MY ARCHERS

By deliani2406

39 6 2

Tantangan yang menghadangnya kali ini, berbeda dengan tantangan sebelumnya yang pernah ia hadapi. Biasanya i... More

(Perkenalan Tokoh)

(1)

21 3 1
By deliani2406

"Ara! Cepat sebentar lagi kau harus maju untuk pertandingan final ini!!" teriak seseorang dari balik ruangan yang sedang Ara diami.

"Iya Aku tau!" jawab Ara tak kalah kencangnya masih dengan mengelap busur panahnya dengan kain.

"Ayo! Kita lihat siapa yang akan menang nantinya" batin Ara dalam hati dengan seulas senyum tipis di bibir mungilnya.

***
"Baiklah, para hadirin semua mari kita lihat pertandingan final atlet-atlet panah ini. Siapa yang akan menang kali ini untuk membawa medali dan sejumlah uang tunai? Kita tidak tahu. Mari kita lihat!" ucap MC tersebut.

"Kalian siap? 3,2...,1! Duarr!!" Ucap Salah satu juri sembari menembak pistol ke udara, tanda pertandingan di mulai.

Atlet-atlet panah itu pun melemparkan panahannya dengan sangat lihainya membuat beberapa penonton kagum.

Tapi banyak dari mereka yang melempar anak panahnya dengan tidak begitu baik, bahkan banyak yang melesat dari bidikannya.

Di lain tempat, Ara sudah memasang kuda-kuda untuk melemparkan anak panahnya. Ia ragu, apa kali di perlombaan kali ini ia akan menang atau tidak. Sudah lewat 1 menit, Ara belum melempar anak panahnya, membuat semua penonton heran dan bingung

"Ayo Ara! Kau pasti bisa" ucap seorang laki-laki di dalam hatinya. Laki-laki itu adalah Annash, kakaknya Ara. Yang sudah menunggu adik nya untuk melemparkan anak panahnya.

Dan tiba-tiba slash..
Anak panah yang di lepas oleh Ara ingin mengenai bidikannya. Dan......
Tap!

Anak panah itu mengenai tepat di titik merah.
Seketika arena perlombaan menjadi hening, karena anak panah Ara berada sempurna tepat di sasarannya.

Dan saat itu juga suara tepuk tangan pun riuh di mana-mana dan ada juga beberapa penonton yang meneriaki nama Ara dari kursinya

Ara membuka kacamata dan benar! Ia melihat anak panahnya tepat berada di titik merah. Ara pun tersenyum lebar dan berteriak kegirangan.

Laki-laki yang tadi memandang takjub Ara dari kursi penonton pun kini menghampiri Ara yang berada di arena lomba.

Bugh! Suara pelukan terdengar. Saat laki-laki itu sudah mendekati Ara.
"Kau hebat Ara! Kau sangat hebat!" ucap laki-laki memandang takjub adik kecilnya yang kini berada di dekapannya.
"Terima kasih Kakak" ucap Ara pelan dan membalas pelukan sang kakak.

"Baik semuanya! Kali ini pertandingan Final untuk lomba memanah di tahun 2017 kini jatuh kepada ARASHIA TIAN!!" ucap sang MC lantang kepada semua peserta dan juga para hadirin yang telah menyaksikan Final lomba memanah tersebut.

"Untuk Ara kami persilahkan maju. Untuk mengambil medali serta uang tunai dan juga sertifikat resmi dari kami" ucap juri dari kursinya.

Ara pun melepaskan pelukan dari sang kakak, dan berjalan ke atas panggung dengan bangganya.

"Terima lah Medali, Sertifikat dan uang tunai dari kami Ara" ucap salah satu juri yang bernama Kael, sembari menyerahkan medali, sertifikat dan uang tunai kepada Ara.

"Terima kasih" ucap Ara dan langsung menerima semua itu. Juri yang tadi menyerahkan itu pun memakaikan medali untuk Ara. Seketika suasana pun kembali sangat riuh. Dan Ara pun tersenyum bangga di atas sana.

****
"Aku tidak menyangka orang seperti kau dapat menang di pertandingan Final tadi" Ucap seorang perempuan berkuncir kuda itu kepada Ara.

"Jangan remehkan aku Qian. Aku ini orang yang hebat tau!" jawab Ara menyombongkan diri sembari menjitak kepala Qian, sahabat kecilnya itu.

