Istri 4 miliyarku

By MarisaNuraga

80.7K 1.4K 163

Sinops. : Menikah itu adalah hal yang sakral tapi bagaimana caranya kita menikah atas dasar bayaran tunai yan... More

Istri 4 miliyarku
First night problem (?)
Perfect night

pernikahan

15.4K 312 22
By MarisaNuraga

Chapter 2 : Pernikahan..

^^_^^

Marsha keluar dari ruangannya Rafli masih dengan wajah shocknya, dia bahkan sama sekali tidak menyangka kalau dia akan menikah dengan pengusaha muda yang terkenal sangat workaholic ini. Seorang lelaki berwajah khas Jepang mendadak berada didepannya Marsha, kemudian dia menundukkan kepalanya.

“bisa ikuti saya, Marsha-chan?” tanyanya sopan dan berwibawa,

“untuk apa? Kau siapa?” tanya Marsha ragu,

“maaf, saya Difander saya ini assistant pribadinya Rafli-san. Saya disuruh Rafli-san untuk mengantarkan anda ke butik dan Mall, Marsha-chan” ujar Difa sopan, lelaki berdarah Jepang Indo ini memanglah sangat sopan dan dapat dipercaya oleh semua orang.

“butik? Untuk apa?” satu alis Marsha terangkat, dia binggung.

“untuk membelikanmu baju baru dan berbagai macam perlengkapanmu, aku yang akan membayar semuanya” sahut Rafi yang tau – tau sudah berada dibelakangnya Marsha, Marsha menoreh kebelakangan.

Jantungnya berpacu dengan cepat melihat penampilan Rafli yang sedikit berbeda ini, pria ini hanya mengenakan kemeja lengan panjang yang digulung sesiku tanpa mengancing dua kancing atas kemejanya.

“tapi kenapa?” tanya Marsha yang mencoba menetralisir detak jantungnya,

“kau calon istri dari seorang Rafli Alfandian Prambudhianto, jadi harus bisa tampil maksimal dihadapan banyak orang terutama kolegaku” ujar Rafli dengan nada angkuhnya, Marsha memutar malas kedua bola matanya karena pria ini menjadi seorang yang harus dibangga-_-

“tapi aku tidak membutuhkan semua itu, tuan Rafli Alfandian” ujar Marsha,

“turuti saja apa mauku atau kau bisa ku tuntut sesuka hatiku! Ingat kau berhutang banyak kepadaku apa kau bisa mengembalikan semuanya secara mudah?” tukas Rafli sinis, Marsha berdecak kesal.

Difa diam saja melihat pertengkaran antara keduanya ini, dia memang tau apa yang terjadi karena dia merupakan stalkers handal diperusahaan ini tak jarang pula dia mengetahui semua kejadian yang berada diperusahaan ini tanpa harus tau dari orang lain.

“tapi aku benar – benar tidak membutuhkannya! Mengertilah sedikit pria angkuh” seru Marsha senewen,

“kau membutuhkannya!”

“tidak sama sekali!”

“kau butuh kau butuh!”

“aku tidak---”

“ekhem” deham Difa,

“sudah jangan banyak membantah, kau turuti saja keinginanku! Difa cepat bawa dia atau dia akan kuterkam disini” kesal Rafli, pria ini dengan cepat masuk kebalik keruangannya agar tidak memancing banyak orang yang datang.

BRAKK

“dasar pria menyebalkan tingkat akhir” gerutu Marsha kesal, Difa terkekeh pelan.

“mari, nona” ajak Difa sambil berjalan duluan,

^^_^^

Diam – diam, Rafli membayarkan semua tagihan rumah sakit Lein dan memindahkannya keruangan yang lebih menjamin keselamatannya. Selama Marsha tidak dikantor pun, Rafli secara diam mengunjungi Lein.

