romantis ayah dan ibunya kepada beberapa pihak media melalui email dan memberikan beberapa keterangan. Tidak akan ada yang tahu siapa dirinya, karena Daisuke mengirimnya menggunakan email yang baru saja dia buat dan menggunakan nama guest. Sekarang semua orang akan tahu, tinggal menunggu hitungan menit saja dan beritanya akan menyebar luas.

Daisuke melemparkan ponselnya sejauh mungkin hingga masuk dan mati di dalam danau yang mulai mendingin karena musim dingin akan segera datang dan musim gugur akan berakhir dalam hitungan jam.

...

Mikoto melemparkan koran yang dibacanya pagi ini, bahkan beberapa media sosial dengan tidak tahu malunya menyebar luaskan foto Sasuke dan Naruto dari berbagai sudut dengan kalimat bahwa mereka suami istri dan telah memiliki tiga orang anak, bahkan foto Daisuke, Sai dna Kyuubi juga ada.

"Wanita itu benar-benar tidak tahu malu!" desisnya tajam dengan gigi yang bergemelutuk.

"Sudahlah, Miko. Mereka sudah dewasa dan kita sudah tua, untuk apalagi kita mencampuri urusan mereka, biarkan mereka bahagia, tidak ada gunanya kau terus bersikap seperti ini!" ujar Fugaku dengan nada sedikit membentak.

"Dia tidak cocok sama sekali untuk bersanding dengan putraku!"

"Apa karena dia hanya wanita biasa?" tanya Fugaku sinis lalu berjalan untuk menghampiri Mikoto yang duduk di hadapannya. "Kau harus tahu bahwa kau dulu sama seperti gadis itu sebelum akhirnya di pungut dan di besarkan oleh kakekku, dialah yang merawat mu hingga kau bisa menjadi orang sukses seperti ini. Sadari hal itu." bisik Fugaku tepat di telinga Mikoto, membuat wanita itu naik darah namun tidak bisa membalas perkataan suaminya.

Mikoto tertawa keras setelah kepergian Fugaku. "Kau benar! Aku memang gadis miskin Fugaku! Tapi apakau tahu bahwa kakek mu lah yang membunuh kedua orang tuaku!" teriaknya dengan air mata yang menganak.

.

.

Daisuke hanya tersenyum penuh kemenangan sedangkan ibunya sedang stres melihat rombongan wartawan yang mengantri ingin masuk ke dalam cafenya untuk wawancara dan bukan untuk makan.

"Daisuke." panggil Naruto pelan dan dengan pandangan mata yang menajam.

"Aku tidak tahu." pemuda itu mengangkat bahunya dan pergi begitu saja menuju lantai dua.

Naruto mendengus sebal melihat kelakukan Daisuke, sekarang dia tahu apa yang di inginkan oleh putra sulungnya itu. Naruto kembali melihat kearah pintu masuk dan melihat Sakura sedang berjalan kearah pintu masuk dengan pengawalan yang cukup ketat.

"Kak Naruto." ucap Sakura pelan dan dengan pandangan yang tidak percaya.

"Sakura." gumam Naruto.

Plak!

"Aku sudah menganggap mu seperti saudara ku sendiri dan apa yang kau lakukan! Dia calon suamiku! Kau merebutnya dari ku!" bentak Sakura keras dengan wajahnya menahan emosi.

"Katakan padaku kalu kau bukan istri Sasuke!"

"Kau malu karena tidak punya anak tanpa suami kan? Maka dari itu kau menggoda calon suamiku dan menyebar luaskan kabar tidak benar ini, iya kan?!"

"Berhentilah berkata yang tidak-tidak tentang ibuku!" seur Daisuke keras membuat semua mata langsung melihat kearahnya, para pelayan cafe terus berjaga di depan pintu masuk sedangkan para wartawan mulai membidikan kamera mereka.

