PEKA [BTBS - 1]

Oleh paradoksberjalan

14.1M 74.7K 3.8K

[Sudah terbit oleh Grasindo] OPEN PO MULAI TANGGAL 3-10 MARET DAN BEBERAPA PART SUDAH DIHAPUS Highest rank : ... Lebih Banyak

part 1
part 2
part 3
info
YANG NANYA PEKA KENAPA BELUM ADA DI TOKO BUKU
perkembangan novel PEKA (1)
Perkembangan Novel PEKA Step 2
OPEN PO
Tutorial Pemesanan PEKA (PRE ORDER)
GIVE AWAY

prolog

751K 21K 1.2K
Oleh paradoksberjalan

PROLOG

Brak!

Vanya menutup pintu mobilnya dengan kasar hingga menimbulkan dentuma yang kencang—membuat beberapa pejalan kaki menatapnya dengan tatapan bingung. Vanya melirik jam tangan pink yang melingkar di pergelangan tangannya dan sialnya, lim abelas menit lagi, OSPEK di kampusnya akan dimulai. Sialan. Mobilnya mogok di tengah jalan, tidak sempat sarapan karena takut terlambat di hari pertamanya menjadi mahasiswa dan sekarang dia tidak menemukan kendaraan umum yang bisa membantunya untuk bisa sampai ke kampusnya. Menyebalkan, bukan? Hari pertama saja sudah sial seperti ini apalagi besok?

"Hufttt...telfon Azka juga nggak bakalan direwes.Tuh, anak 'kan kebo akut." Gerutunya dan dengan cepat langsung menghubungi montir langganannya supaya nanti membawa mobilnya ke rumahnya. Vanya mengambil beberapa barang yang dibutuhkannya lalu setelah mengunci pintu dan jendela, pilihannya hanya satu yaitu, berlari atau akan terlambat dan mendapatkan hukuman dari seniornya.

Beruntung saja kampusnya tidak berada jauh dari tempat dimana mobilnya mogok. Vanya berusaha mengabaikan beberapa pasang mata yang menatapnya dengan tatapan bingung. Ditambah dengan penampilannya yang bisa dikatakan 'aneh' karena beberapa atribut OSPEK yang harus dipakainya.

Tin...tin....

Vanya menghentikan langkahnya ketika sebuah motor ninja hitam berhenti di sampingnya. Tanpa membuka helm full facenya dan hanya membuka kacanya sedikit, Zio memerhatikan Vanya yang tengah mengatur nafasnya.

"Butuh tumpangan?" tanyanya membuat Vanya sontak kaget dan langsung menatap ke arah Zio yang tengah menatapnya datar. Tatapan dingin yang selalu menjadi ciri khasnya.

"Em...nggak usah deh. Udah deket juga. Duluan aja daripada lo telat." Jawab Vanya berharap kalau pencitraannya membuat Zio memaksanya agar satu motor dengannya ta[pi, sepertinya ekspetasi hanyalah ekspetasi saja. Zio menganggukkan kepalanya lalu menyalakan mesin motornya dan melesat pergi sekencang pembalap internasional.

"Ih, dasar cowok nggak peka! Pantesan lo jomblo mulu! Dikodein aja nggak peka!" umpat Vanya cukup kencang hingga mendapat kekehan kecil dari beberapa pejalalan kaki. Dengan wajah yang ditekuk, Vanya kembali melanjutkan lari maratonnya dan lima belis setelahnya, matanya berbinar melihat gerbang kampusnya yang masih terbuka walaupun sedikit. Beberapa mahasiswa baru yang terlambat juga tampak terburu-buru saat memasuki gerbang dimana para senior mereka berjaga dengan tatapan tajamnya.

