Diam-Diam Suka Kamu (Audioboo...

By pitsansi

73.3K 3K 286

"Untuk kamu yang hanya bisa mengagumi sahabatmu dalam diam. Percayalah, kamu nggak sendiri." ___ Alika ditemb... More

1b: Kejutan Manis di Malam Romantis
2: Cara Melupakan Paling Sadis
3: Double Date
4: Hujan Romantis sekaligus Canggung
GIVEAWAY (500 koin Wattpad)
5: Tantangan Surat Cinta untuk Sahabat
6: Berbalas?
7: Nyata atau Mimpi?

1a: Kejutan Manis di Malam Romantis

71.3K 2.8K 281
By pitsansi


"Untuk kamu yang hanya bisa mengagumi sahabatmu dalam diam. Percayalah, kamu nggak sendiri."
_______________________________________

"Bener-bener kelewatan! Tadi minta ditungguin di bawah, sekarang malah suruh samperin ke ruang latihan!" Aku menggerutu selama dalam perjalanan menuju lantai 3 gedung fakultas seni di kampusku.
Suasana sudah sangat gelap di sekitar. Kampus sudah tidak ada lagi kegiatan, kecuali Gavin dan kawan-kawan yang sebelumnya sudah meminta ijin pada kampus untuk menggunakan ruang kelas musik untuk berlatih.

Langkah kakiku perlahan melemah. Kuedarkan pandanganku begitu sudah sampai di lantai tiga. Sepi. Sunyi. Bahkan terlalu sunyi. Tidak ada suara alat musik sama sekali yang terdengar ketika aku hampir sampai di ruang kelas musik.

Apa mereka sedang istirahat? tanyaku dalam hati, mencoba berpikir positif. Atau mungkin mereka sedang bersiap-siap untuk pulang, jadi pantas saja kalau sepi. Aku terus mencoba menanamkan pikiran-pikiran positif di kepalaku. Suasana dinginnya malam yang mencekam berhasil membuatku merinding selama perjalanan.

Akhirnya aku tiba di depan ruang kelas musik, tempat Gavin dan kawan-kawannya berlatih. Gelap. Ruangan itu terlihat sangat gelap dari luar, seperti tidak berpenghuni.
Kubaca dengan seksama papan nama di pintu itu. Ruang Kelas Seni. Lalu kuraih ponselku dan kubaca sekali lagi isi pesan Gavin beberapa menit yang lalu.

Naik sini ke ruang musik. Gue bentar lagi kelar kok.

Kuangkat kepalaku sekedar memastikan bahwa aku tidak salah tempat. Dengan sedikit ragu, kuputar kenop pintu itu. Tidak terkunci. Kubuka semakin lebar namun hanya gelap yang bisa kutangkap. Ruangan itu seperti memang tidak berpenghuni. Namun kucoba memanggil Gavin, untuk sekedar memastikan.

"Gavin!" nada suaraku pelan. Perasaan takut mulai menjalar semakin hebat ke seluruh tubuhku setelah beberapa saat hanya tiupan angin yang menyahut.

Aku segera berbalik, hendak berlari sekuat-kuatnya kembali ke lantai dasar. Paling tidak di sana ada pak sekuriti yang sedang tugas malam.
Namun langkahku terhenti tepat ketika aku baru saja berbalik. Suara seseorang yang kukenal mulai terdengar dari dalam. Melontarkan kata demi kata yang berirama, menyanyikan lagu yang sangat kuhafal. Bisa kurasakan juga ada sedikit cahaya yang baru saja menyala dari dalam, bersamaan dengan suara merdu itu.

Dengan nafasmu aku hidup

Karena tawamu aku bahagia

Hidup di dunia

Tubuhku kaku, namun kupaksakan untuk menoleh ketika meyakini suara itu benar milik Gavin. Bersamaan dengan itu dapat kulihat Gavin yang duduk di tengah-tengah ruangan mulai memetik gitar di pangkuannya sambil terus melantunkan lagu dengan mata yang menatapku tajam.

Bersama dirimu aku tegar

Karena hatimu adalah yang terbaik

Untuk dimiliki

Gavin tampak bersinar dengan lampu sorot yang fokus menyoroti dirinya di tengah-tengah kegelapan. Ia masih menatapku lekat, sambil sesekali melemparkan senyum menawannya yang selalu sukses membuatku terpana. Terlebih ketika menyanyikan lagu ini.