"Kaulah yang tidak tahu malu, sudah tahu kalau ayahku menolak mu tapi kau dengan tidak tahu malunya menggoda ayahku, dasar wanita murahan!" ejek Daisuke telak membuat Sakura ingin menamparkan tapi tangan Naruto lebih dulu menahan lengannya.

"Jangan pernah menyentuh anak-anakku! Selama ini aku berteman dengan mu dengan tulus Sakura, aku pernah mengatakan kepada mu kalau aku punya suami tapi kenapa kau mengatakan seolah-olah aku memang punya anak tanpa suami, kau tidak tahu seperti apa masalah di antara kami, jadi jangan berlagak kaulah yang merasa di rugikan karena masalah ini!" ujar Naruto menahan emosinya sedangkan Daisuke masih tetap dengan posisinya, memandangi wajah kesal Sakura dengan seringainya.

"Dari awal ayah ku memang tidak ingin menikahi mu, kau saja yang terus memaksa untuk menikah dengannya, kau pikir aku tidak tahu?" Daisuke menaikan sebelah alisnya dan berjalan pelan mengilingi Sakura dengan wajah sinisnya. "Apa kau terlalu silau akan harta ayahku atau miss V mu kurang puas di luar sana hingga mencari ayahku." ujar Daisuke sedikit vulgar membuat Naruto cukup kaget mendengarnya.

"Daisuke!" bentak Naruto dan menampar pipi Daisuke keras karena bicara tidak sopan.

Daisuke tertawa pelan dan mengusap pipinya yang baru saja di tampar oleh Naruto. "Usir dia ibu, sebelum dia menyesal, dan aku yakin, ibu sudah tahukan seperti apa diriku ini." ujar Daisuke lalu berbalik kebelakang untuk naik ke lantai dua, namun sebelum itu ia kembali menoleh ke belakang untuk melihat wajah kesal Sakura.

"Jangan ganggu keluargaku karena jika kau melakukannya, aku akan membuat mu menyesal seumur hidupmu karena telah melakukannya, dan jangan anggap ancaman ku ini hanya isapan jempol belaka, aku bukan orang yang suka bermain-main dengan ancamanku." ujarnya sebelum akhirnya pergi meninggalkan Sakura yang menatap punggungnya tajam.

...

Sudah hampir satu minggu kabar itu beredar dan tak lama dari kabar itu tersebar, kabar lain pun datang bahwa pernikahan Sasuke dan Sakura akan di percepat membuat semua media merasa cukup bingung namun berita itu cukup panas akhir-akhir ini, dan tak lama kemudian media dan masyarakat di buat kaget saat keluarga Namikaze memberitahu mereka semua bahwa Naruto adalah anak kandung mereka, bahkan mereka menyertakan hasil tes DNA dan menunjukannya kepada pihak media.

Mikoto dengan sangat anggun menimum teh hangat yang di hidangkan oleh pelayan cafe kepadanya sedangkan pemuda yang duduk di hadapannya terus menampilkan wajah dinginnya.

"Kau sangat cerdas, ikutlah bersama nenek, kau akan menjadi Uchiha dan memiliki segalanya." ujar Mikoto sambil tersenyum manis kepada Daisuke.

"Lalu bagaimana dengan kedua saudaraku?" tanya Daisuke dengan sebelah alis yang terangkat.

"Aku tidak butuh mereka, karena mereka terlalu asik dengan dunia mereka tanpa peduli belajar tapi tidak denganmu, Daisuke." Mikoto tersenyum manis.

"Aku juga tidak membutuhkan wanita tua seperti mu. Kau sudah tua, otak kotor penuh sampah, hati berwarna hitam bagaikan lumpur dan hidupku akan kelam jika ada di sampingmu, tapi tidak dengan saudara-saudaraku." Daisuke tersenyum puas saat melihat Mikoto yang tersedak saat menikmati tehnya.

"Aku bukan anak lemah dan sepertinya kau belum tahu siapa aku." Daisuke menyeringai tipis. "Dan jangan jadikan ancaman ku ini hanya isapan jempol belaka, aku tidak akan segan-segan untuk membuat hidup seseorang seperti di neraka kalau mereka berani menganggu hidupku." lanjutnya membuat Mikoto bungkam.

