Aliando Prilly - Fanfic Onesh...

By diaryzizi

249K 13.1K 255

Semua berasal dri khayalan dan juga dari baca2an story, maaf klu msalnya ada kesamaan cerita dan sbgainya tpi... More

My Valentine Day - Short Story
Secret Love ~ Fanfic OneShot
The Promise of Love - Fanfic Oneshot
Rindu - Fanfic Oneshot
Sentimentil ~ Fanfic Oneshot
Sentimentil 2 - Fanfic Oneshot
Bahagia ~ Fanfic Oneshot
Love Story - Fanfic Oneshot
Happiness~ Fanfic Oneshot
Happiness 2 - Fanfic Oneshot
The Day ~ Fanfic Oneshot
Mine ~ Fanfic Oneshot
Liburan~ Fanfic Oneshot
Konser - Fanfic Oneshot
Boring ~ Fanfic Oneshot
Don't Say Goodbye - Fanfic Oneshot
Baper ~ Fanfic Oneshot
Dedek Gemas ~ Fanfic Oneshoot
Black for Love - Fanfic Oneshoot
Wrong? ~ Fanfic Oneshot
Prilly B'day ~ Fanfic Oneshoot
Super Late Birthday! ~ Fanfic Oneshot
Miss You ~ Fanfic Oneshoot
Surprise! ~ Fanfic Oneshot
Bioskop ~ Fanfic Oneshot
Gossip ~ Fanfic Oneshot
Insiden ~ Fanfic Oneshot
Premiere ~ Fanfic Oneshot
Fine ~ Fanfic Oneshot
Pengumuman~~
Attention Please~

Friend, Foe or what? ~ Fanfic Oneshot

4.7K 304 2
By diaryzizi

Apa kabz??

Selamat Tahun baru ya, semoga ditahun 2017 ini kita semua bisa menjadi orang yang lebih-lebih baik lagi....

selamat natal juga bagi yang merayakan.. hehe.

Ini cerita kebuat karena bosan aja, ga ada maksud apapun pake nama Raquel. SUER! dan maaf ya kalau ceritanya kayak keburu-buru atau aneh. soalnya awalnya cerita berpart aku potong jadi one shot~ hihi..

bye~ selingan ya daripada ceria khayalan Ali Prilly terus. hihihi

~~~~~~~~~~

Nyaman terhadap seseorang,
Adalah salah satu jutaan rasa di dunia,
Yang tak bisa dibeli dengan uang atau digantikan oleh siapapun.

~ Zizi ~

~~~~~~~~~~~

Seorang perempuan menggerutu karena ditinggalkan oleh sahabatnya begitu saja. Ia berjalan di koridor sekolah melewati keramaian lapangan basket yang selalu ramai jika ada pertandingan.

"Vanya mana sih?"

Males banget sih, basket doank sampe serame ini batin perempuan tersebut. "Oi, Pril," panggil seseorang mengangetkan perempuan tersebut. Dia Aprillya Larissa biasa dipanggil Prilly.

"Lo dari mana aja sih?" gerutu Prilly yang mencari sahabatnya tersebut.

"Nonton basket, tuh disitu, ke sana yok bisa lebih dekat sama Farel," ucap Vanya membuat Prilly mendelik. Farel? Jangan membuat harinya rusak karena bertemu lelaki menyebalkan itu.

"Gue ke kantin aja," ucap Prilly langsung melengos pergi. Tanpa menatap depan, Prilly tak sengaja menabrak seseorang.

"Sorry," ucap Prilly refleks.

"Hai, Pril," panggil seseorang yang menabraknya tadi yang ternyata lelaki yang tak ia inginkan.

Prilly terdiam menatap lelaki tersebut. "Rel, buruan ke lapangan udah mau mulai."

Prilly tetap terdiam. Lelaki yang dipanggil Farel tersebut tersenyum pada Prilly mengelus kepala gadis dihadapannya tersebut. "Bye."

Prilly masih terdiam menatap punggung lelaki tersebut. Dia Ali, hanya sahabat-sahabatnya saja yang memanggil Ali sedangkan rata-rata anak sekolah mengenalnya sebagai Farel. Farel Ali Pratama. Sudah hampir beberapa minggu ini, Prilly menjauhi Ali karena menurutnya Ali terlalu jauh untuk digapai. Ia hanya gadis kutu buku yang suka membuat puisi yang tinggal disebelah rumah Ali dan membuat ia menjadi teman Ali sejak kecil.