"Eh, lo ngapain matung disana?! Buruan, masuk! Telat juga masih matung!" teriak salah satu senior perempuan membuat Vanya tersentak kaget. Mendengus kesal dan kaki jenjangnya membawa Vanya masuk ke kampusnya dan langsung menuju ke lapangan untuk berkumpul dengan para sahabatnya yang sudah melambaikan tangan ke arahnya—mengajaknya untuk bergabung bersama mereka.

"Nggak ada yang nyuruh lo gabung sama temen lo. Lo itu terlambat dan barisan buat mahasiswa terlambat itu ada di sebelah timur bukan di barat!" lagi-lagi Vanya hanya bisa mendengus pelan ketika kakak senior yang tadi meneriakinya, kini kembali berujar dengan nada ketus padanya.

"Cantik-cantik ketus amat. Nggak punya pacar tau rasa lo." batin Vanya.

"Lo budeg atau gimana sih?! Gue udah bilang barisan mahasiswa terlambat di sebelah barat bukan di—woi! Gue belum selesai ngomong sama lo ya! Dasar junior songong!" Vanya langsung saja melengos pergi tanpa memedulikan teriakan senior tadi dan langsung menuju lapangan luas sebelah barat dimana sekitar dua puluh mahasiswa baru yang terlambat.

Mata Vanya membulat ketika mendapati Zio masuk dalam barisan itu. Harusnya Zio tidak terlambat mengingat tadi cowok itu naik motor dengan kecepatan tinggi.

Vanya segera berbaris di sebelah perempuan dengan rambut sebahu yang sedikit bergelombang dan berkacamata. Dari penampilannya saja Vanya sudah bisa menebak kalau gadis itu adalah kutu buku yang pendiam. Tidak mau memedulikannya, Vanya kembali menatap ke depan dimana beberapa senior tengah saling berbisik seperti merencanakan sesuatu.

"Hai, nama gue Sesil. Lo?" gadis yang Vanya klaim sebagai kutu buku yang pendiam tadi, tiba-tiba langsung mengulurkan tangannya dengan senyuman manisnya ke arah Vanya.

Vanya menjabatnya lalu tersenyum "gue Vanya. Lo telat juga?" gadis itu mengangguk.

"Gue telat gara-gara kena macet. Gue udah ngasih tau sih, ke senior pas di gerbang tadi kalau gue telat gara-gara macet tapi, mereka bilangnya nggak menerima alasan dalam bentuk apapun sekalipun alasan itu benar. Ckck...lucu banget deh. Pengen gue cakar rasanya." Cerocos Sesil.

Vanya terkekeh "gue telat gara-gara mobil gue mogok di tengah jalan. Ternyata lo anaknya bawel juga ya soalnya gue sempet ngira lo anak yang pendiam dan kutu buku gitu haha."

"Kutu buku? Err...denger kata buku aja gue udah alergi haha. Gue nggak suka baca buku kalau nggak dipaksa."

Vanya tertawa kecil dan saat akan membalas perkataan Sesil padanya, suara senior yang cetar membahana menghentikan aksinya.

"Perhatian semuanya! Karena kalian adalah mahasiswa yang terlambat di hari pertama OSPEK, jadi, gue disini bakalan ngasih kalian hukuman. Yang lak-laki cabutin rumput di lapangan dan harus pas lima ratus, terus masukin ke karung yang udah dibagi sama senior lain. Dan yang putri mungutin daun dan jumlahnya harus genap lima ratus. Kalo nggak, hukumannya bakalan lebih parah. Ngerti?!"

"Ngerti...." sejujurnya jawaban itu terdengar sangat loyo seperti orang yang tidak diberi makan selama tiga hari.

"Yaudah! Kalian bisa bubar dan laksanakan hukuman kalian! Jangan coba-coba kabur karena senior yang lain bakalan terus ngawasin kalian!"

Mereka mulai berpencar dan melaksanakan hukuman masing-masing. Zio dengan asal-asalan mencabuti rumput dan memasukkannya dalam karung. Cio dan Nicko yang masuk dalam barisan mahasiswa terlambat juga tidak kalah kesalnya ketika harus mendapat hukuman konyol seperti sekarang.