“hey, paman” sapa Rafli hangat kepada Lein yang masih terbaring tidak berdaya dengan banyak bantuan alat medis ditubuhnya,

“lama tak bertemu bukan? Maaf, paman aku baru bisa mengenjukmu baru – baru ini. Karena aku benar – benar tidak tau kau sakit, bukan cuman keadaanmu aku bahkan tidak tau dimana kau tinggal” ujar Rafli sambil duduk disamping bangsalnya Lein,

Hanya suara mesin mendeteksi jantung yang terdengar ditelinga Rafli, pria paruh baya yang sedang terlelap ini sama sekali tidak bersuara sedikit pun.

“aku akan jaga putrimu, paman. Sebisaku, aku akan menjaganya dan membimbingnya dengan baik. Dan aku minta izin kepadamu untuk.. untuk menikahi putrimu”

^^_^^

Difa tersenyum kecil melihat Marsha yang bertingkah polos saat ditanya pemilik butik, Marsha memang anak orang kaya dulu. Tapi biasanya yang membelikan dia baju adalah assistant ayahnya yang dekat dengannya, tapi dua bulan lalu assistant ayahnya itu meninggal karena trafic line.

“kenapa kau tersenyum?” sinis Marsha, Difa masih mengulum senyumnya.

“aku bebas tersenyum, kan. Marsha-chan?” tutur Difa tenang,

“terserah” gerutu Marsha kesal,

Sepertinya gadis ini sangat cocok dengan Rafli-san, mereka bisa disatukan dengan segala kekurangan ini.

“kenapa kau diam? Jangan bilang semua orang bebas diam” sewot Marsha sambil menghentakkan kakinya kesal, Difa tertawa dan membawa semua barang belanjaannya Marsha.

“tidak, aku hanya kagum padamu” ujar Difa tegas,

“oh begitu? Bagus” singkat Marsha,

“kau membutuhkan ponsel sekarang, aku sudah membelikan satu ponsel canggih untukmu.. sebagai calon istri dari tuanku, kau pasti sangat membutuhkannya” tukas Difa sambil menyerahkan satu kotak yang berisi smartphone terbaru.

“wah ini keluaran terbaru ya, kan? aku beruntung sekali, ini kan belum hadir diIndonesia” seru Marsha, Difa menggelengkan kepalanya.

“oh, ya. aku belum berkenalan denganmu secara informal” ujar Marsha sambil mengulurkan tangannya, Difa menautkan satu alisnya.

“kenapa?” tanya Difa, Marsha meraih tangannya Difa dan menjabat tangannya.

“aku Marsha Vanesiara Jushi, kau bisa memanggilku Sha” hangat Marsha, Difa mengulum senyumnya.

“Difander Luke Hasegawa, panggil saja aku Difa”

“ternyata kau menyenangkan yaa, kau sudah berkeluarga?” tanya Marsha, Difa mengangguk kecil.

“ya, aku sudah berkeluarga. Aku punya satu orang istri dan satu orang anak laki-laki, namanya Choi Arnold Hasegawa itu nama putraku” ujar Difa pelan sambil jalan bersama Marsha keluar dari butik ini,

“istrimu?” tanya Marsha,

“dia meninggal ketika melahirkan Arnold, karena pendarahan seharusnya dia tidak boleh hamil tapi dia bersikeras untuk hamil untuk menyenangkanku” lirih Difa,

“maaf, seharusnya aku tidak mengungkit mendiang istrimu itu”

“tidak apa, nona..”

Marsha dibukakan pintu masuk mobil mercedez benz hitam elegant itu oleh supirnya Rafli, Difa segera memasukkan barang belanjaannya Marsha kedalam bagasi mobil dan segera masuk kedalam mobil tersebut.

^^_^^

Rafli berdecak kesal menatap Marsha yang diam saja melihat – lihat apartnya, gadis ini menatap sekeliling apart ini takjup.

“hey, bisakah kau bergerak sedikit saja? Aku juga ingin masuk dasar bodoh” gerutu Rafli sambil menjitak pelan keningnya Marsha, Marsha meringis pelan dan membiarkan Rafli memasuki apartnya.