"Oi, akhirnya lo ngobrol juga sama Farel alias Ali," ucap Vanya merangkul Prilly dari belakang yang membuat Prilly kaget. Vanya sengaja memanggil Ali sebagai Farel untuk menjaga perasaan sahabatnya tersebut. Raut muka Prilly selalu berubah jika dirinya menyebut Ali akhirnya ia mengubah panggilannya menjadi Farel.

"Gue ga ngobrol, ga sengaja nabrak dia tadi," elak Prilly.

"Sama aja intinya," ucap Vanya tak mau kalah.

"Udah ah, gue malas bahasnya, gue ke perpus, lo kalau mau nonton, sana aja, gue malas," ucap Prilly berlalu meninggalkan Vanya lagi. Vanya menggelengkan kepalanya melihat sifat Prilly yang pura-pura tak suka pada Ali tersebut.

***

Prilly keluar dari kelas langsung melesat pulang, ia ditinggalkan begitu saja oleh Vanya. Pasti sahabatnya tersebut sedang mencari target baru untuk ia jadikan pacarnya. Malang nasib lelaki tersebut batin Prilly. Bermain dengan pikirannya sendiri membuat ia tertawa mungkin orang mengira dirinya gila.

"Ali," teriak seseorang perempuan memekakkan telinganya.

"Apalagi sih, Raquel, gue udah bilang ga mau," ucap Ali lemah.

"Anterin gue pulang," ucap Raquel, anak hits di sekolah yang selalu mengejar-ngejar Ali. Prilly mengalihkan perhatiannya saat matanya bertemu dengan Ali.

"Gue pulang sama Prilly," ucap Ali langsung berlari mendekati Prilly.

"Ih, ga dia bohong," bantah Prilly cepat.

Ali menatap tajam Prilly agar mengiyakan tapi tak digubris oleh Prilly. "Ban motor gue kempis, lo liat aja kalau ga percaya, gue mau pulang naik angkot," ucap Ali terus mencari alasan.

"Angkot?" tanya Raquel melepas peganggan tangannya geli mendengar kata angkot.

"Iya, lo ga mau badan lo bau matahari kan, apalagi bau emak-emak dari pasar," ucap Ali lagi membuat Raquel menggeleng.

"Lo pulang sendiri ya, bye," ucap Ali cepat melesat pergi saat melihat angkot berhenti tak lupa ia langsung menarik Prilly bersamanya. Suara teriak Raquel pun tak dipedulikan.

Ali menghembuskan nafas lega. Akhirnya ia bebas dari medusa batinnya. Prilly menatap tajam Ali. "Motor ban lo ga kempis kan?"

"Sorry, Pril, kamu ngertikan situasi terjepit tadi," ucap Ali bersalah.

"Ya, ga apa-apa, Li," ucap Prilly tanpa menoleh pada Ali.

Ali memperhatikan Prilly yang mengangkat handphonenya yang berbunyi. "Ya, Halo, Raka?"

"Gak kok, iya, bisa."

Ali mengernyit bingung, sejak kapan Prilly dekat dengan Raka.

"Raka anak basket?" tanya Ali tanpa basa basi saat Prilly menutup teleponnya.

"Bukan urusan lo."

"Balikan sama dia?"

"Bukan urusan lo juga," ucap Prilly menatap Ali kesal.

"Oke," ucap Ali santai. "Kapan-kapan kita jalan bareng ya, udah lama kali lo ga ngumpul."

Prilly tak mengerti sifat Ali ini. Sudah berkali-kali diketusin tetap saja seperti itu membuat Prilly sebenarnya sedikit luluh. Nggak, tetap tak boleh berdekatan dengan Ali.

Prilly segera turun dari angkot ketika sudah sampai perumahannya. Ali pun ikut turun bersamanya mengikuti gadis itu dari belakang.

"Lo ngapain sih ngikutin?"

"Siapa yang ngikutin?"

"Lo lah, penguntit!"

"Lupa ya, kita tetangga, jadi kalau jalan ya pasti searah, Pril," ucap Ali. Prilly menepuk jidatnya lupa.

"Lo bisa lewat jalan lain kan, ngapain lewat sini," ucap Prilly kesal.

"Lo makin hari makin judes tau gak, kenapa sih, habis kenalan sama macan?" tanya Ali kesal karena terus dimarahi tanpa tahu dirinya salah apa.

"Siapa yang judes, perasaan lo aja kali."