Setelah mengatakan hal itu, Daisuke pergi keluar dari cafe. Meninggalkan Mikoto yang masih duduk diam dengan kedua tangannya yang terkepal erat.

.

.

.

.

.

.

Naruto hanya bisa menghela napas saat melihat semua mata memandangnya sinis. Mereka semua membencinya karena di anggap merebut calon suami orang. Sakura sudah berkoar-koar di akun medsosnya kalau Naruto merebut calon suaminya karena tergiur dengan harta yang di miliki Sasuke dan mengatakan kalau dia adalah wanita tanpa suami tapi sudah memiliki anak.

Sedangkan Sasuke sendiri malah memposting sebuah foto pernikahannya bersama Naruto di akun instagramnya dan mengatakan kalau Naruto memang istri sahnya. Pro dan kontra tentu saja menjadi hal biasa apalagi tentang masalah yang saat ini mereka hadapi.

Naruto keluar dari pintu taksi dan berjalan menuju kantor Sasuke, sebelum kedatangannya, dia sudah menghubungi Sasuke. Jadi wajar kalau para pengawal sudah berbaris siap mengawalnya dan setelah masuk ke dalam loby, Naruto meminta mereka untuk tidak mengikutinya.

Cibiran dari para karyawati pun mulai terdengar dan membuat telinganya panas. Naruto menghela napas dan masuk ke dalam lift.

Ting!

Hari ini dia akan menemui Sasuke untuk membahas hal ini, karena sejak mereka bertemu di taman bermain, mereka tidak pernah lagi bertemu dan pernikahan Sakura dan Sasuke tinggal menghitung jam. Sasuke sudah menolaknya mentah-mentah bahkan sudah mengatakan kepada media bahwa dia tidak akan pernah menikahi Sakura beberapa jam yang lalu saat jumpa pers.

.

.

"Kau benar-benar tega Sasuke!" bentak Sakura lantang.

"Aku sudah mengatakan dari awal Sakura, kalau aku tidaka akan pernah menikahimu!" bentak Sasuke tak kalah kerasnya.

"Aku akan memutuskan semua kerja sama kita!" ancam Sakura.

"Tidak masalah! Silahkan! Silahkan!" seru Sasuke membuat Sakura kesal.

"Kau akan menyesal Sasuke!" desisnya sebelum akhirnya keluar dari ruangan Sasuke dan tanpa sengaja melihat Naruto keluar dari lift khusus.

Sakura mengepalkan kedua tangannya kesal dan sepintas pikiran kotor untuk mencelakai Naruto berputar di dalam kepalanya dan melihat sebuah pintu lift yang tertutup bertempelkan kertas HVS, bertuliskan kalimat bahwa lift itu rusak. Jarak antara lift itu dengan lift khusus agak jauh.

"Kau akan menyesal kak Naruto." desisnya tajam.

...

"Sasuke." panggil Naruto lembut saat melihat Sasuke cukup frustasi dengan ruangan yang sangat berantakan dan sedang di bereskan oleh Kakashi.

Sasuke membuka kedua matanya yang terpejam dan melihat Naruto berdiri di ambang pintu masuk. Kakashi segera keluar dari dalam ruangan untuk memberikan mereka privasi.

Naruto berjalan menghampiri Sasuke yang duduk di sofa. "Kenapa kau seperti ini?" tanya Naruto lirih setelah duduk disamping Sasuke seraya mengelus lembut lengan Sasuke yang tertutupi kemeja.

"Naruto." gumam Sasuke pelan dan langsung memeluk Naruto erat dan menyembunyikan wajahnya di leher Naruto, mencium dan menghirup aroma perpaduan antara buah kiwi dan melon.

"Aku lelah dan aku butuh istirahat." ucapnya pelan dan membiarkan berat badannya menimpa Naruto yang bertubuh mungil membuat Naruto cukup kualah dan untunya di belakangnya ada sandaran sofa, karena kalau tidak ia akan terjebab kebelakang.