"Kayaknya hidup gue banyak dosa. Nggak di SMP, SMA dan sekarang di kampus aja dikasih hukuman mulu." Celetuk Nicko.

Cio terkekeh kecil "itu artinya banyak yang sayang sama lo, bro. Sampe hukuman aja sayang sama lo makanya nggak mau jauh dari lo haha."

"Otak Anda sudah melebihi kepintaran profesor disini rupaya."

"Si anying hahaha...."

Zio hanya menggelengkan kepalanya heran. Lagi-lagi dia satu kampus dan fakultas dengan empat cecunguk pembuat gaduh. Siapa lagi kalau bukan Nicko, Cio, Vigo dan Keylo yang mengambil jurusan yang sama dengannya yaitu, bisnis. Sementara Aldi mengambil jurusan pertanian. Suatu keajaiban kalau Keylo dan Vigo tidak masuk dalam barisan mahasiswa terlambat hari ini. Mungkin duo ayan itu punya cara jitu untuk menyusup masuk ke kampus supaya tidak terlihat kalau mereka terlambat. Menakjubkan.

"Heh! Kalo ngerjain hukuman tuh yang bener! Nggak usah banyak bacot supaya cepet kelar!" seru seorang senior perempuan sambil bersidekap dada memandang tajam ke arah Nicko dan Cio.

"Perhatian banget sih lo jadi senior. Jangan terlalu perhatian sama kita. Entar pacar gue cemburu. Nih, sebelah gue sama Zio lagi jomblo. Mending lo ngasih perhatian lo ke mereka aja." Jawab Nicko santai.

"Songong banget ya lo jadi junior!"

"Lah? Situ aja yang mancing emosi."

Zio memutuskan untuk menjauh dari tempat dan kembali melaksanakan hukumannya. Dua temannya yang masih adu bacot dengan senior, kini sudah ikut menyusulnya sambil menggerutu kesal melaksanakan hukumannya.

"Hai. Gue Anggun. Lo?" seorang senior perempuan yang berbeda, menghampiri Zio sambil mengulurkan tangannya tapi, Zio tidak menggubrisnya dan tetap melanjutkan hukumannya mencabuti beberapa rumput yang sebenarnya sudah dipangkas dengan rapih oleh tukang kebun disini.

"Hellowww...gue nanya nama lo siapa ya. Gue nanya sama manusia bukan sama patung." Ujarnya lagi dan Zio tetap bergeming.

Nicko terkekeh "makanya jangan kegenitan kalo jadi cewek." Celetuknya.

"Eh, gue nggak ngomong sama lo ya!" ketus Anggun sambil berkacak pinggang.

"Dih, pede. Gue ngomong sama rumput juga." Jawab Nicko santai sementara Cio sudah tertawa ngakak di sampingnya.

"Gila." Gumam Anggun lalu kembali menatap Zio dengan tatapan kagum sambil sesekali mengerlingkan matanya. "oke kalo lo nggak mau jawab siapa nama lo. Gue fakultas kedokteran. Lo?" lanjutnya.

Zio bergeming dan berjalan menjauh untuk menyerahkan karung berisi beberapa rumput yang sudah ia cabuti dan sudah ia hitung berapa jumlahnya. Nicko menepuk pelan pundak Cio mengisyaratkan untuk mengikuti Zio. terlalu niat untuk menjalani hukuman hari pertamanya sebagai mahasiswa disini.

o-o-o

Zio meneguk minumannya lalu kembali fokus dengan game yang ia mainkan di hapenya. Tidak memedulikan teman-temannya yang sedang bercanda tawa entah membahas apa itu, dia tidak tahu dan tidak mau tahu. Begitulah, Zio. dia adalah orang yang cuek dengan lingkungan sekitarnya tapi, cuek bukan berarti tidak peduli. Dia bahkan sangat peduli ketika sahabatnya mengalami kesusahan tapi, sikapnya cenderung banyak diam dan irit berbicara.