"Gue ga bego kali, beberapa minggu ini lo ngindarin gue, lalu pas gue ajak ngobrol pasti judesnya ga kalah emak-emak PMS, udah gitu gue udah turutin kemauan lo kan, ga manggil lo di sekolah, ya kecuali hari ini sih," ucap Ali panjang lebar.

"Udah?"

Ali terdiam. "Gue mau balik," ucap Prilly segera ditahan oleh Ali.

"Tolong jelasin salah gue," ucap Ali.

"Lo ga salah, gue yang salah," ucap Prilly melepas tangannya dari Ali dan langsung berjalan pergi. Kenapa selalu cowo yang salah batin Ali berdecak kesal.

"Bodo! Besok juga balik lagi tuh anak," ucap Ali santai sambil menatap Prilly yang sudah agak jauh.

***

Pagi ini di dalam kelas Prilly menghela nafas frustasi. Ia berangkat pagi sekali untuk menghindari Ali. Sekarang ia harus mengurung dirinya di kelas agar tak berpapasan dengan Ali. Apakah salah dirinya menjauhi Ali.

"Aku tahu!" seru Prilly dalam kelas membuat beberapa anak menoleh menatapnya bingung.

Prilly tersenyum kikuk. "Bentar lagi ujian kelulusan, gue bilang aja mau fokus ujian, jadi ngejauhin dia."

Prilly mulai berfikir keras. Vanya yang baru datang bingung memperhatikan Prilly mengacak-acak rambutnya.

"Oi, lo kenapa, kayak ulet sagu gitu?" tanya Vanya menaruh tas di sebelah Prilly.

"Bantuin gue cari alasan buat ngindarin Ali!" mohon Prilly cepat.

"Eh, bukannya lo juga ga pernah ngobrol di sekolah ya, ngapain ngindariin."

"Please!!!" mohon Prilly.

"Ngapain sih lo ngindariin dia, gara-gara dia dekat sama Raquel? Bukannya itu udah dari dulu ya?" tanya Vanya bingung.

"Udahlah ke kantin aja," Vanya menarik Prilly yang masih memohon padanya tak diperdulikan.

***

Prilly menatap kesal pemandangan dihadapannya. Apalagi kalau bukan kemesraan Raquel dan Ali. Walau ia sadar Ali sangat risih tapi tetap saja membuat darahnya mendidih. Raquel dengan genitnya bergelayut manja ditangan Ali.

Ali melepas tangannya dari Raquel cepat saat menatap Prilly. Tahan Li lo ga boleh manggil Prilly batin Ali berkecambuk.

"Kamu kenapa?" tanya Raquel menatap arah tatapan Ali.

"Oh, si kutu buku," ucap Raquel santai.

"Jaga ucapan lo ya," ucap Ali kesal.

"Emang kenapa, benar kan?" tanya Raquel lagi. "Cewe kaca mata, yang bisanya baca buku diperpustakan, apanya sih yang menarik?" ucap Raquel membuat Prilly berlalu meninggalkan tempat tersebut.

Ali menatap kepergian Prilly. Ia langsung menyentakkan tangan Raquel.

"Sakit Li."

"Bagus kalau sakit, berarti lo masih manusia," ucap Ali kasar.

"Lo kenapa sih belaiin dia, diakan cuma tetangga," ucap Raquel kesal.

"Dia lebih dari itu bagi gue!" teriak Ali kesal membuat seluruh penghuni kantin menatap mereka.

"Lo ga bisa suka gue, daripada dia yang ga perduli sama lo," ucap Raquel hampir terisak.

"Lo jadi cewe ga usah ngemis-ngemis cinta kenapa sih," ucap Vanya menatap geram drama dihadapannya dari tadi.

"Dengar Raquel, gue ga akan mau sama lo, karena lo bukan dia,"ucap Ali meninggalkan kantin sedangkan Vanya yang mendengar kalimat tersebut sempat terpana. Apa ia harus memberitahukan pada Prilly. Jangan lebih baik jadi rahasia dirinya saja tawa jahat Vanya membuat orang-orang menatapnya ngeri.