Ingatanku seolah terputar ke beberapa tahun silam ketika aku dan Gavin masih duduk di bangku SMA.

Dan biarkan aku mencintaimu

Karena dirimu yang berarti

"Bagus ya lagunya!" kataku saat itu, saat sedang mendengar lagu yang diputar di radio bersama Gavin. Dengan Nafasmu dari Samsons.
Kami berbagi headset sambil berjalan santai sepulang sekolah.

"Apanya yang bagus?" tanya Gavin sambil melirikku.

"Coba dengerin liriknya!" sahutku sambil memejamkan mata.

Dan ijinkan aku menyayangimu

Karena dirimu yang berharga

"Andai suatu hari seseorang nyanyiin lagu ini buat gue," gumamku masih dengan mata terpejam.

Aku tak menyangka impianku sungguh terwujud. Dan masih tak menyangka bahwa Gavin-lah yang menyanyikannya untukku. Aku tersentuh. Hingga membuat tubuhku kaku di tempat. Suara merdu Gavin sukses menghipnotisku, membuatku kehilangan kata-kata. Aku bahkan hampir lupa caranya bernafas. Jantungku berdebar tak karuan.

Ketika kau ada di sampingku

Hidupku pun terasa damai

Seperti yang tlah terbayangkan
Dalam benakku

Aku menikmatinya. Menikmati permainan musik Gavin, suara merdunya, terlebih tatapan tajamnya yang terasa sangat menghujam di jantungku, seolah ikut bernyanyi menyampaikan setiap lirik lagu itu hanya untukku.

Di saat hatiku ada di hatimu

Dunia pun menjadi indah

Dan hanya hatimulah

Yang aku inginkan

Lagu favoritku dibawakan dengan versi akustik oleh orang yang spesial. Sungguh kenyataan yang bagaikan mimpi.

Tubuhku masih kaku tak bergerak bahkan hingga Gavin mengakhiri nyanyiannya. Lidahku terlalu kelu untuk bersuara. Aku belum bisa menguasai diri. Semuanya sungguh terasa seperti mimpi.

Perlahan Gavin akhirnya bangkit dari duduknya dan menyandarkan gitar di kursinya. Ia masih berdiri di sana, di bawah sorot lampu yang hanya menerangi dirinya. Seolah enggan untuk beranjak dari cahaya itu, ia memanggil namaku dengan suara yang sangat lembut dan menenangkan. Nada yang hampir tak pernah kudengar darinya selama ini ketika menyebut namaku. "Alika,"
Ekspresi serius di wajahnya membuatku gugup entah mengapa.
"Lima belas tahun bukanlah waktu yang singkat untuk kita saling mengenal," lanjutnya dengan suara sedikit serak.

Degh! Jantungku berdetak cepat. Aku tidak pernah melihat Gavin seserius malam ini. Sebenarnya apa yang ingin ia katakan?

"Kamu adalah sahabat terbaik yang pernah aku punya!" ucapnya tanpa sedikit pun mengalihkan pandangannya dariku. "Tapi, bolehkah aku berharap lebih?"

Degh! Debaran jantungku semakin hebat. Bagaimana bisa Gavin berkata seperti itu dengan sikap yang luar biasa serius? Aku dapat dengan jelas melihat ekspresi wajahnya dari sini. Dan aku berharap Gavin tidak terlalu menangkap jelas ekspresi terkejut yang kutunjukkan kini, walau pantulan sinar bulan malam ini sedikit banyak membantunya melihatku.

Terlebih dengan sebutan aku-kamu yang baru kali ini kudengar darinya ketika berbicara denganku. Aku hampir tidak mengenalinya, sekaligus menyadari sisi lain yang ia tunjukkan.

"Aku tau mungkin kamu kaget dengan pernyataanku ini. Tapi aku nggak mau bohongi perasaanku sendiri!" Gavin menarik nafas panjang, baru kemudian melanjutkan kata-katanya. "Aku tau konsekuensi dari sikap nekatku ini. Kalo kamu punya perasaan yang sama sepertiku, kita bisa jadi pasangan yang kompak. Tapi..."

