Kau sudah sangat terlambat untuk mengikuti kelasmu, jadi kau setengah berlari untuk mengejar kelasmu yang berada di lantai dua.
Tubuhmu masih lemah tentu saja, wajahmu pucat, dan kau masih sering pusing.
Tapi kau harus berlari.
Dosenmu hari ini, adalah Profesor Kang yang terkenal galak dan tak pernah menolelir keterlambatan dalam kondisi apapun, dan kau sudah dua kali absen di kelasnya.
Jadi kau tidak boleh sampai harus absen lagi jika masih ingin lulus mata kuliahnya.
Kau terus berlari.
Pasokan oksigenmu berkurang, dadamu sesak, kelasmu masih berjarak seratus meter lagi dan itupun di tambah harus menaiki sekitar 20 anak tangga.
Telingamu berdengung, matamu berkunang, tapi kau tetap memaksakan diri berlari.
Kau akhirnya sampai di kaki tangga dan mulai menapakinya, kau tiba di anak tangga ke sepuluh saat ada seorang pemuda tampan menuruni tangga, mata kalian bertemu sesaat dan entah hanya ilusimu akibat pening di kepalamu, atau memang kenyataan, kau melihat pemuda tampan itu tersenyum kearahmu saat kalian bersama-sama menginjakkan kaki dianak tangga yang sama.
Deg...
Senyumannya menghilangkan fokusmu hingga membuat kau salah mengingjakkan kakimu di anak tangga berikutnya.
Akibatnya kau terjengkang kebelakang.
Kau menutup matamu bersiap saat punggungmu menghantam lantai, tapi tidak ada yang terjadi, kau malah mendarat di sebuah pelukan seseorang.
Saat kau membuka mata...
Pemuda yang kau pikir tersenyum tadiㅡyang kali ini benar-benar tersenyum berada di depan matamu.
Kau terpana untuk sesaat.
"Kau baik-baik saja?" Tanyanya.
Kau sedikit terpesona olehnya, tapi getar di ponselmu segera menyadarkanmu.
Drrrtttt... drrrttttt...
Kau berpegang pada pegangan tangga dan menegakkan diri. Kau gugup, kau salah tingkah.
Kau masih menatap pemuda itu. Dan seketika getaran ponselmu terlupakan.
"Apa kau tidak apa-apa?" Ulangnya.
"Ah? Oh iya aku baik-baik saja." Jawabmu kikuk.
Drrrttt... drrrttttt...
Sekali lagi ponselmu bergetar.
Kau mengerjapkan matamu sembari menggeleng seolah menghapus bayangan senyuman di wajah orang di depanmu kemudian merogoh ponsel dari tasmu.
"Ada apa?"
"Kau dimana?" Itu Taehyung, dan seketika kau berangsur menjauhi si pemuda asing tadi. Kau berlari kebawah.
"Aku di kampus Tae, kenapa?"
"Aku akan ke tempatmu."
"Tapi aku ada kelas Taehyung."
"20 menit lagi aku sampai!"
Kau masih ingin memprotes tapi Taehyung sudah terlanjur memutus sambungan teleponnya.
Kau mendengus kesal. Lalu kembali menaiki tangga.
Pemuda itu masih disana. Dan masih dengan senyuman diwajah tampannya.
"Apa kau mau ke kelas?" Dia bertanya.
Kau mengangguk.
"Kelas profesir Kang?"
Sekali lagi kau mengangguk.
"Kelasmu sudah dimulai dari tadi."
"Mwo?, bagaimana kau tau? apa kau juga dikelasku?"
"Tidak, kelasku di lantai tiga aku juga terlambat, kelasku bahkan dimulai sebelum kelasmu, aku hanya melewati kelasmu tadi dan melihat profesor Kang di sana." Jelasnya panjang lebar.
"Ah sial!"
"Kenapa?"
"Aku tidak bisa masuk kelas, padahal aku sudah berlari mati-matian kesini." Ucapmu sedih.
Kau mempout-kan bibirmu. Dan pemuda itu lalu tertawa.