***

Sudah hampir dua bulan Prilly tak berbicara pada Ali. Ujian nasional pun sudah berlangsung, perpisahan anak kelas 3 akan segera berlangsung. Prilly menatap kosong, apakah hubungannya dengan Ali akan berakhir tanpa penjelasan seperti ini. Ali pun tak menyapanya seperti biasa. Dulu Prilly tak akan risau jika menjauhi Ali karena pasti Ali yang akan mencarinya. Mungkin omongan Raquel waktu itu memang benar. Ia menjauhi Ali karena permintaan Raquel. ia berharap Prilly tak menyapa atau berbincang karena Prilly tetangga yang tak dianggap. Prilly masih mengingat ucapan pedas gadis tersebut. Mungkin memang benar kalau Ali menjuluki Raquel sebagai Medusa.

Dari dalam perpustakaan Prilly dapat melihat Ali sedang berbincang dengan Vanya. Apakah target baru Vanya adalah Ali. Tapi Vanya tahu perasaan dirinya apakah setega itu Vanya menghianati Prilly.

Tanpa disadari Prilly. Vanya dan Ali sudah berada di perpustakaan di hadapan diriinya. "Pril," suara Ali menyadarkan Prilly.

"Gue udah berusaha buat lo ya Pril, jadi jangan sia-siain gue," ucap Vanya berlalu meninggalkan dia dan Ali.

"Bisa bicara sebentar?" tanya Ali akhirnya.

"Iya."

Mereka berdua terdiam, kikuk, entah harus apa yang mereka bicarakan setelah dua bulan tak berbicara dan saling sapa.

"Apa kabar?" ucap mereka bersamaan, mereka tertawa.

"Sebentar lagi kita kuliah, ga nyangka ya," ucap Ali mencoba mencairkan suasana.

"Iya, padahal gue ngerasa masih kecil," ucap Prilly.

"Emang lo kecil," ucap Ali yang langsung ditatap Prilly dengan tajam. "Becanda kali."

"Gue bakal lanjutin sekolah gue di Jerman," ucap Ali tiba-tiba membuat raut wajah Prilly berubah.

"Jerman?"

"Bokap nyuruh gue sekolah bareng Kak Dika," ucap Ali lagi kali ini tak menatap Prilly.

"Oh, sukses ya, kalau mau pergi, pergi aja," ucap Prilly berusaha menahan emosinya yang akan meledak.

"Lo keterima di UI kan, gue tahu lo pasti bisa masuk universitas itu," ucap Ali sekarang menatap Prilly sendu.

"Prom night, lo jadi pasangan gue ya?"

"Kenapa harus gue?"

"Karena aku maunya kamu," ucap Ali serius membuat jantung Prilly berlomba. "Ali apaan sih."

"Aku serius, Pril, aku mau kamu yang nemenin, ga mau tahu malam minggu ini aku jemput," ucap Ali langsung beranjak pergi.

***

Prilly berdiri di cermin dengan gusar. Sekarang ia benar-benar merasakan jantungnya sedang bekerja keras memompa darah dalam tubuhnya mengalir. Bertubuh Ali saja ia panas dingin seperti ini. Apakah ia punya sebuah penyakit berbahaya.

Prilly menghembuskan nafas sekali lagi ketika Mamanya memanggil bahwa Ali sudah dibawah menunggunya.

"Lama banget anak mama, udah ditunggu sama pangerannya," ucap Mama Prilly usil saat melihat Prilly turun.

"Maaa, apaan sih!"

"Ga nyangka lo mama, kalian sekarang udah gede."

"Iya donk, masa iya Ali sama Prilly kecil terus, tan?" tanya Ali dengan senyum manisnya.

"Mama kalau dengar nama panggilan kalian jadi ingat artis couple yang lagi booming itu tau gak?"

"Siapa?" tanya Ali dan Prilly bersamaan.

"Siapa lagi, ya Aliando dan Prilly lah!" seru Mama Prilly greget.

"Mungkin Ali dan Prilly memang ditakdirkan bersama kali ya?" ucap Mama Prilly membuat pipi Prilly tiba-tiba memanas.

"Mama, apaan sih, udah sana masuk," ucap Prilly cepat mendorong mamanya.

"Mama tunggu kabar baiknya ya," bisikkan Mama Prilly membuat Prilly semakin salah tingkah.

***

Mobil Ali berhenti diparkiran sekolah. Ia menatap Prilly yang sedari tadi menundukkan kepalanya. "Cantik," ucap Ali membuat Prilly menoleh.

"Apa Li?"

"Sorry ga ada siaran ulang," ucap Ali santai.

"Ih, apaan sih, SCTV award, Panasonic Award, Malam gempita, bahkan GGS aja ada siaran ulang, masa lo ga ada sih?" tanya Prilly kesal.