Aku menelan ludahku gugup. Aku mengerti yang Gavin rasakan. Itulah kebimbangan terbesarku ketika memikirkan tentang perasaanku sendiri.

"Tapi kalo ternyata kamu nggak bisa menganggap aku lebih dari sekedar sahabat, aku harap kita tetap bisa kompak sebagai sahabat, walau itu pasti sulit."

Kuperhatikan Gavin kini beranjak meninggalkan cahaya yang meneranginya. Namun hanya beberapa saat, ia kembali memasuki cahaya itu sambil membawa sebuket bunga yang sangat indah. Kejutan-kejutannya sukses membuatku hampir pingsan di tempat. Apa lagi yang mau ia lakukan?

"Alika, mendekatlah!" perintahnya dengan nada yang teramat lembut. Kemudian ia berlutut sambil mengulurkan bunga itu ke arahku, lalu melanjutkan kalimatnya, "Kalo kamu terima bunga ini, aku anggap kamu juga punya perasaan yang sama sepertiku."

Aku ternganga di tempatku berdiri. Sejak tadi tak ada satu kata pun yang berhasil terlontar dari mulutku. Tapi kini aku terdesak. Gavin kini memejamkan matanya rapat-rapat, seakan ia pun gugup menunggu jawabanku.

Bagiku, pernyataan cinta dari Gavin adalah hal yang paling membahagiakan. Hari ini selalu kunantikan. Tak menyangka sahabat yang kusukai memiliki perasaan yang sama denganku. Dengan begini aku tidak perlu cemas perasaanku akan merusak hubungan persahabatan di antara kami.

Kuberanikan diri melangkahkan kaki masuk ke dalam ruangan itu, menembus kegelapan hingga perlahan bergabung dengan Gavin di bawah sorot lampu yang sama.
Jantungku semakin berdetak tak karuan, apakah ia juga merasakan hal yang sama denganku?

Apa lagi yang kutunggu? Saat inilah yang selalu kunanti dan kuimpikan selama ini.

Perlahan kuulurkan tanganku, berniat untuk menyambut bunga cantik itu. Namun belum juga tanganku menyentuhnya, lampu ruangan tiba-tiba menyala sempurna, menerangi setiap sudut ruang.

Kegelapan yang pekat tadi ternyata bersembunyi banyak pasang mata yang sosoknya kini dapat kulihat dengan jelas karena cahaya lampu. Mereka tampak menikmati setiap ekspresi yang kutunjukkan kini. Semuanya kompak bertepuk tangan sambil menyanyikan lagu untukku.

"HAPPY BIRTHDAY TO YOU, HAPPY BIRTHDAY TO YOU. HAPPY BIRTHDAY HAPPY BIRTHDAY. HAPPY BIRTHDAY, ALIKA."

Gavin mulai bangkit berdiri dengan seulas senyum tanpa dosa.
Apa-apaan ini? Mereka sedang mempermainkanku? Berani sekali mereka bermain dengan perasaanku. Terlebih, Gavin terlibat dalam skenario ini!

Kutatap satu per satu orang yang mengelilingiku. Teman-teman sejurusanku, serta beberapa teman sejurusan seni Gavin yang kukenal berkumpul di ruangan ini. Sejak tadi mereka rupanya bersembunyi dalam kegelapan dan menikmati pertunjukkan yang kutampilkan bersama Gavin.

TBC


Hai readers yang baik hatinya, aku bawa kabar gembira untuk kita semua. Cerita Diam-Diam Suka Kamu ini bisa kalian nikmati juga dalam bentuk audio book di Spotify dengan judul yang sama.

Di Spotify maupun di Wattpad akan tayang setiap hari Rabu malam. 

Mari galau bersama Alika~

Semoga suka dan terhibur :)

Salam,

pitsansi

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 67.1K 24
semua part pendek. "JIKA MENCINTAI TAK HARUS MEMILIKI, MAKA BOLEHKAN SAYA MENGHAMILIMU TANPA MENIKAH" Bimanuel Dirgantara. "GUE BUKAN HOMO BANGSAT"...
6.6M 217K 75
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...
862K 61.9K 35
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
4.5M 270K 62
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...