The Bridge To Dreams [Jilid I...

By veraciouSri98

29.6K 5.1K 788

[ROMANCE ACTION FANFICTION] Mimpi buruk itu terus datang. Hari ketika ia kehilangan lelaki yang amat sangat i... More

Prolog
1. Never End
2. My Fear
3. True Hurt
4. Second Life
5. Mask
6. Far
7. Worried
8. Brittleness
9. Our Pains
10. Begin
11. Pretend
12. Demoniac
14. Nightmare
15. At The Last Gasp
16. Endways
17. One Heart
18. Waiving [FINAL CHAPTER]
EPILOG

13. Suffer

1.2K 244 57
By veraciouSri98



Aku mendongak ke langit

Ia marah dan menangis

Lalu muncul pertanyaan dibenakku

Bagaimana caraku menghibur sang langit?

.

.

.


Joohyun dan Hana –Ibu Taehyung- berjalan mendekat menatap Taehyung yang masih dipasangi alat bantu pernapasan dan alat yang menempel di tubuhnya yang penuh perban. Joohyun menatap wajah lelaki itu dalam dan tiba-tiba saja hatinya membuncah menatap wajah tenang itu.

"Aku bisa saja diam dan membiarkan kalian tinggal di sini!" Joohyun berucap membuat Hana menatapnya, "Aku juga akan memaafkan kebohongan imo selama ini. Tapi dengan satu syarat."

"Apa itu?"

"Aku ingin dia menjadi milikku!"

Hana sontak terkejut menatap Joohyun, "Apa maksudmu Joohyun-ah?"

Joohyun tersenyum tipis, "Aku fikir, aku jatuh cinta pada pandangan pertama," ia berbalik menatap Hana, "Kau mengijinkannya, kan?"

Hana menatap gadis itu lembut, "Aku mengijinkannya. Tapi semuanya tergantung Taehyung, apa dia akan menerimamu. Karena yang ku ketahui-" Hana menunduk pelan, "Ia sangat mencintai gadis lain."

"Aku akan membuatnya menghapus kenangan bersama gadis itu!" Joohyun berbalik arah, "Dan aku harap Imo tak akan menghalangiku sedikit pun!" ujarnya lalu berjalan keluar dari ruangan.

Gadis itu menarik napas pelan ketika telah berdiri sedikit jauh dari pintu kamar itu. Ini adalah perasaan aneh yang ia rasakan, namun ia yakin perasaannya tidak salah. Entah karena alasan apa, melihat Taehyung mampu membuat dirinya merasa bahagia. Melihatnya, membuat dirinya ingin mengetahui lelaki itu semakin dalam.

Joohyun berbalik menatap wanita berkacamata yang diketahui sebagai assisten pribadi Lee Hana, ia tampak memainkan alisnya seakan memberi kode agar wanita itu mengikutinya.

Mereka berhenti di ruang baca utama rumah megah tersebut, "Jadi itu anak yang kau katakan?"

"Ya, nona! Dia adalah anak sulung nyonya Hana, Kim Taehyung!"

"Masih memiliki keluarga, berani sekali dia mendekati Ayahku dan membuat Ayahku melupakan Ibuku!"

Wanita berkacamata itu menarik napas pelan, "Apa yang ingin Anda lakukan pada mereka? Bukankah sejak dulu Anda membenci Nyonya Hana?"

Joohyun tersenyum, "Keinginanku untuk menyingkirkannya sangat kuat, tapi dia mengambil peran penting dalam perusahaan ayahku dan semua dewan direksi tampak mendukungnya. Dan sekarang aku fikir, aku sudah menemukan pion kelemahannya. Yaitu anaknya sendiri!"

"Apakah Anda ingin menghancurkan anaknya agar Lee Hana juga ikut hancur?"

Joohyun menggeleng pelan, "Aku tertarik untuk memiliki anaknya, aku punya cara lain untuk menghancurkannya"

"Bagaimana caranya, nona?"

"Kau memiliki koneksi ke korea utara, bukan?"

Wanita itu mengangguk, "Ya, tentu saja. Karena itu Nyonya Lee sangat mempercayai saya mencari tahu informasi tentang anak-anaknya."

"Korea utara tak akan tertarik dengan Hana, tapi mereka pasti akan tertarik dengan Kim Taehyung. Aku ingin berbincang dengan seseorang yang berkaitan dengan kejadian ini, seseorang yang bisa ku ajak kerja sama."

"Itu cukup sulit nona, tapi saya akan berusaha"

.

.

.

Kesalahan terbesarku adalah mencintaimu terlalu dalam.


