Beautiful Darkness

By miranda_arun

7.7K 2.1K 816

Kehidupan Trisa berbeda semenjak dirinya masuk SMA favorit. Persaingan ketat yang melelahkan justru membuat g... More

Prolog
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28

Bab 19

164 31 3
By miranda_arun

I start to say, "I think I love you." But I make no sound.

(One Direction - Stole My Heart)

Trisa tampak sibuk memilah warna dari beberapa benda yang asing baginya. Asing karena masih bisa dihitung berapa kali ia memakai benda tersebut dalam hidupnya-padahal benda itu seringkali ia temukan.

Untuk melengkapi penampilan, gadis itu berniat memakai polesan bibir. Tentu saja, ia terinspirasi dari Sarah.

"Pasti Kakak bawa warna yang natural ke kos-an deh." Cetus Trisa sok tahu.

Meja rias Raisa kini sudah tidak tertata lagi. Tisu sudah bertebaran dimana-mana. Jika kalian ingin tahu, Trisa mencoba semua warna dari perwarna bibir yang ia temukan, lalu menghapusnya kembali dengan tisu.

"Nah! Ini kayak punya Sarah waktu itu!" Trisa mengangkat liptint yang warnanya mengarah pada nude, namun tidak terlihat pucat. Air muka yang ditampilkan gadis itu kelewat senang, seakan baru saja menemukan mesin pemutar waktu kepunyaan doraemon.

Dengan hati-hati, Trisa mengoleskan liptint tersebut pada bibirnya. Cukup. Polesannya sangat tipis, bahkan tidak terlihat. To be honest, Trisa tidak percaya diri untuk memakai warna bibir. Selain tidak percaya diri, bibirnya juga terasa tidak nyaman kendati belum terbiasa.

Ia berdiri di depan kaca lemari yang tingginya melebihi tinggi tubuhnya untuk memerhatikan penampilannya sekali lagi. Kaus putih garis-garis merah muda, celana putih, dan tidak ada dandanan apapun untuk rambut-diuraikan begitu saja. Penampilan ceria pada Trisa yang polos.

Tadi Rama menelepon, omong-omong. Katanya, ia menunggu di ujung gang rumah Trisa. Walaupun Trisa sudah bersikeras untuk menyuruh berangkat sendiri-sendiri, Rama lebih bersikeras lagi. Memang, pada dasarnya gadis itu lemah kalau sudah berdebat masalah seperti ini.

Arga Ramadhani : Aku lagi nunggu di depan minimarket gang lo

Arga Ramadhani : Gue*

Arga Ramadhani : Jangan lama-lama. Biasanya cewek lama karena dandan. Lo gak usah dandan udah cantik

Kedua sudut bibir Trisa mengangkat secara alami saat membaca pesan itu. Rama selalu saja salah ketik. Yang seharusnya 'gue' jadi 'aku'. Namun Trisa yakin, itu hanya kepura-puraan semata. Senyumnya lebih mengembang saat si lelaki memuji dirinya cantik.

Trisa sudah mengetik rangkaian kata candaan yang mengungkapkan rasa terimakasih karena pujian itu, tapi ia menghapus ketikkannya setelah satu pesan muncul.

Arga Ramadhani : Gue bilang lo cantik tanpa dandan, biar lo gak usah dandan terus langsung cus kesini. Hehe

Trisa Ramadhanty : Rese lo!

Trisa Ramadhanty : Otw.

Tetap saja. Sebanyak apapun bunga yang berkembang di dalam hatinya, sebanyak apapun kupu-kupu yang beterbangan di dalam perutnya, Trisa masih gengsi untuk menampilkannya terang-terangan pada Rama. Ia lebih memilih untuk sembunyi dibalik kepribadiannya yang suka senyum-senyum begajulan, dan menampilkan kepribadiannya yang lain, yaitu ; sok cuek.

***

"Plis, cover film nya aja udah serem. Gue gak suka ah sama horror." Trisa mendumal saat Rama memberi saran untuk menonton film horror dari negara barat yang sedang booming.

"Tapi gue suka." Balas Rama. "Sama kamu." Lanjutnya.

Trisa melotot. Masih bisa-bisanya anak itu modus.

"Eh, mulutnya bandel!" Tukas Rama sambil menutup mulutnya sendiri.

Rama tidak tahu, kupu-kupu di dalam perut Trisa kian sibuk beterbangan.