Ali tertawa mendengar ucapan Prilly. "Wah, jadi nonton GGS pasti bareng mama kamu ya?" tanya Ali dengan tawa renyahnya.

"Kenapa lepas kacamatanya?" tanya Ali mengalihkan pertanyaan Prilly walau masih dengan tawanya.

"Emang ga boleh, jelek ya?" tanya Prilly khawatir.

"Nggak, lo malah bakal bikin cowo satu sekolah bertekuk lutut sama lo," ucap Ali keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Prilly.

Prilly sempat tersenyum mendengar kalimat Ali.

~

Ali tersenyum sambil membawa Prilly dalam gandengannya. Raquel menatap mereka penuh dendam. Bagaimana mungkin Ali mengandeng seseorang yang jauh dibawah dia?

"Lo turun selera ya Li?"

"Apa maksud lo?"

"Ya, maunya sama itik yang jadi angsa," ucap Raquel menatap Prilly dari atas kebawah.

"Jaga ucapan lo ya," ucap Ali kesal.

"Emang benar kan?" Prilly melepas genggaman Ali dan berlari keluar.

"Lo jangan sembarangan ngomong ya," ucap Ali menahan emosinya meledak di malam perpisahan sekolahnya.

"Ada yang salah dari ucapan gue?"

"Ada, pertama gue ga ada hubungan apa-apa sama lo, kedua Prilly jauh lebih cantik dari lo, ketiga dia ga sesombong lo, dan keempat Prilly jauh dan jauh lebih baik dibandingin sama lo," ucap Ali remeh dan berjalan pergi menyusul Prilly.

~

Ali menangkap tangan Prilly cepat. "Lepas, Li!" isak Prilly.

"Ga, gue ga akan ngelepasin lo, cukup sekali gue ngelepasin lo gitu aja hanya gara-gara Raquel," ucap Ali, ia menyesal tak menghibur Prilly waktu masalah dikantin yang membuat ia mendiamkan Prilly selama dua bulan.

"Raquel memang benar, gue ga cantik!"

"Lo cantik, lo lebih cantik dari siapapun Pril!"

"Tapi..."

"Lo ga usah dengan ucapan Raquel yang iri sama lo, banyak banget anak basket yang naksir sama lo, tapi ga pernah gue biarin mereka dekatin lo," ucap Ali memberi pengakuan.

"Maksudnya?"

"Karena gue sayang sama lo, lo tahu kan, gue tahu lo dekat sama Raka, tapi..."

"Raka?"

"Iya, Raka lo dekat sama dia kan?"

"Apaan sih, ga lah, Raka itu.." ucap Prilly yang langsung dipotong oleh Ali. "Udah, jangan dibahas, bahas kita aja."

Ali menggeram kesal, ia bingung harus mengucapkan apa. Ia menarik nafas panjang. "Oke!"

"Kita memang ga pacaran, tapi lo teman hidup gue!" ucap Ali yang membuat Prilly mengernyit bingung.

"Teman hidup ngerti kan, bukan nikah juga sih maksud gue, tapi menurut gue hubungan kita udah lebih dari pacaran," ucap Ali akhirnya.

"Jadi," tanya Prilly jahil.

"Ya, gitu!" ucap Ali malu.

"Semua adalah pertama dan kita belajar bersama dalam hubungan kita, tanpa perlu diperjelas," Prilly menutup mulut Ali dengan jarinya agar Ali tenang.

"Ya, aku ngerti," ucap Prilly memegang kedua tangan Ali.

Ali tersenyum. Ia mendekatkan wajahnya pada Prilly seakan mengerti Prilly menutup kedua matanya. Ali tersenyum melihat reaksi Prilly. Haruskah ia mengerjai Prilly. Ali menghilangkan pikiran usilnya dan kembali mendekatkan wajahnya pada Prilly. Bibirnya menyentuh bibir Prilly hanya berlangsung beberapa detik tapi mampu membuat jantung keduanya berdegup kencang dan seperti hampir keluar dari tempatnya. Wajah mereka masih berjarak beberapa senti Ali menyatukan kepalanya dan tertawa bahagia bersama Prilly.

Dari kejauhan Vanya melihat pertunjukkan menarik, ia sempat mengabadikan momen berharga tersebut. Vanya tersenyum.

"Vanya lo disini, gue cariiin dari tadi?"

"Raka, lagi asik lihat pemandangan, yuk masuk," Vanya mengandeng Raka masuk ke dalam ruangan lagi.