__The Bridge To Dreams Chapter 13 "Suffer"__


Sinar matahari telah beranjak dari peraduannya. Gadis berponi yang masih berjibaku dengan kegiatan paginya itu tampak tergesa-gesa. Dengan sepotong roti yang masih ia gigit, tangannya sibuk menguncir rambut panjang miliknya.

Ia berjalan menuju ke depan cermin memastikan bahwa keadaannya tak begitu berantakan.

"Bisakah kau menungguku sedikit lebih lama lagi?"

Perkataan lelaki itu kembali terngiang di telinganya, ia menarik napas pelan lalu menarik sepotong roti yang sedari tadi berada di mulutnya. Mengunyahnya perlahan.

"Selama apapun itu, aku akan menunggu. Bahkan jika aku mati saat ini, aku akan menunggumu di kehidupan selanjutnya."

Tangan Sujeong bergerak naik, ia menatap pergelangan tangannya mengamati benda yang terus menggerakkan jarumnya.

"Sial, aku terlambat!"

.

.

.

Mata itu mengerjap pelan dan perlahan terbuka, pupilnya mencoba menetralisir bias-bias cahaya hingga akhirnya penglihatannya semakin jelas. Kedua mata itu melihat sekitarnya, ia mengenali kamar yang ia tempati namun ia merasakan suasana yang berbeda saat ini.

"Kau mengkhianatiku dan itu berarti kau harus siap kehilangan segalanya. Sahabatmu, kekasihmu bahkan Ibumu. Aku dengar sahabatmu Park Jimin akan segera mati, kau ingin tahu bagaimana aku tahu tentangnya? Lagipula ceritanya panjang, akan ku ceritakan lain kali. Lalu, soal kekasihmu, aku fikir aku tak perlu bersusah payah, sepertinya banyak yang mengincarnya. Informasi yang aku terima bahwa ada yang menginginkan kematian Yerim dan mereka akan menyingkirkan orang yang melindunginya, tapi jika orang itu tak berhasil menyingkirkan Sujeong, akulah yang akan membereskannya. Mudah, kan? Dan soal Ibumu, kau fikir dia masih hidup? Wanita sialan itu fikir bisa menggantikan Ibuku? Mimpi saja!Tapi untukmu, tenang saja. Selama aku bersamamu, kau akan baik-baik saja. Kita akan hidup bahagia!"

"Bae Joohyun sialan!" ia mengumpat kesal, dan saat dirinya hendak bergerak. Ia baru merasakan dirinya terikat oleh sesuatu. Ia meneliti dirinya sendiri, ujung tangan bajunyanya menyilang terikat ke belakang dan kakinya terlilit oleh tali kasar. Ia tersenyum miris karena dirinya bahkan terlihat seperti pasien rumah sakit jiwa yang sangat berbahaya.

Pintu perlahan terbuka menampilkan gadis ber-apron merah muda tersenyum manis seperti orang yang sama sekali tak bersalah. Taehyung mengumpat dalam hati, ia sekarang harus mengakui bahwa gadis itu memiliki gangguan mental. Psychopat yang tentunya sudah berada pada taraf akut level tinggi.

"Selamat pagi, Hansung-ah!"

"Namaku, Kim Taehyung!"

Joohyun hanya kembali tersenyum, "Aku memasak omurice hari ini. Hari ini aku akan menyuapmu karena aku tak akan melepasmu. Aku akan mengambilnya, tunggu sebentar yah!"

"Aku sungguh kasihan padamu, Bae Joohyun!"

Langkah gadis itu terhenti, tubuhnya masih membelakangi Taehyung namun lelaki itu yakin bahwa wajah gadis itu kini berubah emosi.

"Kau gadis paling menyedihkan yang pernah aku temui, saking menyedihkannya membuatku sungguh muak!"

Joohyun menarik napas pelan, "Jangan berkata seperti itu. Itu menyakitiku!"

Taehyung tertawa hampa, "Menyakitimu? Baguslah... itu memang yang kau inginkan. Kau memang bisa menyakiti diriku sepuasmu, tapi apa kau berpikir aku tak bisa membalasmu?"

Joohyun berbalik menatap Taehyung tajam, "Kau tahu perkataanmu itu akan berakibat fatal, bukan?"

"Jika pun aku mati karena perkataan yang ku lontar-"

"Bagaimana jika mereka yang mati? Ibumu, Park Jimin, adikmu, Ryu Sujeong. Bagaimana jika mereka yang mati karena perkataanmu?"

Taehyung terdiam tak menjawab.