Vanya menangkap sosok itu di matanya. Sosok yang selama tiga tahun bahkan hingga saat ini selalu membuatnya penuh dengan rasa penasaran. Siapa lagi kalau bukan Zio. Mungkin banyak cewek yang penasaran dengan sosok Zio tapi, tidak semuanya mampu membuat Zio luluh apalagi sikapnya yang kelewat dingin membuat beberapa cewek yang menyukai harus berpikir ribuan kali kalau ingin melakukan pendekatan pada Zio. Dan Vanya termasuk salah satu dari sekian banyak cewek yang nekat mendekatinZio. Bukan karena Vanya ingin menjadikan Zio miliknya tapi, dia hanya ingin menjadi sahabat Zio. Menjadi seseorang yang selalu dijadikan tempat berbagi oleh Zio. Salahkan rasa penasarannya hingga membuatnya berani mendekati Zio walaupun harus ekstra sabar.

"Gila lah tuh senior pada songong-songong banget pokoknya. Masa iya ngasih hukuman suruh nyambutin rumput lapangan seluas itu terus suruh ngitungin sampe nyampe lima ratus." cerocos Nicko memulai aksi curhatnya.

"Hahahaha...enak Nick? Makanya dong ngikutin kita kepinterannya. Jadinya 'kan lo nggak bakalan kena hukum." sahut Keylo dengan tawanya yang belum reda.

"Nggak usah ketawa lo! Ngeri Key kalo lo ketawa." balas Nicko sewot.

"Haha abisnya gue nggak bisa tahan tawa kalau lihat lo, Zio sama Cio yang kena hukuman sama tuh kakak senior. Gue sama Vigo nggak dong ye."

"Lah iya! Lo berdua emangnya kemana? Wah, sialan banget lo! Gue dan duo cecunguk manusia es pada dihukum malah enak-enakan kabur."

Ya, entah kenapa sifat Cio sekarang nggak ada bedanya dengan Zio. Sama-sama dingin apalagi sama cewek. Mungkin mereka akan sedikit lebih banyak berbicara kalau dengan teman-temannya. Kalau dengan cewek, mungkin hanya sepatah dua kata. Cio berubah menjadi manusia es mungkin karena Zeta yang sekarang tidak lagi tinggal di Indonesia melainkan di New York bersama tante dan om nya. Dan kalau soal Zio yang punya sifat kayak manusia es, itu memang sudah bawaan dari lahir.

"Oh...gue tadi sama Keylo ada di rooftop fakultas Biologi." jawab Vigo santai.

Vanya tidak begitu menanggapi apa yang dibicarakan teman-temannya melainkan hanya memrhatikan Zio yang jarak duduknya sedikit jauh dengannya. Sesekali Vanya mengarahkan cermin yang sengaja di bawanya dari rumahnya. Bukan untuk berkaca saat dandan tapi, untuk melihat ciptaan Tuhan yang paling indah menurutnya yaitu Zio. Biasanya kalau jarak bangku kantin mereka jauh, Vanya akan mengarahkan cermin itu ke arah Zio tanpa sepengetahuan cowok itu lalu dari sana, dia bisa menikmati ketampanan wajah Zio yang selalu menampilkan eskpresi dingin dan datarnya.

"Kok bisa nggak ketahuan?" tanya Nicko cengo. Entah jurus apa yang digunakan oleh kedua temannya sampai bisa lolos dari hukuman para senior tadi.

"Bisa dong. Kita nyempil-nyempil kayak upil sampai akhirnya nyampe juga ke itu rooftop hehe. Makanya lo lepas mulu sih, nggak enak diem. Yaudah, kena hukum kan lo sama senior." jelas Vigo sambil cekikikan llau bertoas ria dengan Keylo.

"Bangga lo bangga." cibir Nicko.