"Ada apa?"
"Kau lucu!" Serunya.
Sontak wajahmu memerah.
"Hey, bagaimana kalau kita membolos sama-sama?"
"Apa?"
"Ayo ke kantin." Tanpa permisi pemuda itu menarik tanganmu.
"Yya, hey..."
Meskipun protes, kau tetap mengikuti langkahnya.
Dari belakang, kau memperhatikan seluruh penampilan pemuda asing di depanmu.
Secara keseluruhan dia sangat berbeda dari Taehyung. Segala yang ada di diri pemuda didepanmu ini adalah apa yang kau inginkan untuk Taehyung, penampilannya sangat modis, dari ujung kaki hingga kepala semuanya sesuai dengan tipemu.
Kau akhirnya sadar bahwa kau baru saja membandingkan Taehyung dengan orang asing, dan untuk itu, kau mengutuk dirimu sendiri.
***
"Apa yang terjadi?" Tanya pemuda yang tak kau kenal itu sambil meletakkan dua kaleng soda didepanmu.
Dia menarik kursi lain dan duduk didepanmu.
"Apa yang apa?"
"Kenapa kau pucat sekali? Kau terlihat tidak sehat."
Kau menjadi gugup, kau tak menyangka dia akan memperhatikan penampilanmu.
"Ah, aku sedang tidak enak badan." Kilahmu.
"Kau sakit? Kalau begitu, ayo kuantar pulang." Pemuda itu berdiri dari kursinya.
"Ah tidak apa-apa. Aku bisa pulang sendiri."
Drrrttt... drrttt...
Sekali lagi ponselmu bergetar.
"Iya aku sedang di jalan Tae." Kau lalu mematikan ponselmu dan berdiri.
"Jadi bagaimana? Mau kuantar?"
Senyumnya itu...
"Baiklah jika itu tidak merepotkanmu.
***
Pemuda itu mengantarkanmu sampai di parkiran apartemenmu.
Kau segera turun dari motornya dan menyerahkan helm yang kau gunakan sambil merapikan rambutmu.
"Terima kasih. Kau tidak mampir dulu? Mungkin aku bisa berterima kasih dengan menyuguhkanmu minum?" Tawarmu.
"Ah tidak lain kali saja." Tolaknya.
"Baiklah. Sekali lagi terima kasih."
Kau segera berbalik dan menuju lobby apartemen sebelum akhirnya kau berbalik kembali kearahnya.
Pemuda itu masih berdiri disitu memandangmu dengan senyuman di bibir tebalnya yang seksi.
"Ada apa? Kau melupakan sesuatu?"
Kau berjalan menghampirinya dan tersenyum kikuk.
"Ah, tidak aku hanya melupakan sesuatu, kita belum berkenalan."
Kau mengulurkan tanganmu yang langsung di sambutnya.
"Namaku Jimin, Park Jimin."
Tangannya lembut dan hangat kau tersenyum kearahnya.
"Namaku...
"Aku tau!" Potongnya
"Hah?"
"Aku sudah tau namamu." Ucapnya lalu naik ke motornya dan pergi. Meninggalkanmu yang masih bertanya-tanya darimana Jimin memgetahui namamu.
***
Kau masih terus memandangi punggung Jimin yang makin menjauh, saat satu suara mengagetkanmu.
"Siapa itu?" Tanya Taehyung suaranya terdengar menyelidik.
Sontak kau menengok ke asal suaranya. Taehyung berdiri dibelakangmu dan tatapannya mengikuti arah pandangmu.
"Teman kuliah." Jawabmu.
"Aku tidak pernah melihatnya." Ucap Taehyung sedikit dengan nada tinggi.
Kau memutar matamu.
"Tentu saja kau tidak pernah melihatnya, dia tidak di kelas yang sama dengan kita. Ayolah Taehyung tak perlu berlebihan begitu, dia hanya membantu."
Sambil tersenyum entah untuk apa, kau menarik tangan Taehyung masuk keapartemenmu.
_계속_