Trisa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Yaudah jadi nonton apa? Gue gak suka horror--"

"Dan gue gak suka romance." Sambung lelaki yang memakai jaket boomber hitam.

Dalam hati, Trisa menyayangkan itu. Rama tidak suka romance. Padahal, ia berencana akan memilih film romansa yang diadaptasi dari novel favoritnya. Bukan karena mau modus, tapi memang tidak ada film yang menarik lagi.

Trisa dan Rama diam untuk sejenak. Keduanya melihat antrean yang tidak terlalu panjang. Kendati sudah sore. Biasanya kebanyakan orang menonton pada siang hari, jadi antrean terlihat lenggang untuk saat ini.

Sepasang bola mata milik Trisa menatap jadwal film yang akan diputar hari ini. Ada satu judul film animasi.

"Dan gue gak begitu suka animasi."

Tanpa disangka, mereka mengucapkan kalimat itu secara bersamaan.

Dan begitulah, akhir dari perbincangan mereka sebelum keduanya duduk di dalam teater, tepatnya berada di tengah agak kebawah dari semua row. Hanya dua bangku itu yang paling strategis saat Rama memesan tiket. Selebihnya sudah terpesan.

Mata Rama disapukan ke sekelilingnya. Pengunjung mayoritas adalah anak dibawah umur yang ditemani orang tuanya. Rama tidak menyangka pada akhirnya akan seperti ini. Ini bukan yang Rama rencanakan sedari awal.

Trisa menahan tawanya menyadari mereka berada di antara lautan anak kecil yang didampingi orang tuanya. Ini bukan yang Trisa bayangkan sedari awal. Tapi ia cukup senang.

Saat kepala Trisa menoleh ke samping kiri, ia langsung bertatapan dengan Rama. Detik itu juga, gadis itu memecahkan tawanya. Rama bingung melihat reaksi gadis di sampingnya. Tapi ia juga tidak bisa berbohong, kalau dirinya tengah menahan tawa.

"Ikan yang biru serem, Bunda. Aku gak mau nonton lagi!" Keluh gadis kecil di samping Rama. Bibirnya sudah dimanyunkan kedepan, tanda tidak suka. Mungkin umurnya sekitar lima tahun.

"Film nya baru mulai, nak. Masa' mau keluar? 'Kan kamu yang milih filmnya." Ibunya membalas.

"Kata Alika sama Lulu, film nya enak. Jadi aku mau nonton. Tapi malah serem. Mereka bohong!" Teriak si anak kecil.

Rama dan Trisa yang menonton jadi tidak fokus. Pikirannya malah salah fokus, jadi lebih fokus ke anak kecil di samping Rama. By the way, banyak kata 'fokus' di sini.

"Dia gak serem, Adik manis. Dia ikan yang baik. Nanti dia nolongin teman-temannya. Tuh, yang belang-belang orange nanti ditolongin. Yang biru jagoannya. Dia baik, gak jahat, dan gak serem."

Trisa dan Ibu dari anak itu memusatkan pandangannya pada kedua orang di tengah mereka. Trisa baru tahu, Rama memiliki sisi malaikat untuk anak kecil.

Alhasil, anak kecil yang mendapat pencerahan dari Rama dan ibunya tidak jadi keluar teater.

"Tris."

Jarang sekali kata itu keluar dari mulut Rama. Dan rasanya...aneh.

"Hm." Trisa menanggapi acuh tak acuh.

Rama mendekatkan kepalanya pada telinga Trisa. "Ikan yang biru beneran nolongin yang orange gak si?" Rama berbisik, khawatir didengar anak kecil di sampingnya.

Trisa langsung menengok. Dan jarak mereka kini hanya menyisakan lima centimeter. Iris cokelat tua bertemu dengan iris hitam pekat milik Trisa.

Keduanya langsung menghalingkan pandangan satu sama lain mengetahui keadaan canggung.

"Ram."

Jarang sekali kata itu keluar dari mulut Trisa. Rama yang mendengarnya merasa...aneh.

"Yang orange sama biru punya nama. Yang orange Nemo, yang biru Dory. Kalau soal Dory nolongin Nemo, mana gue tau. Berarti tadi lo ngomong ke anak itu ngasal ya?" Trisa memasang tatapan jahilnya.

Sedangkan Rama menyengir kuda.

"Bunda, kata pacarnya kakak itu, kakak yang tadi ngasal. Dia bohong! Dia sama aja kayak Alika sama Lulu, tukang bohong! Pokonya aku mau keluar!" Pinta anak kecil itu dengan suara melengking.

