Awakening Hearts

By TatumRaxxa

9 4 1

Semula hidup Keisha baik-baik saja, hingga pada suatu hari dirinya secara kebetulan bertemu dengan seorang p... More

Prolog

Chapter 1 - First met

7 2 1
By TatumRaxxa


Termenung.

Satu kata yang menggambarkan semua tentang dirinya. Beberapa tahun ini, hidupnya terasa telah mati, pun dengan seluruh hatinya. Yang tersisa sekarang hanyalah sebuah raga, bagai sebuah cangkang tak berisi. Dirinya merasa seperti sebuah mesin, mesin yang menunggu tertelan waktu sebelum akhinya berujung di tempat rongsokan.

Vier berdiri kaku di dekat jendela besar ruangannya dengan pandangan kosong menatap lurus ke depan tanpa ekspresi. Tangannya menggenggam sebuah foto seorang wanita cantik yang merupakan cinta pertamanya. Dadanya terasa sesak, memikirkan sang pujaan yang telah tiada karena kesalahan dirinya sendiri.

Seandainya saat itu dia tak ceroboh, seandainya dia bisa lebih berhati-hati, seandainya dia bisa kembali mengulang waktu, akan diperbaikinya semua yang menyimpang. Seandainya...

Pandangannya menggelap menahan rasa ngilu.. Berkali-kali menghela napas, berharap dapat meredakan rasa sakit walau secuil. Semenjak kejadian itu, Vier menjadi tak bisa terlelap di malam-malamnya dengan tenang. Suara tangisan dan jeritan selalu terngiang-ngiang, berputar-putar di kepala sekaligus menghantui setiap mimpi yang biasanya selalu indah.

Kini tak ada lagi keceriaan, tak ada lagi kebahagiaan penuh cinta yang dulu selalu memenuhi dada. Benakknya dipenuhi rasa bersalah yang begitu pekat dan menyesakkan, membuatnya tak kuasa memikul hingga mencoba mengakhiri hidup berkali-kali walau selalu berhasil digagalkan.

Sebagai anak tunggal Vier kini harus menjalani kehidupannya seorang diri. Kedua orang tuanya telah tewas semenjak usianya beranjak 18 tahun. Semenjak itu, dirinya harus memikul beban untuk mengambil alih semua kendali atas ayahnya, termasuk semua harta warisan.

Yah... setidaknya di dunia ini masih ada kedua sahabat yang senantiasa menemani tatkala dia membutuhkan, datang menghibur dan berusaha membantu menuntun kehidupannya yang hampa. Setidaknya untuk sampai saat ini...

Vier merapatkan foto itu dalam dada, memeluk erat-erat seolah ingin berusaha menjaganya tetap aman di dalam hati, menutupnya rapat-rapat, mengunci dan membuangnya sejauh mungkin. Getaran dari kantongnya menarik paksa vier kembali dalam kehidupan yang kelabu. Tangannya tergerak untuk melihat siapa yang telah mengiriminya pesan dikala sore hari saat orang-orang berpulangan menyudahi aktivitas.

Alisnya mengerut melihat isi pesan itu. Hampir saja melupakan janji dengan kedua sahabatnya sore ini akibat terus tenggelam dalam kesuraman. Dipejamkannya sekali lagi matanya dengan hembusan napas yang panjang. Didekatkannya foto itu lalu mengecupnya dalam-dalam sebelum kemudian bergegas pergi meninggalkan kantornya.

***

"Gila! Itu orang ganteng banget!"

"Mau dong gue jadi pacarnya, jadi selingkuhan juga rela."

Para pengunjung yang berbisik-bisik ke arahnya membuat telinga Vier memanas. Dirinya memang sudah biasa menjadi pusat perhatian kemanapun langkahnya pergi. Tapi tetap saja, hal itu selalu berhasil membuatnya merasa terganggu dan risi. Atasan kemejanya kini telah digulung sesiku, rambut pendek gelapnya tampak acak-acakan membuatnya tampak lebih mempesona. Dasinya telah ditanggalkan sebelumnya bersamaan dengan jas yang di taruh dalam mobil.

Matanya menyipit tajam, berjalan ke segala penjuru memperhatikan setiap jengkal isi kafe yang dipenuhi banyak tanaman hias iti. Pandangannya berhenti tepat di dekat jendela besar yang memperlihatkan pemandangan luar dan memutuskan menenggelamkan diri dalam sofa yang empuk. Kedua pria yang sudah menempati meja itu sebelumnya, seketika menghentikan obrolannya dan menatap Vier dengan alis terangkat.

"Kau terlambat." Cecar Agler.

"Terlalu larut dalam masa lalu eh?" Juvenal terkikik geli sedang Vier membalas menatap dengan kening berkerut. "Bukan urusanmu." Jawabnya ketus.

Agler memutar kedua bola matanya jengah, "Sudah kubilang berkali-kali sebelumnya, lupakan dia dan jejaki masa depan yang masih terpentang berkilauan. Bukan hanya ada dia saja wanita di dunia ini. Bahkan mungkin banyak perempuan di luar sana yang merupakan jodohmu yang sesungguhnya sedang menantimu." Vier menghela napas panjang sebelum menjawab. Tatapannya terlihat sendu. "Tapi tak ada yang sebaik dan semenarik dirinya. Bagiku, dia yang pertama dan terakhir. Tak akan ada yang sanggup menggantikannya yang sudah tercetak jelas di dalam sini" Pasrah Vier menunjuk dadanya.

"Aku bisa memperkenalkanmu dengan gadis-gadisku jika kau mau." Tawar Juvenal dengan cengiran khasnya. Agler mendelik sebal. "Dia tak akan tertarik dengan para wanita jalangmu."

"Setidaknya mereka cukup seksi dan menggairahkan."