"Aww.. Hei sakit tau!" omel perempuan berkuncir kuda itu kepada Ara.
Dan Ara hanya tersenyum geli mendapati omelan dari mulut Qian.

"Hei Queen.. Kau menang  hari ini ya?" tanya seorang laki-laki yang kini mendekati Ara sembari tersenyum kecil.

"Kau! Kapan kau datang?!" pekik Ara kaget. Membuat seisi ruangan menjadi berisik karena ulahnya.

"Tadi pagi" jawab laki-laki tersebut santai sembari memeluk Ara. Kini Ara hanya bisa menahan pipinya yang sudah memerah seperti tomat dan juga membalas pelukan lelaki tersebut.

"Hei sudah pelukannya! Aku masih di sini tau!" teriak Qian dengan nada kesalnya, karena ia merasa terabaikan akibat sikap sahabatnya itu yang masih berpelukan di depannya.

"Bilang saja kau iri Qian" ucap laki-laki itu dengan memeletkan lidahnya. Tanda bahwa ia mengejek Qian.

"Kau!" balas Qian kesal dan langsung memeletkan lidahnya ke arah laki-laki tersebut.

"Hei sudah! Jangan bertengkar di kamar ku!" Lerai Ara. Karena merasa jengah dengan sikap dua sahabatnya itu yang jika bertemu, tidak pernah akur.

"Jadi, apa tugasmu sudah selesai Leo?" tanya Ara kepada Leo. Karena setahu dia Leo pergi ke Belgia mengurusi perusahaannya disana dan mungkin akan pulang bulan depan. Tapi ia kaget sekali karena Leo sudah pulang secepat ini. Padahal ini baru minggu ke 3.

"Sudah. Aku sudah menyelesaikan semua tugasku disana" jawab Leo santai sembari membuka buku yang ia pegang.

"Begitukah? Tapi itu ce-" ucapan Ara terhenti karena tiba-tiba Leo sudah menyelanya.

"Itu masalah biasa" sela Leo santai dan masih berkutat dengan buku yang ia pegang.

Seketika suasana di kamar Ara pun menjadi hening, sesekali hanya ada suara buku yang di bolak balik halamannya oleh Leo. Sedangkan Ara sibuk dengan sertifikat yang ia baca dan Qian pun sibuk memainkan ponselnya.

"Kenapa ruangan ini begitu sepi?" tanya seorang laki-laki yang baru saja memasuki kamar Ara, dengan membawa 2 kantung pizza berukuran jumbo.

"Wah.. Makanan datang! Kak Ann tau saja kalau aku sedang lapar" celetuk Qian kepada kakaknya Ara, kak Annash.

"Enak saja! Ini bukan untuk mu Qian. Tapi untuk Ara, adikku" jawab Annash dengan nada sewot yang ia buat.

"Huh! Ku kira untukku" ucap Qian dengan nada kecewa. Dan langsung fokus kembali kepada handphone nya.

Sedangkan Ara dan Leo yang melihat perdebatan kecil itu hanya bisa terkekeh dengan pelan dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ini untuk mu" ucap Annash sembari memberikan dua bungkus Pizza yang jumbo itu kepada Ara.

"Thanks my Lovely Big Bro!" ucap Ara senang sembari menerima pizza tersebut.

"Welcome my Lil Sis" balas Annash dengan senyum kecil menghiasi wajahnya.

"Ayo kita makan!" ucap Qian bersemangat dan langsung merebut 1 kotak Pizza yang berukuran jumbo itu dari tangan Ara.

"Hei! Siapa bilang kau boleh memakannya!" omel Annash sembari merebut 1 kotak pizza tersebut dari tangan Qian.

"Kakak! Kasihan Qian" bela Ara, karena ia merasa kasihan kepada Qian yang tidak boleh memakan pizza jumbo itu. Karena Ara tau Qian sangat ingin sekali memakan pizza itu.

"Sudah buat ku saja" ucap Leo sembari merebut 1 kotak pizza tersebut dari tangan Annash.

"Hei kau!" pekik Annash kaget, karena kotak pizza tersebut sudah berpindah tangan.

"Sudah jangan ribut! Mau makan saja kenapa harus rebutan? Kekanakan sekali!" ucap Ara tiba-tiba dan membuat seisi ruangan menjadi hening.