Di meja lain....

"Dia ganteng banget kalau lagi serius mantengin hape." gumam Vanya sambil terus memerhatikan Zio yang tengah serius memandangi layar hapenya. Apa lagi kalau bukan main game.

Gissa terkekeh geli mednegar gumaman sahabatnya "orang kalo lagi jatuh cinta efeknya gitu amat ya. Niat banget tuh sampe bawa kaca segala." celetuknya membuat beberapa temannya yang tadinya asyik menggosip tentang siapa pacar Justin Bieber selanjutnya, akhirnya menolehkan pandangannya ke arah Vanya.

"Yaampun, si Vanya. Kalo suka mah tinggal deketin aja sih, ngapain lo jadi penguntit gitu." sahut Delia.

"Kalau dia gampang dideketin mah udah gue deketin dari kelas sepuluh kali. Sayang banget lah sifatnya itu harus ngebikin gue elus dada mulu. Harus esktra sabar." jawab Vanya dengan pandangan yang masih serius memandangi kacanya.

Memang. Vanya memang suka dengan Zio sejak kelas sepuluh karena dulu, Zio lah yang selalu menyelamatkannya saat akan di bully oleh geng Zeta cs juga geng nya sendiri. Sejak saat itulah Vanya mulai masuk ke fansclub yang bernama Zioners yang memuat berita dan foto-foto ganteng Zio. Lumayan. Bisa cuci mata tiap hari kan? Gratis lagi nggak bayar. Dan Vanya nggak akan pernah menyangka kalau nyatanya perasaannya pada Zio sudah melebihi rasa kagum juga suka sebagai seorang perempuan pada laki-laki tapi, rasa itu sudah tumbuh makin subur menjadi sayang.

"Jangan nyerah Van! Semangat! Nggak bakalan tau endingnya kalau lo nggak nyoba deketin!" Alexa mencoba memberi semangat pada sahabatnya.

Vanya mengangguk lalu menghembuskan nafasnya "yah...semoga aja deh. Eh, btw kalian ada yang punya id line nya Zio nggak? Gue nggak punya abisnya hehehehe...." Vanya menyudahi kegiatannya mengamati Zio dan menolehkan pandangannya pada teman-temannya yang menatapnya dengan tatapan cengo. Gimana caranya pedekate kalau kontak doi aja Vanya nggak punya?

Naya menepuk dahinya pelan "seriusan lo nggak punya id line nya manusia es itu?" Vanya menggeleng polos dengan cengiran khasnya.

"Kok bisa?" tanya Naya heran.

"Kalau lo nggak punya kontaknya doi mah gimana caranya bisa pedekate elah." ujar Delia.

"Lagian kenapa lo nggak minta aja Van? Sekalian modus gitu. Eakkk...." tambah Gissa sambil terkekeh.

"Nih ya, waktu itu gue udah minta tapi, kan waktu gue catet di kertas tuh soalnya gue nggak bawa hape. Dan besoknya gue baru inget kalo ada kertas di saku jaket gue. Pas mau gue salin nama id line nya, kertasnya udah kelunturan karena kena cuci hehehehe...." begitulah Vanya. Cewek yang konyol, ceria, nggak mudah menyerah dan sedikit ceroboh. Ah, nggak. Bukan sedikit ceroboh tapi, memang sudah ceroboh.

"Yaampun Van. Lo kapan sih begonya nggak kambuh sekali aja." ujar Delia sambil menggelengkan kepala seperti orang frustasi.

"Maunya sih, secepatnya sembuh tapi, gimana ya? Kayaknya ceroboh tuh udah mendarah daging dalam diri gue hahahahaha...."

"Hadeh...yaudah nih, gue kasih id line nya manusia es. Mana hape lo?" Vanya segera mengeluarkan hape dari tasnya lalu memberikannya pada Gissa.