"Pantas saja namamu Jupe-nal. Karena pasti kau juga menyukai nama artis serupa yang mempunyai dada montok itu, 'kan?" Ejek Agler. Sedang Juvenal hanya bisa mengerucutkan bibirnya kesal. "Namaku Juvenal bodoh. Juve-nal." Ucapnya menekan kata Juvenal. Vier hanya bisa menatap obrolan kedua sahabatnya itu dengan pikiran yang berkecamuk.

"Bicara soal gadis seksi. Apa kau tahu? Aku berhasil menyelesaikan tantanganmu untuk melakukan one night stand bersama wanita bar dengan bayaran tertinggi itu dan membuatnya mau menyerahkan tubuh seksinya tanpa mendapat bayaran sama sekali." Bangga Juvenal dengan senyum merekah.

"Benarkah? Kali ini aku tak meragukanmu mendapat julukan 'sang penakluk wanita' kalau begitu. Lalu apa kau merekamnya?" Tanya Agler tersenyum miring. "Tentu saja!" Juvenal tergerak memutarkan rekamannya tadi malam.

"Arghhhh...!!!"

"Ma... maaf! Aku tak sengaja melakukannya." Agler meringis melihat celananya yang basah sekaligus panas akibat terkena tumpahan kopi oleh seorang pelayan pria yang kini tertunduk menyesal dengan wajah merah serupa kepiting rebus. "Dasar bodoh! Kau sedang kehilangan mata ya?! Kalau punya mata itu dipake! Bukan Cuma bisa dipajang!" Sungutnya kesal sambil memperhatikan arah lirikan mata pelayan itu.

"Dasar pelayan mesum!" Agler menarik paksa Handycam dari tangan Juvenal. "Pantas saja! Ternyata selama ini matamu itu digunakan untuk menonton tontonan yang bejat!." Sungut Agler sebal masih terus mengibas-ngibaskan celananya.

"Ada apa ini?"

Keisha segera menghampiri begitu mendengar suara keributan yang menjadi pusat perhatian para pelanggannya. Matanya menangkap salah satu pelayannya tengah tertunduk pasrah sebelum beralih pada celana salah seorang pria yang tadi berteriak dengan wajah merahnya.

"Siapa kau?" Mata Agler menyipit menatap seorang wanita cantik yang datang tiba-tiba dan terlihat begitu familiar itu. Keningnya terkerut berusaha berpikir keras, mengorek-ngorek dalam semua ingatan di kepalanya. Mata bulat nan indah itu, rambut lurus panjang sepunggung dengan kulit bersih seputih susu. Beberapa lama kemudian, matanya membelalak tatkala menyadari dan segera menolehkan kepala melihat Vier yang sudah bergeming ternganga sama terkejutnya.

"Laura." Vier menggumam tanpa sadar. Bagai dihantam beribu-ribu ton palu, dadanya terasa sesak sekaligus sakit menatap tak percaya perempuan dihadapannya sekarang. Tidak mungkin...

"Maaf, siapa?" Keisha menatap heran lelaki aneh yang menyebutkan nama asing di telinganya. Dia benar-benar mendengar pria itu mengucapkan nama asing sambil menatapnya. Sedang Juvenal menelan ludahnya yang terasa pahit menatap mereka berdua bergantian.

Mampus! Penyakit Vier bisa tambah parah!

Keisha menatap heran ketiga pria itu yang kini melihat dirinya seolah-olah sedang bertemu dengan hantu. Apa ada yang salah?

Vier mendadak bangkit dan menubrukkan tubuhnya memeluk Keisha seerat mungkin dengan air mata yang hampir mendobrak keluar. "Laura, kau masih hidup." Lirihnya hampir terisak.

Keisha menegang seketika mendapat perlakuan tak terduga dari sang pria asing di depannya. "Lepas! Lepaskan aku dasar orang gila!" Bentaknya kasar menggeliat berusaha melapaskan diri. Tangannya melayang menampar Vier dengan sekuat tenaga. "Kurang ajar!" Sungutnya kesal.

Bagus! Hanya dalam beberapa detik saja, moodnya berasil menurun secara drastis. Keisha berlalu pergi dengan tergesa tanpa mengindahkan orang-orang yang sejak tadi menatapnya dengan heran.

"Laura!" Vier bergegas mengejar Keisha sebelum badannya ditarik paksa. Sekuat tenaga tubuhnya memberontak meminta dilepaskan. Namun apalah daya, kekuatannya tak sebanding melawan dua orang yang sebanding dengannya sekaligus.

"Sadar Vier! Dia bukan Laura yang kita kenal selama ini! Dia hanya perempuan yang secara kebetulan mempunyai paras hampir serupa. Laura sudah tiada, terimalah itu dengan hati yang lapang." Agler berusaha menenangkan sahabatnya yang mulai menggila.

"Aku tak peduli! Laura! Lepaskan aku, kalian bedua!" Vier masih terus memberontak sambil terus menyebutkan nama sang pujaan hati.

"Bawa dia ke mobil!" Titah Juvenal yang langsung mendapat anggukan setelah sebelumnya sempat meninggalkan selembar kertas uang di meja.

Tbc.

Please voment-nya, karena itu sangat berarti bagi penulis.

Continue Reading

You'll Also Like

799K 51.7K 33
Semua orang mengira Saka Aryaatmaja mencintai Juni Rania Tanaka, namun nyatanya itu kekeliruan besar. Saka tidak pernah mencintai Rania, namun menola...
571K 3.2K 24
Warning ⚠️ 18+ gak suka gak usah baca jangan salpak gxg! Mature! Masturbasi! Gak usah report! Awas buat basah dan ketagihan.
3.1M 153K 62
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
2.9M 303K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...