Dan karena mereka semua takut karena kemarahan Ara tadi, Akhirnya mereka pun langsung makan pizza tersebut dalam diam. Di lain sisi Ara hanya tertawa pelan melihat tingkah laku ketiga orang yang ada di hadapannya tersebut. "Mereka memang harus di galak kan jika ingin diam" ucap Ara dalam hati dan kembali melanjutkan makannya.

***
Selesai acara memakan pizza jumbo itu. Salah satu dari mereka berempat tidak ada yang memulai percakapan. akhirnya Ara jengah dengan keadaan yang sangat kaku seperti ini dan ia oun memutuskan untuk berbicara.

"Apa kalian sebegitu takutnya berbicara setelah ku omeli?" ucap Ara memecah keheningan dan langsung di tatap ketiga orang yang berada di hadapannya itu.

"Tidak. Aku tidak takut" ucap Leo santai dan langsung meneguk minuman bersodanya.

"Aku juga" ucap Annash santai dan langsung keluar kamar Ara.

"Begitu pun aku" balas Qian dan langsung menyambar kunci mobil nya yang berda tak jauh dari tempat ia duduk.

"Kau mau kemana?" tanya Ara bingung kepada Qian.

"Pulang" jawab Qian cuek kepada Ara dan langsung berjalan menuju pintu kamar.

"Hei! Kau marah padaku?!" teriak Ara dari tempat duduknya.

"Ani" jawab Qian sembari melambai tangannya tetapi badannya masih memunggungi Ara.

"Dasar aneh" rutuk Ara kepada Qian yang sekarang sudah keluar dari kamarnya.

"Kau juga kan?!" tanya Ara dengan intonasi yang tinggi dan membuat Leo langsung menatapnya dengan tatapan bingung.

"Apa?" tanya Leo dengan polosnya kepada Ara, dan Ara pun semakin gemas dengan tampang Leo yang sok polosnya itu.

"Tidak!" balas Ara dengan ketus dan langsung keluar dari kamarnya, sedangkan Leo hanya tersenyum kecil sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

Ara pun berjalan keluar kamar dengan muka yang di tekuk.

"Di mana Qian?" tanya Ara yang berjalan mendekati Annash yang sedang bersender di pintu dengan satu tangan di kantung celananya.

"Baru saja pulang" jawab Annash santai dan langsung menutup pintu.

"Dasar anak aneh" rutuk Ara kepada Qian yang langsung pulang tanpa pamit kepadanya. Walaupun sebenarnya tadi Qian sudah bilang bahwa ia ingin pulang kepada Ara.

"Siapa yang kau sebut aneh?" tanya Anash kepada Ara.

"Kau merasa? Hah?" tanya Ara kepada Anash, Ara yakin mungkin kakaknya merasa bahwa yang ia bilang anak aneh adalah ia.

"Tidak! Sudah sana tidur" jawab Annash ketus dan langsung menyuruh Ara untuk tidur.

"Kau tidak tahu di kamar ku itu masih ada Dennish tau!" ucap Ara tak kalah ketusnya dengan Annash.

"Aku akan pulang" tiba-tiba Dennish keluar dari kamar Ara dan langsung pamit untuk pulang.

"Hati-hati" pesan Annash kepada Dennish dan Dennish pun langsung melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah mewah Ara.

Akhirnya Ara dan Annash pun langsung berjalan masuk ke dalam rumah.

"Sepi" ucap Ara pelan tapi masih mampu di dengar oleh Annash yang tepat berada di sampingnya.

"Begitulah" jawab Annash dan lansung merangkul bahu adiknya itu.

"Berat kakak" ucap Ara dan berusaha menyingkirkan tangan Annash dari bahunya.

"Apa kau ingin ke rumah Nenek besok? Hmm?" Tanya Annash kepada Ara tetapi tangannya masih setia merangkul bahu Ara.

"Entahlah" jawab Ara lirih kepada Annash dan langsung memberhentikan langkahnya.

"Kenapa? Biasanya kau sangan exited sekali jika di ajak ke rumah Nenek" tanya Annash bingung dengan jawaban Ara barusan. Karena biasanya Ara tidak akan pernah menolak jika diajak untuk pergi berkunjung ke rumah Nenek mereka.

"Sudah lah aku ingin tidur. Lepaskan tangan mu itu dari bahuku" jawab Ara kesal, kepada Kakaknya dan ia pun langsung berlari ke kamarnya dan langsung menguncinya.

"Aneh" umpat Annash melihat kelakuan adiknya yang seperti itu.