Rama sudah tidak tahan lagi. Ia mengacak-acak rambutnya frustasi sebelum berkata, "Ya ampun dek, lo PMS ya?" Tanya Rama setengah berteriak.

Semua orang yang tengah menikmati film dari row nya masing-masing langsung merasa risih dengan kekacauan kecil dari arah Rama. Selama ini, penonton telah bersabar melihat keributan kecil yang bersumber dari empat bangku itu. Tapi sekarang, tatapan sinis merasa risih dari beberapa orang tertuju pada Rama dan sang anak kecil.

"Anjir, Rama!" Meski niatnya ingin memarahi Rama, tapi Trisa malah tertawa setelahnya.

Rama menengok ke arah Trisa polos. Lalu saat lelaki itu mendengar tangisan dari sampingnya, lantas ia menengok. Dan Rama sangat menyesal menengok.

Karena dengan menengok, pipinya mendapat hadiah tamparan dari ibu anak itu.

Trisa melihat Rama prihatin, tidak terima dengan perilaku si ibu. Tapi ia tidak bisa berbohong kalau dirinya ingin tertawa untuk kesekian kalinya. Apalagi melihat ekspresi Rama yang polos seperti anak bayi.

Dan seisi teater mengabaikan film di layar, lebih tertarik menonton drama yang dibintangi Rama.

***

Malam harinya, Trisa sulit tertidur. Pikirannya terus melayang pada kejadian hari ini.

Rasanya mengantuk, namun tidak bisa tidur. Dan Trisa tidak terlalu berusaha untuk terlelap. Ia senang dengan perasaan ini. Perasaan yang membuat senyumnya terus mengembang.

Ia sendiri bingung. Mengapa menyukai seseorang mudah sekali baginya. Terlebih Rama bisa dibilang orang asing. Lelaki itu seperti orang baru dalam lingkaran hidupnya. Trisa masih tidak tahu asal-usulnya.

Hanya bertemu, berkenalan, dekat. Sesingkat itu. Akhir-akhir ini hidupnya terasa seperti cerita wattpad yang sering dibacanya kala novelnya habis.

Satu lagi. Trisa senang saat anak kecil di dalam teater tadi mengatakan "Bunda, kata pacarnya kakak itu, kakak yang tadi ngasal."

Trisa memutuskan untuk menyalakan musik dari ponselnya. Dan bibirnya ikut melantunkan setiap liriknya.

And then you're on your very first date.
And he's got a car.
And you're feeling like flying.

And you're momma's waiting up.
And you think he's the one. And you're dancing 'round your room when the night ends.
When the night ends.

Cause when you're fifteen.
And somebody tells you they love you.
You're gonna believe them.


A/N:
Yak, aku tau cerita ini terlalu bertele-tele. Banyak chapter yang kesannya 'gak penting'. Tapi aku emang sengaja buat kek gini gais 😂. Chapter yang gak penting sebenernya penting, untuk jembatan ke chapter selanjutnya. Okesip, gue pusing ngetik kata 'chapter' terus.

Teenfict ini sebenernya sengaja untuk bacaan ringan di beberapa chapter awal, yang gak perlu banyak mikir atau emosi. Chapter awal loh ya. Hehe. Masih banyak adegan yang aku simpen buat klimaks.

Waa aku ngepost ini tepat 00:00 1 januari 2017 *okegapenting*

By the way, Happy New Year 2017!

Love,
Miranda Arun
(Ms. Mendes)
(Ms. Sivan)
(Ms. Dallas)
(Ms. Gilinsky)
(Ms. Grier)
(Ms. Sangster)
(Ms. Hood)
(Ms. Whitesides)
(Ms. Espinosa)
(Ms. O'Brien)
(Ms. Malik)
(Ms. Carpenter)
(Ms. Efron)
(Ms. Styles)
(Ms. Johnson)
(Ms. Hutcherson)
(Ms. Garrix)

Continue Reading

You'll Also Like

3.7M 175K 64
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...
RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.7M 226K 68
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
4.5M 269K 62
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
268K 3.5K 9
INTINYA JN HAREM BERMEKI/BERMEMEK ONLY ONESHOOT OR TWOSHOOT. BXB AREA‼️ JENO : SUB JAN SALPAK SALPAK? JAUH² SNA MOHON BIJAK DLM MEMBACA. HOMOPHOBIC G...