"Kenapa kau melakukan semua ini? Kau menyakiti Sakura dan keluarganya Sasuke."

"Aku sudah menolaknya sejak awal, dialah yang tidak mau lepas dariku, katakan, apa aku salah menolaknya? Aku tidak bisa hidup dengan wanita yang tidak aku cintai, aku tidak mau mereka menderita dalam sebuah hubungan pernikahan tanpa cinta. Aku hanya mecintai mu sampai kapanpun, Naruto." Sasuke mengangkat kepalanya dan memperhatikan kedua manik sapphire Naruto yang juga menatapnya.

"Apa aku salah mencintai istriku sendiri?"

"..."

"Hanya kau yang aku inginkan."

"..."

"Aku akan mengakhiri segalanya."

"..."

"Aku hanya mau kita hidup bersama."

"..."

"Selamanya."

"..."

"Dan untuk selamanya."

Naruto terdiam mendengarkan setiap kalimat yang Sasuke katakan. Benteng yang ia bangun dengan susah payah akhirnya hancur juga karena perkataan Sasuke barusan.

Sasuke tersenyum sendu dan memiringkan kepalanya sedikit untuk mencium Naruto. Menyalurkan setiap rasa cinta, sayang, rindu dan prustasinya dalam satu ciuman panjang penuh gairah.

.

.

.

Naruto keluar dari ruang kerja Sasuke saat pria itu sudah tenang dan Kakashi kembali masuk untuk membereskan ruang kerja Sasuke yang sudah seperti kapal pecah.

Naruto menghela napas panjang dan melihat jam yang melingkar di tangannya sudah menujukan pukul dua belas siang, sudah hampir empat jam dia berada di ruangan Sasuke.

Naruto berjalan lift khusus dan melihat tulis di kertas yang menyatakan kalau lift itu rusak, padahal beberapa jam yang lalu masih baik. Mungkin memang sedang rusak, pikirnya dan berjalan menusuk lift yang sedikit jauh dari lift khusus.

Ting!

Pintu lift terbuka dan dia pun masuk. Saat pintu hampir tertutup, Sakura muncul dan mengucapkan selamat tinggal kepadanya.

Degup jantung Naruto menjadi menggila karena kemunculan Sakura tadi, ia pun berusaha untuk membuka pintu lift kembali tapi tidak bisa. Naruto sedikit panik dan mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Sasuke.

"Sasuke tolong aku!" serunya saat Sasuke mengangkat telponnya dan tiba-tiba lampu lift mati kemudian kembali menyala dan turun dengan perlahan namun dengan bergesek kasar sehingga ponsel Naruto tidak sengaja terjatuh.

Naruto ikut terjatuh dan terduduk dengan sangat keras.

"Sasuke tolong aku! Aku masuke lift yang salah! Sakura menjebakku!" serunya keras sambil memegangi ponselnya dengan tangan yang bergetar.

Lift tiba-tiba berhenti lalu kembali naik keatas membuat Naruto menjertit keras.

Sasuke yang mengetahuinya segera keluar dari ruangannya bersama Kakashi dan melihat lift khusus bertuliskan rusak padahal yang rusak adalah lift yang satunya.

Sasuke melepaskan kertas itu dari lift khusus dan merobeknya lalu menyuruh Kakashi untuk menghubungi pihak yang bertanggung jawab untuk memperbaiki lift yang rusak sedangkan Sasuke berusaha untuk membuka pintu lift yang rusak.

Sementara itu Daisuke sedang membuka ponselnya untuk melihat keadaan kantor ayahnya karena memang dia sudah merentas dan menyadap CCTV kantor ayahnya, hanya sekedar ingin melihat aktivitas ayahnya saja.

Daisuke mengernyit bingung melihat sosok ayahnya yang menggedor-gedor pintu lift dengan beringas dan sepertinya sedang berteriak prustasi. Ada apa? batinnya bingung lalu memutar vidio sebelum ayahnya memukul pintu lift.