Ara pun langsung menghempaskan tubuhnya ke kasur King zise nya itu, menarik selimut dan langsung memejamkan matanya. Akhirnya ia pun sudah masuk ke alam mimpi.

****
Jam menunjukkan pukul 08.00 pagi, tetapi Ara masih asik dengan tidur nya itu dan tiba-tiba suara ketukan pintu pun membangunkannya.

Tok..tok..tok..
"Ara! Bangun! Kau tidak ingin pergi ke rumah nenek?" tanya seseorang dari balik pintu Ara. Yap siapa lagi kalau bukan Annash kakak Ara.

Tetapi Ara tetap tak bergeming, ia pun merasa malas untuk menjawab nya akhirnya ia pun menaikan selimutnya dan melanjutkan tidurnya.

"Ara! Buka pintunya" perintah Annash kepada Ara yang belum membukakan pintu untuknya.

Krek.. Pintu kamar Ara pun terbuka. Dan ada seorang laki-laki yang sudah rapih dengan memakai kemeja putih yang di gulung sampai siku dan celana panjang hitam, berjalan mendekatinya.

"Ayo bangun putri Arashia, ini sudah siang" panggil Annash kepada adiknya.

Mendengar suara kakaknya itu Ara malah menutup seluruh tubuhnya dengan selimutnya, dan menghiraukan kakaknya yang memerintahkannya untuk bangun.

"Ayo bangun, kita akan pergi ke rumah Nenek Ara" ucap Annesh sembari duduk di pinggir kasur Ara.

"aku tidak mau ikut" jawab Ara dari balik selimutnya dengan suara yang serak, khas orang bangun tidur.

"Kenapa tidak mau? Kau bosan ke rumah Nenek?" tanya Annesh kepada Ara yang masih menyembunyikan badannya dari selimut yang tebal itu.

"Tidak! Sana pergi" jawab Ara cuek dan langsung memukul mukul paha Annash.

Annash pun langsung memegang tangan Ara yang tadi memukul-mukul pahanya dan langsung menarik tangan Ara supaya bangun. Alhasil Ara pun langsung bangun dengan tubuhnya yang masih sempoyongan.

"Ayo bangun, kita akan bersenang-senang" perintah Annash kepada Ara yang sekarang sudah duduk tetapi masih memejamkan matanya.

"Iya aku bangun! Berisik sekali kau ini" jawab Ara dengan suara yang masih belum stabil dan lansung turun dari tempat tidur dan langsung berjalan dengan langkah gontai menuju kamar mandi.

"Cepat! Ku tunggu di bawah" teriak Annash dan langsung keluar dari kamar tidur sang Adik

"I know!" jawab Ara ketus dari balik pintu kamar mandinya. Ia pun langsung menuju bathup dan kemudian berendam.

Setelah 15 menit berendam ia pun berniat menyudahinya dan langsung keluar dari kamar mandi dan langsung bersiap-siap.

"Lama sekali!" ucap Annash setelah melihat Ara sudah keluar dari kamarnya.

"Masalah untukmu?!" tanya Ara ketus dan lansung duduk di meja untuk menyantap sarapan paginya dengan rakus.

"Hei! Pelan-pelan makannya! Kau ingin di kira babi dengan cara makanmu yang begitu rakus? hah?!" racau Annash kepada adiknya itu, karena memakan sarapan paginya dengan begitu rakus seperti tidak pernah makan 1 tahun lamanya.

"Menyebalkan" ucap Ara pelan dan langsung memasukan nasi goreng ke mulutnya dengan penuh.

"Aku dengar Ara" jawab Annash santai lalu memasukan roti berlapis selai coklat itu kedalam mulutnya dengan sedikit-sedikit, tidak seperti Ara yang sebegitu rakusnya dengan sarapannya.

Setelah sarapan selesai mereka pun menuju mobil Sport merahnya Annash dan langsung menuju ke rumah Nenek mereka.

***
Kini mereka pun sedang di perjalanan menuju rumah Nenek mereka, seketika suasana pun menjadi hening.

"Kau marah padaku? Hmm?" tanya Annash kepada Ara. Yang dari tadi hanya duduk menatap keluar jendela.

"Tidak" jawab Ara cuek masih menatap keluar jendela.

"Hei, kau harus bilang pada Nenek nanti. Kalau kemarin kau berhasil menang pertandingan Final" Ucap Annash senang. Sebenarnya siapa yang menang pertandingan kemarin, sampai-sampai dia yang paling senang.