“ini apartmu? Pribadi maksudku” ujar Marsha yang masih kagum dengan apart mewah ini,

“tentu saja, kau akan tidur dikamar disebelah sana dan aku tidur dilantai dua. Dilantai dua ada kamarku dan ruang kerjaku” ujar Rafli santai,

“hanya ada dua kamar disini?” tanya Marsha

“ya, dua kamar dan dua kamar mandi, satu dapur, satu ruang tamu, satu ruang makan, satu kolam renang dibalik dapur” tukas Rafli sambil menghempaskan tubuhnya kesofa empuk coklat yang bernilai ratusan juta, Marsha memilih duduk disebuah kursi kayu berukiran klasik yunani dengan pahatan dewa zeus.

“kau tinggal sendirian? Tanpa pembantu?” tanya Marsha,

“tentu saja, pembantuku hanya datang pada siang hari pukul 10 – 4 sore. Karena aku tidak terlalu membutuhkan pembantu” ujar Rafli santai sambil memejamkan kedua matanya,

“emm, kau tidak kesepian?”

“kadang aku kesepian kadang juga tidak” sahut Rafli acuh,

“kau sangat workaholic, bagaimana kalau nanti kita punya anak? Kau pasti sangat sibuk dengan segala pekerjaan kantormu itu dan melupakan urusan keluarga kita” gerutu Marsha,

Rafli membuka matanya mendadak dan menatap Marsha seketika, dia tidak percaya Marsha mengucapkan hal yang sama sekali tidak difikirkannya selama ini.

“kau bicara apa tadi? Punya anak?”

“ya, bagaimana kalau kita punya seorang anak? Apa kau masih workaholic seperti itu? Apa kau tidak mau mengasuh anakmu itu bersamaku?” ketus Marsha, Rafli tersenyum perlahan.

“aku janji aku tidak akan menjadi workaholic ketika nanti kita punya anak, kemarilah. Jangan menjauh seperti itu” ujar Rafli tenang,

Dengan ragu Marsha menuruti perintah Rafli, dia duduk disampingnya Rafli. Seketika kedua bola mata indah milik Marsha membulat karena Rafli menaruh kepalanya dipangkuan Marsha dengan tangan kanan yang melingkari pinggang gadis itu, jantungnya berdentam keras.

“ahh sudah lama aku tidak tiduran berbantalkan paha perempuan” ceplos Rafli vulgar, Marsha mendelik dan menjitak keningnya Rafli.

“kau vulgar sekali sih” decak sinis Marsha,

“kenapa memangnya? Kau calon istriku ini, bukan?” tanya balik Rafli santai,

“terserah kau tuan Rafli Alfandian Prambudhianto” sunggut Marsha sambil melipat kedua tangannya didada, Rafli terkekeh pelan.

“kau sangat menggemaskan jika kau marah”

Marsha mendekatkan wajahnya kewajahnya Rafli, Rafli menatap gadis ini secara tajam. Tapi sepertinya itu tidak mempan untuk perempuan ini.

“apa yang kau lakukan?” tanya Rafli,

“aku baru sadar kalau kau memiliki mata biru”

Rafli dan Marsha seperti dua orang yang sedang berciuman, lihat saja posisinya. Ditambah dengan tangan kiri Rafli yang menggengam tangan kanannya Marsha, wajah mereka bahkan terlihat seperti sedang bersentuhan.

“KAK RAF--- oh my god, sorry Chelsea sepertinya salah waktu” pekik Chelsea histeris, Bagas langsung menutup kedua matanya Chelsea dengan gerakan cepat.

Sang empu rumah pun menoreh bersamaan dengan Marsha, Rafli kaget karena adiknya dan Bagas sudah berada diapartnya tanpa adanya pemberitahuan lebih dulu.

“maaf, kami menganggu padahal aku sudah bilang ke Chelsea kalau kau sedang tidak bisa diganggu, kak” ujar Bagas tenang, Rafli dengan cepat bangun dari posisi sebelumnya yang tiduran dipangkuannya Marsha.