Terlihat sosok Sakura melepaskan sebuah kertas dari sebuah lift dan menempelkannya ke lift lain lalu tak lama sosok ibunya keluar dari ruang kerja ayahnya dan masuk ke lift yang tadi Sakura lepaskan kertas yang menempel disana lalu melambaikan tangannya kepada Naruto.

Daisuke langsung melihat isi CCTV yang berada di lift yang membawa ibunya. Kedua matanya terbelalak dan segera mematikan ponselnya karena tidak ingin melihat vidio itu lebih lanjut. Daisuke segera keluar dari cafe dan mengendarai motor ninja yang baru saja di belikan ayahnya kemarin.

Daisuke memacu motornya dengan sangat kebut tanpa peduli sumpah serapah yang orang-orang lontarkan akibat ulahnya yang membawa motor dengan sangat cepat bahkan menerobos lampu merah.

"Kau akan menyesalinya Sakura!" Daisuke menyeringai evil dibalik helmnya.

...

Daisuke sangat murka saat mendengarkan penjelasan Kakashi bahwa lift yang di naiki ibunya sempat naik turun, sebelum akhirnya jatuh dari lantai dua puluh lima menuju lantai dasar dan saat ini ibunya sedang di bawa menuju rumah sakit.

"AAAAAAARRRRGGGH!!!" Daisuke berteriak marah membuat semua mata melihatnya heran dan sekaligus takut melihat tatapan matanya yang syarat akan kebengisan.

Jika biasanya mata itu terlihat dingin dan angkuh tapi tidak dengan kali ini. Mata itu tajam seperti pisau yang siap untuk membunuh.

Daisuke tertawa keras membuat semua orang beranggapan kalau dia gila. Daisuke dengan cepat mengeluarkan ponselnya dan mencari keberadaan Sakura dan menemukan Sakura berada dirumah sakit tempat ibunya di rawat. "Kau merasakan apa itu kata mengerikan!" desisnya tajam dengan seringai yang menakutkan.

Daisuke keluar dari gedung perusahaan ayahnya yang ramai oleh polisi untuk menyelidiki hal ini dan melihat Sakura pada rekaman CCTV dan sayangnya Daisuke akan lebih dulu menangkap Sakura dan membuatnya menderita.

.

.

Sasuke terlihat gusar dan menatap pintu ruang UGD dengan gelisah. Keluarganya dan keluarga Namikaze sudah berkumpul dan duduk bersama di kursi tunggu bahkan tubuh Mikoto sempat bergetar mendengar kabar ini.

Mikoto akui kalau dirinya sedikit takut saat melihat kedua onyx Daisuke, kedua onyx itu berbeda dengan onyx yang lain bahkan berbeda dengan onyx milik Sasuke. Di dalam onyx itu seperti memiliki dua jiwa yang berbeda.

Sasuke duduk di kursi tunggu dan sudah berulang kali ia menghela napas dan menjambak rambutnya kesal.

Sementara itu Daisuke sudah tiba di rumah sakit dengan pandangan yang menggelap dan mulai mencari keberadaan Sakura yang ternyata bersandar pada tembok rumah sakit di dekat ruang UGD.

"A.a.a.a. Aku mendapatkan mu Sakura-chan." Daisuke tersenyum lebar melihat Sakura yang terlihat ketakutan.

"Kyaaaaaaaa~ Lepaskan aku Daisuke!" teriakan Sakura begitu keras membuat keluarga Namikaze dan Uchiha terkejut bukan main.

Daisuke menarik lengan Sakura untuk masuk ke dalam lift dan mencekal erat pergelangan tangan Sakura. Daisuke menyeringai iblis sambil menekan tombol menuju lantai teratas yaitu atap rumah sakit sedangkan dua keluarga bangsawa sedang menyusul.

Ting!