"Ada-ada saja" ucap Ara pelan dan langsung memasang Headphone ke kepalanya yang tadi melingkar di lehernya, dan mulai menyetel musik.

Suasana pun kembali hening dengan Ara yang sibuk mendengarkan musik dan Annash yang masih terfokus untuk mengendarai mobilnya.

1 jam kemudian
Mereka pun telah memasuki pekarangan rumah Nenek mereka yang begitu besar, dengan rumah mewah yang berada tepat di hadapannya.

"Ara! Annash! Kalian sudah datang" pekik sang Nenek dari teras rumahnya dengan ekspresi yang begitu senang.

"Iya Nek, aku sudah datang" jawab Annash ketika sudah membuka pintu dan langsung berjalan menghampiri sang Nenek.

Ara pun keluar dari mobil dan langsung berjalan menuju sang Nenek, kemudian menyalaminya.

"Ara! Kemarin kau hebat sekali! Nenek bangga denganmu" puji Neneknya dengan wajah berbinar.

"Bagaimana Nenek tahu?" tanya Annash bingung, karena setahu dia, dia belum memberitahu Neneknya soal kemenangan Ara.

"Ibumu yang bilang pada Nenek. Kemarin Nenek menelfon ibumu, lalu tiba-tiba ibumu bilang kau baru saja menang pertandingan memanah" jawab sang Nenek dan langsung mengusap-usap gemas pucuk kepala Ara.

"Oh.. Padahal baru saja aku ingin membanggakan adik kecil ku ini di hadapanmu Nek" ucap Annash dengan cemberut.

"Terima kasih sudah ingin membanggakanku..hihihi" ucap Ara dengan tertawa gemas melihat tingkah laku Kakaknya yang begitu kekanak-kanakan menurutnya.

Akhirnya mereka semua pin tertawa bersama-sama dan langsung di giring masuk ke dalam oleh Nenek mereka.

"Mood mu aneh Ra" celetuk Annash yang melihat perubahan mood Ara yang tadinya buruk sekarang sudah membaik.

"Begitu kah?" tanya Ara dan langsung duduk di sofa terdekat.

"Nenek keluar rumah sebentar ya, jika kalian ingin makan atau minum ambil saja ya" ucap Nenek lalu pergi meninggalkan mereka berdua keluar rumah.

Ara pun langsung mengeluarkan handphone yang tadi masih di dalam saku celana dan langsung menelfon seseorang.

"Hei! Aku tidak ikut pergi, kau berdua saja dengan Qian" ucap Ara langsung saat sambungan tersambung.

"......"

"Iya maaf, aku sedang di rumah Nenek sekarang"

"....."

"Baiklah, selamat bersenang-senang dengan Qian"

"...."

Tut..tut..tut.. Sambungan pun terputus.

"Siapa?" tanya Annash yang kini duduk di sebelah Ara.

"Leo" jawab Ara langsung.

"Ada acara apa memangnya?" tanya Annash penasaran dengan pembicaraan antara Ara dan Leo tadi.

"Tidak ada. Hanya saja mereka berdua mengajakku jalan-jalan" jawab Ara dan langsung menyambar camilan yang ada di depannya.

"Jadi apa itu alasannya kau tidak ingin ikut ke rumah Nenek kemarin?hah??" tanya Annash dengan raut wajah kesal yang ia buat-buat.

"Tepat sekali" jawab Ara langsung.

"Cih..Dasar bocah ini!" bentak Annash dengan tangan yang sudah bersiap-siap ingin menjitak Ara.

"Nenek! Kak Annash mau menjitak ku Nek!!" teriak Ara kencang dan mengadu kepada sang Nenek yang padahal sudah jelas-jelas tidak ada di rumah.

"Berisik!" jawab Annash ketus.

"Biar saja!" balas Ara dengan memeletkan lidahnya.

                      ****

Segini dulu ya readers ceritanya.







Jangan lupa tinggalkan jejak kalian :)
See you~

Continue Reading

You'll Also Like

693K 34.4K 51
Ravena Violet Kaliandra. Mendengar namanya saja membuat satu sekolah bergidik ngeri. Tak hanya terkenal sebagai putri sulung keluarga Kaliandra yang...
3.4M 51.1K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
7.2M 351K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
843K 79.8K 51
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...