“emm tidak apa, kami belum melakukan apapun kok” ujar Marsha canggung,

“ihhs, kak Bagas singkirin tangan bisa kali! Chelsea mau lihat muka calon kakak iparnya Chelsea kak Bagaskara” sunggut Chelsea,

“gas, lepaskan” suruh Rafli dengan wajah datarnya,

Bagas menurut dan melepaskan tutupan tangannya dari matanya Chelsea. Gadis itu kini cengengesan melihat ekspresi wajah datar kakaknya yang bisa ditebak marah kepadanya, atau bisa jadi kesal karena dia datang tidak mengucapkan salam.

“hay, kakakku yang paling tampan sedunia tapi tetap gantengan kak Bagas kemana – mana” sapa Chelsea dengan deretan gigi putihnya, Rafli mengacungkan telunjuknya kewajahnya Chelsea.

“hari ini sampai lusa kau tidak akan kuperbolehkan main kemanapun kecuali kemari dan kerumahnya Bagas atau kau tidak pernah bertunangan dengan Bagas usai aku dan Marsha menikah” ujar Rafli datar bahkan terkesan dingin, Chelsea cemberut dan mengembungkan kedua pipinya kesal.

“kakak mah”

“gaada kakak – kakakan”

Chelsea masih mengembungkan pipinya sambil menyentak kesal kedua kakinya, Bagas sudah menahan tertawaannya sementara Marsha sedang terkekeh melihat ‘perang’ antara kakakadik ini yang sangat ajaib. Mata sipit Chelsea melirik kearah Marsha.

“hay, kakak cantik! Siapa namamu?” seru Chelsea sambil berlarian kecil menuju Marsha, Marsha tersenyum.

“Marsha panggil saja Sha” ujar Marsha hangat,

“namaku Chelsea adiknya sipria menjengkelkan ini, kenapa kakak cantik mau menikah dengannya? Apa kakak diguna-guna?” tanya Chelsea dengan nada manjanya, Rafli sudah memutar bola matanya malas.

“bisa tidak kau tidak usah sok imut dihadapan calon istriku?” desis sinis Rafli, Chelsea menjulurkan lidahnya kepada Rafli dan kembali menatap Marsha.

“tidak apa” senyum Marsha,

“tuh dengar, dia saja tidak mempermasalahkan keimutanku ini yang sudah maksimal jadi kau tidak usah ikut campur, pria menjengkelkan tingkat akhir” seru Chelsea penuh kemenangan, Rafli melirik sinis adiknya ini.

“akan ku bunuh kau nanti”

^^_^^

Pagi ini Marsha dan Rafli pergi ke butik yang kemarin sempat dikunjungi Marsha, mereka ingin pesan baju pengantin. Dengan kesepakatan tidak boleh tidak menyukai warna pilihannya Marsha, Rafli mengalah untuk hal ini.

“apa yang itu lebih baik?” tanya Marsha,

“yang mana? Coba kau kenakan, aku ingin melihatnya” ujar Rafli,

“dasar buta, bilang saja kau ingin melihatku mengenakan gaun itu” sunggut Marsha sambil meraih gaun itu dan dibantu seorang pelayan untuk memakainya,

Rafli memainkan game dismartphone miliknya, dia seperti anak sd yang tengah bermain dengan ponsel pintar miliknya itu karena bosan menunggu Marsha yang tidak selesai – selesai mengenakan gaunnya.

“hey, anak sd! Bagaimana?” tegur Marsha yang sudah mengenakan gaun itu, Rafli mendongak.

perfect” guman Rafli tanpa sadar,

Gadis itu sangat cantik dengan gaun panjang tanpa lengan berwarna hitam bercampur putih terdapat hiasan manik – manik disekitar dadanya, gadis itu mirip seperti bidadari cantik yang dikirimkan Tuhan untuk Rafli.

“HEY BAGAIMANA DENGANKU!” teriak Marsha kesal karena lelaki ini tidak berbicara sepatah kata, Rafli terkesiap dan menatap datar Marsha.