Gissa menerimanya dan langsung mengetikkan id line Zio pada kolom pencarian dan setelah ketemu, Gissa menambahkan Zio sebagai teman Vanya di Line. Setelahnya, Gissa mengembailkan hape Vanya dan jangan tanyakan bagaimana eskpresi Vanya saat itu.

"Ah! Makasih banget sista! Lope lope sekilo deh buat lo semua hehehe...eh! Gue mau nanya dong. Zio kenapa ya jadi susah peka gitu? Ya...gue sih, belum pernah ngode ke dia tapi, gue pernah denger dari beberapa cewek yang nekat deketin dan ngasih kode ke dia dan malah nggak dapet respon apa-apa dari Zio. Kenapa ya tuh anak? Masa bawaan lahir juga sih?"

"Uhm...gue pernah denger dari Aldi, katanya Zio susah peka tuh karena Zio belum bisa move on dari masa lalunya. Semacam pernah disakiti sama cewek makanya sampai sekarang dia susah peka." jawab Alexa karena memang Aldi dan Nicko yang paling dekat dengan Zio.

"Sama. Nicko juga pernah bilang gitu sama gue. Kalau nggak salah, mantannya tuh sekolah di Australia sekarang. Nggak tau deh kapan baliknya. Zio katanya udah pacaran dua tahun sama tuh cewek yang setahun lebih muda dari Zio tapi, putus gitu aja nggak tau alasan apa. Mungkin ada alasannya tapi, Zio nggak buka mulut tentang itu." tambah Gissa.

Vanya mulai mencerna sedikit demi sedikit penjelasan dua temannya dan sekarang dia paham kenapa Zio susah peka. Mungkin karena pernah sangat mencintai seseorang tapi, malah dikecewakan makanya dia jadi malas untuk merespon perasaan cewek lain yang bahkan terang-terangan memberikan perhatian padanya bahkan mengakui perasaannya.

"Hmm...berarti gue harus nyari tau tentang masa lalunya Zio ya?" tanyanya meminta solusi pada kelima temannya.

"Iya, bener banget tuh. Dengan lo nyari tau siapa masa lalu Zio, apalagi sampai bisa buat Zio menceritakan semuanya ke lo, gue rasa makin mudah lagi lo deketin dia." jawab Naya setuju.

"Tapi, saran sih, kalau mau Zio buka mulut, jangan terlalu dipaksakan. Maksudnya tuh, lo harus deketin dia perlahan dan buat dia nyaman sama lo sampai akhirnya dia bisa buka mulut tentang masa lalunya ke lo." tambah Alexa.

Vanya tersenyum lima jari "oke. Gue bakalan mulai langkah pertama yaitu, jadi sahabatnya Zio hehehehe...."

.

.

.

================================================================

Tbc

gimana nih prolognya? abal banget ya? hehehe maapkeun guys. oh iya, sorry banget kalau nanti ini cerita KAYAKNYA bakalan slow update. soalnya gue harus mikir idenya dulu part nya isinya apa aja wkwkwk biar sedikit berfaedah walaupun jatohnya malah abal. apalagi gue udh masuk semester dua yg artinya makin banyak ujian, ulangan dan try out huhuhu rasanya pengen cepet-cepet SMA hahahahahaha :v

salam dari bininya Taehyung dan Baekhyun

fyhsxwg

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

2.3M 185K 48
Bercerita tentang sekelompok remaja yang terjebak dalam labirin bernama friendzone. Beberapa dari mereka memilih untuk mencoba melarikan diri dari la...
33.2K 2.8K 54
"Di saat semua terasa samar bahkan untuk sekadar menatap ke depan, ada satu hal yang membuatnya terbang karena terasa begitu jelas, adalah cinta." **...
11.8M 343K 19
[[ Sudah Terbit: Tersedia di toko buku seluruh Indonesia ]] Cantika Adriana, si buruk rupa yang menyukai Revano Prasetya, kakak kelasnya, dan rela me...
6.3M 268K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...