***

Prilly menutup mukanya dengan tangannya, sedari tadi Vanya menggodanya dengan mengirim fotonya dengan Ali sedang... tak perlu diucapkan, itu benar-benar membuat Prilly malu.

"Pril," panggil Mama Ali.

"Iya, tan," jawab Prilly.

"Ali kayaknya mau ngobrol berdua sama kamu tuh!"

Ali tersenyum sambil memanggil Prilly mendekat dengan tanganya.

"Jeng kita akhirnya jadi besan!" seru Mama Prilly bahagia.

"Mama!" teriak Prilly kesal membuat ia malu saja.

"Ga apa-apa sayang, tante memang dari dulu nunggu Ali deketin kamu, kalau dia macam-macam di luar negeri, tante yang akan beresin semuanya," ucap Mama Ali menepuk bahu Prilly.

Prilly menggelengkan kepalanya melihat kedua ibu-ibu yang asik berbicara tanpa menggubris Prilly yang sedari tadi memasang wajah melas. Kedua Ayah mereka hanya tertawa. Makanya ia sangat tak setuju jika bersama Ali, akan membuatnya malu saja. Ali menarik tangan Prilly untuk menjauh dari kerumunan.

Ali menarik Prilly duduk dibangku. Mereka duduk bersebelahan tanpa tahu harus mengucap apa.

"Pril, gue pergi ya?"

"Ya, pergi aja."

"Lo mau nunggu gue kan?"

"Asal kuliah lo ga sampe belasan tahun gue mau nunggu lo," ucap Prilly membuat Ali tertawa.

"Awas, gue dengar gosip lo jalan cowo," ucap Ali tanpa menatap Prilly.

"Masa ga boleh sama sekali?" tanya Prilly kesal.

"Boleh, asal ada temannya," ucap Ali sambil tersenyum manis.

"Gue nyaman sama lo dan itu ga akan gue dapat di mana pun," ucap Ali kali ini serius.

Prilly tersenyum. Ali merogoh sakunya mengeluarkan sebuah kotak kecil seperti tempat perhiasan.

"Nih, buat kamu, jangan dibuka sebelum aku naik ke pesawat," ucap Ali menyerahkan kotak cincin tersebut.

"Ga romantis banget sih!" seru Prilly.

Ali tersenyum melihat wajah kesal Prilly. Saat melihat kedua orang tua mereka datang menemukan mereka. Ali segera berdiri.

"Ali udah siap?" tanya Papa Ali melihat jam sudah menunjukkan waktu keberangkatan.

"Udah, Pa," ucap Ali santai sambil tersenyum pada Prilly.

"Om, tante, Ali pamit ya."

"Ma, Pa, Ali pergi ya."

"Tupai, gue pergi ya, hati-hati kalau ga ada gue," ucap Ali sambil mencubit kedua pipi Prilly.

Ali berjalan menjauh. Prilly tersenyum sambil membuka kotak cincin yang diberikan Ali. Hanya ada kertas kecil di dalam kotak tersebut. Prilly membuka kertas tersebut tanpa memperdulikan Ali yang sudah agak jauh didepan.

Kejebak! Pengen banget ya dilamar? Kalau mau cincinnya.
Aprillya Larrisa harus nunggu Farel Ali Pratama selesai study!

Prilly menggerutkan keningnya kesal. "Aliiii!" teriak Prilly membuat orangtuanya dan Ali terkejut.

"Nyebelin, awas kalau lo balik Indonesia!" teriak Prilly sekali lagi.

Sedangkan Ali tertawa mendengar suara gerutuan Prilly. Cincin yang ia seharusnya berikan pada Prilly berada dijari kelingkingnya. Ia mencium cincin tersebut dan tertawa saat mendengar suara Prilly yang masih menggerutu kesal.

Walau masih coming soon jadi istri Ali, tetap tunggu aku ya tupai kesayangan!

~ FINISH~ 

Continue Reading

You'll Also Like

72.6K 11.5K 16
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...
6.2K 770 16
"Jangan pernah hina anak ku..! dan mengatakan yg tidak-tidak karena kalian tidak pernah tau apa yg sebenarnya terjadi" (ANDINI...
169K 12.2K 53
[PRIVATE RANDOM] silahkan follow untuk melihat ✌ Bagaimana jika kebencian itu terkikis oleh sebuah rasa yang bahkan mereka abaikan . Akankah mereka...
397K 40.5K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...