“bagus, sepertinya kau cocok dengan gaun ini! Siapkan dirimu untuk besok kalau begitu” sahut Rafli datar,

“besok? Bukannya kau bilang lusa?” tanya Marsha binggung,

“tidak, siapa yang bilang? Aku bilangnya besok. Hari ini kau kubolehkan menjenguk ayahmu untuk meminta izin karena besok hari penting, ingat hanya hari ini saja!” tukas Rafli sambil berdiri, Marsha mengangguk dan memeluk Rafli.

“terima kasih” bisik Marsha, Rafli tersenyum kecil.

“tentu saja”

^^_^^

Bagas terdiam melihat Chelsea yang tengah merapihkan kamarnya, bagas memang selalu saja memberantakkan kamarnya sesuka hatinya jika dia tengah unmood. Gadis itu selalu saja kemari, kerumahnya untuk sekedar merapihkan kamarnya Bagas dan memasakan makanan untuk pria yang dicintai dan mencintainya ini.

“hay, kak! Gimana rapih, kan?” senyum Chelsea, Bagas mengangguk dan duduk ditepi ranjangnya disampingnya Chelsea.

“kenapa sepagi ini kau datang? Biasanya jam 12 siang atau jam 2 siang” ujar Bagas,

“aku tidak ada kegiatan hari ini, privat pelajaran tidak ada, privat less piano juga tidak ada, privat main biola apalagi, jadi ya hmm sekarang ini deh” ujar Chelsea sambil senyum,

“makasih ya chels”

“untuk?”

“makasih karena kamu udah mau ngelakuin apa aja buat aku, sayang. Aku cinta kamu” ujar Bagas sambil memeluk Chelsea dan membiarkan Chelsea terbenam dalam dadanya, Chelsea mengangguk.

“tentu saja, aku lebih mencintaimu kak Bagaskara” bisik Chelsea pelan,

“aku tau itu, ku mohon jangan pernah pergi dariku. Aku tidak bisa hidup tanpamu” bisik Bagas pelan,

Deru nafasnya Bagas begitu terasa ditelinganya Chelsea, Chelsea sedikit mengeliat karena dia sangat tidak bisa menerima tiupan angin ditelinganya. Bagas terkekeh begitu melihat Chelsea sedikit mengeliat karena geli.

“kak Bagas jangan tiup telingaku”

“hahahahaha iya iya, aku takkan meniupnya lagi tapi akan mengigitnya saja” ujar Bagas pelan dan benar saja dia mengigit pelan daun telinganya Chelsea gemas,

“dasar genit” seru Chelsea yang sama sekali tidak merubah posisinya,

“biarkan” sahut Bagas tidak perduli, dia kembali mengigit pelan ujung daun telingannya Chelsea. Itu adalah hobinya._.

^^_^^

“daddy dipindahkan? Pindah kemana, bu?” tanya Marsha binggung saat tidak menemukan sang ayah diruangan biasanya, Bu Ira tersenyum kecil.

“tenang saja, sha. Kemarin ada pemilik rumah sakit ini memindahkan ayahmu keruangan yang lebih terjamin, dia bahkan menanggung semua biaya ayahmu” ujar bu Ira sambil menunjukkan Marsha ruangan baru ayahnya, Marsha mengigit bibir bawahnya.

“siapa dia?” tanya Marsha,

“ibu tidak tau, karena kepala dokter tidak memberitahukannya kepada ibu. Tapi kemungkinan besar dia itu yang pernah dekat dengan ayahmu, dekat dalam artian kolega begitu bukan simpanan karena pemilik rumah sakit ini juga laki laki” jelas bu Ira, Marsha menganggukkan kepalanya pelan.

“jadi lelaki itu dengan baik hati mau membantu daddy? Tanpa memberitahu siapa dirinya? Aku kagum ternyata masih ada lelaki seperti itu” ujar Marsha, bu Ira mengangguk setuju.