Pintu terbuka lebar dan angin segera menerpa keduanya. Daisuke terus menarik Sakura lalu ia dorong tubuh Sakura hingga terjatuh dari atap rumah sakit tapi tangan Daisuke berhasil menangkap lengannya, membuat Sakura menjerit ketakutan.

"Hahahahahaha..." Daisuke tertawa keras melihat wajah ketakutan Sakura yang memegangi lengan kanannya.

"A-aku mo-mo-hon maaf-kan aku Daisuke, aku jan-janji tidak akan seperti ini algi." ujar Sakura di sela isak tangisnya yang begitu ketakutan.

"Jangan takut Sakura-chan, karena kita sekarang berada di lantai lima, bukan lantai dua puluh lima, kau akan jatuh dengan aman tanpa rasa sakit seperti yang ibuku alami." ujar Daisuke lembut namun mengancam.

"Daisuke hiks..." Sakura menangis terisak dan seketika kembali menjerit histeris saat Daisuke mengayunkan tangan kanannya kearah kanan dan kiri membuat tubuh Sakura melayang kesana-kemari.

"Kyaaaaaaaa~" Sakura terus berteriak di sela isak tangisnya sedangkan Daisuke tertawa keras melihatnya.

"Daisuke hentikan!" seru Sasuke keras dan cukup terkejut saat melihat pemandangan di depannya saat ini bahkan Mikoto tidak tahu harus berkata apa lagi.

Daisuke semakin tertawa dan mengangkat tubuh Sakura keatas lalu ia jatuhkan kembali dan ia gapai lagi membuat Sakura benar-benar ketakutan dan menangis histeris.

Sasuke menghampiri Daisuke dan meminta Sakura untuk menggapai tangannya. Daisuke tidak membiarkan hal itu, ia berjalan dengan tenang kesamping seolah tidak ada beban saat tangan kanannya sedang di pegang oleh Sakura. "Aku mohon lepaskan aku!" Sakura menangis dan dengan sengaja Daisuke menumburkan tubuh Sakura dengan pipa yang cukup keras dan menempel di dinding rumah sakit.

"Daisuke cukup nak!" seru Sasuke keras karena cukup takut melihat Daisuke yang melakukan semua ini di depan kedua matanya sendiri.

"Ayah." ucap Daisuke pelan dan amarahnya dengan cepat menghilang.

Kurama yang sejak tadi mengendap-endap di belakang tubuh Daisuke, akhirnya berhasil meraih lengan Sakura yang masih memegangi lengan Daisuke.

Daisuke tersadar dan melihat pamannya menarik Sakura untuk naik ke atas atap rumah sakit.

Sakura menangis tersedu dan terjatuh terduduk di atap dengan tubuh bergetar. Daisuke berjalan pergi dari atap namun sebelum itu Sasuke lebih dulu menarik tangannya dan menampar keras wajah Daisuke. "Apa yang kau lakukan Daisuke!" bentak Sasuke keras.

Daisuke tetap diam di tempatnya, menatap kedua onyx ayahnya yang menajam penuh emosi. "Dialah yang menjebak ibuku di dalam lift dan aku sedang membalasnya, ayah. Aku tidak akan membiarkan dia hidup bahagia. Aku tidak peduli tentang apapun karena yang penting dia sudah menderita atas perbuatannya, itu sudah cukup bagiku." jawab Daisuke dengan tenang dan berlalu meninggalkan keluarganya dan untuk sesaat dia melirik kearah Mikoto dan melemparkan seringainya.

Mikoto membuang mukanya dan menelan ludahnya dengan susah payah. Dia tidak bisa membayangkan kalau dialah yang ada di posisi Sakura.

.

.

.

.

.

.

Bersambung~

Satu chapter lagi tamat yeeeee


Continue Reading

You'll Also Like

1.6M 22.6K 25
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
1.3M 61.4K 68
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
56.4K 5.6K 11
[TAMAT] _For my love that never ends, like rain falling on the earth in a barren field_ Story ©J-Jofiana Desclaimer ©Masashi Kishimoto
1.9M 28.6K 45
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...