“tentu, ibu saja heran”

Marsha pun memasuki ruangan ayahnya yang benar – benar mewah, bahkan seperti bukan ruangan dalam rumah sakit. Marsha menyipitkan matanya karena ada vas bunga yang terisikan bunga anggrek merah kesukaan mendiang ibunya dimeja kecil dekat ranjang sang ayah.

“loh ini kan bunga kesukaannya mommy kok bisa ada disini, jangan – jangan orang itu mengenalku” guman Marsha pelan,

“ibu pergi dulu, ya sha. Ada pasien baru” pamit bu Ira,

“makasih sebelumnya bu, maaf merepotkan ya” ujar Marsha, bu Ira mengangguk dan meninggalkan gadis ini pergi.

“anggrek merah, cat ruangan warna biru langit, ini sepertinya lelaki ini kukenal tapi siapa ya yang sangat dekat dengan daddy dan mommy” ujar Marsha pelan sambil memikirkan keras siapa lelaki itu,

^^_^^

Kini mereka berdua berada dialtar, uskup pun sudah siap membimbing mereka untuk mengikrarkan janji suci sehidup semati dialtar gereja modern ini. Rafli sangat tampan dengan balutan jas putih dengan kemeja dan celana bahan hitam serta dasi putih, sementara Marsha jauh lebih cantik dibanding sebelumnya dengan gaunnya.

“kalian siap?” tanya uskup, Rafli dan Marsha mengangguk kecil bersamaan.

“ya”

“mari ikuti saya” ujar uskup tersebut kepada keduanya,

“Saya Rafli Alfandian Prambudhianto, memilih kau Marsha Vinesiacara Jushi untuk menjadi pendamping saya”

Ikrar pun berjalan dengan lancar tanpa ada kata yang terburu – buru, semua yang hadir disini adalah semua koleganya Rafli dan bawahannya Rafli hampir 5.000 orang menyambut baik pernikahan ini tanpa tau latar belakang yang terjadi dari pernikahan ini.

“KAKAK SELAMAT MENEPUH HIDUP BARU DAN JANGAN LUPA CEPAT BIKIN ANAK YAAA” pekik Chelsea yang baru saja bersalaman dengan kakaknya dan Marsha, Rafli berwajah bete jika adiknya sudah begini-_-

“diam kau anak kecil!” sunggut Rafli.

“biarin wle :p” ledeknya,

“sudahsudah! Ini masih dalam acara resepsi jangan bertengkar!” lerai Bagas.

^^_^^

Marsha terdiam dikamar pengantinnya ini, sejujurnya dia tidak menginginkan pernikahan ini yang hanya dilandasi sebuah paksaan karena hutang. Jika hutang itu masih bisa ia bayar, ia akan bayarkan semuanya secepatnya kepada pria yang menikahinya ini tapi kenyataannya tidak demikian.

“mengapa kau diam? Ada yang salah?” tanya Rafli sambil duduk disebuah kursi dekat ranjangnya, Marsha terkesiap dan menggelengkan kepalanya.

“tidak ada apa-apa, kenapa?” ujar Marsha malah berbalik bertanya,

“kau serius?”

“tentu saja aku serius, kenapa memangnya?” tanya Marsha binggung,

“aku tidak yakin dengan pernikahan kita ini, karena raut wajahmu yang sangat tidak mengenakan setelah upacara pernikahan itu” tukas Rafli agak kecewa, Marsha terdiam.

“emm, tadi aku lelah. Aku bukannya tidak yakin, aku yakin dengan pernikahan kita ini meski hanya dilandasi hutangku saja apa kau tidak malu?” tanya Marsha agak ragu,

“malu? Untuk apa aku malu? Kau tidak jelek kan?” ejek Rafli sambil tertawa, Marsha merenggut kesal.

“bisa tidak kau tidak usah mengejekku dulu?” sunggut Marsha sambil meniup poninya kesal,

Continue Reading

You'll Also Like

40.7M 1.1M 42
When Arianna marries billionaire Zach Price to save her family, she doesn't expect to fall in love with a man who'd always consider her a second choi...