" Dewan direksi sudah tahu bahwa Komisaris yang terhormat yaitu ibumu adalah pengungsi korea utara dan dia sudah mati karena dirimu. Saat pertama kali kau mencoba memberontak, itu yang terjadi. Aku membuatnya mati seakan bunuh diri"

"Kau-"

"Saat kemarin kau meninggalkanku di restoran dan menemui Ryu Sujeong, Park Jimin telah mendapat perintah untuk menjalani hukuman mati. Apa kau ingin menambah daftar kematian orang-orang terdekatmu, dengan perkataanmu beberapa detik yang lalu? Aku tidak suka pemberontakan, tapi sayangnya aku terlanjur menyukaimu yang sangat suka memberontak. Jadi apa yang harus ku lakukan?"

"Apa maksudmu, Jimin menjalani hukuman mati?"

Joohyun tertawa pelan, ia mengambil tempat duduk di samping Taehyung, "Aku lupa menceritakan ini padamu! Jadi sekitar dua tahun lalu, beberapa hari setelah kau dibawa oleh Hana. Aku akhirnya bisa menghubungi Jenderal Yoo, kau tahu dia, kan?"

"Gadis picik!"

"Aku sudah membenci ibumu dari dulu, hanya saja aku berpura-pura menyukainya. Jadi saat kau datang, aku fikir aku sudah menemukan cara untuk menyingkirkan ibumu dengan penghinaan yang luar biasa. Saat semua direksi tahu bahwa Ibumu adalah pengungsi korea utara, maka BOM dunianya benar-benar terbalik. Aku butuh sesuatu untuk dijadikan bukti kuat agar semua orang percaya fakta tentang Ibumu. Jadi aku bekerja sama dengan lelaki tua gila kekuasaan itu. Tapi, aku yakin bahwa Ibumu sama sekali tak menarik Jenderal Yoo, jadi aku menggunakanmu sebagai umpan."

"Umpan?" raut wajah lelaki itu sudah sangat keras akan emosi yang seakan ingin meledak.

"Saat ia tahu bahwa kau masih hidup dan Jiminlah yang menyelamatkanmu. Dia sangat marah dan berencana akan membunuh Park Jimin. Tapi, karena aku sangat baik hati aku menyuruhnya untuk tak melakukannya saat itu. Ya, saat itu."

Joohyun menegakkan tubuhnya lalu bersedekap menatap Taehyung, "Aku meminta bukti kewarganegaraan ibumu dan menyuruhnya untuk tetap diam tentang dirimu. Lalu aku memberikannya uang serta pasokan persenjataan rusia, dan meminta agar hukuman mati Jimin diundur. Saat kau mulai memberontak, dia akan bergerak untuk mengeksekusi sahabatmu itu. Lelaki tua gila harta dan kekuasaan itu benar-benar sinting, bukan?"

"Kau yang lebih sinting! Aku benar-benar tak habis pikir kau melakukan hal keji kepada ibuku-"

"BUKANKAH KAU MEMBENCINYA?"

"DAN JIKA ITU MEMANG BENAR, APA KAU BERHAK UNTUK MEMBUNUHNYA? AKU MEMANG KECEWA DENGAN IBUKU YANG MENINGGALKANKU BEGITU SAJA, TAPI KAU PIKIR ANAK MANA YANG MENGINGINKAN ORANGTUANYA MATI? Tak ada!"

Taehyung menarik napas perlahan

"Aku yakin Jimin dan adikku akan baik-baik saja. Mereka masih memiliki Yoongi. Aku percaya mereka bertiga akan saling melindungi."

"Kepercayaan dirimu terlalu tinggi."

"Aku percaya tentang hal itu, karena jika semuanya dilewati bersama-sama semuanya akan baik-baik saja. Kau tak akan mengerti itu, karena selama hidupmu. Kau selalu sendiri!" ujar Taehyung dengan penekanan yang berapi-api, emosinya tersulut habis namun dirinya sama sekali tak mampu bergerak. Ia merasa kecewa pada dirinya sendiri, bisa-bisanya ia menjadi lemah di depan gadis iblis seperti Joohyun.

Joohyun terdiam masih menunggu lelaki itu berbicara.

"Sujeong juga akan baik-baik saja. Dia adalah gadis yang sangat kuat, ia tak akan jatuh begitu saja hanya karena gadis sepertimu. Temannya akan melindunginya! Dia memiliki teman yang akan membantunya!" ucapnya kembali, Taehyung sedikit menunduk, "Aku harap Mingyu melindungimu!"

"Kesepian? Teman? Melindungi? Omong kosong apa yang kau bicarakan? Aku tak kesepian, selama ini kau selalu bersamaku. Lalu apa yang kau harapkan dari teman? Semuanya adalah kebodohan."

Taehyung tertawa, "Aku selalu bersamamu? Kau fikir manusia dianggap manusia karena apa? Karena dia memiliki jiwa yang hidup dalam dirinya. Jika tanpa jiwa itu, mereka bukan manusia tapi mayat. Kau memang bersama tubuhku, tapi jiwaku? Walau pun kau menyebutku Hansung. Tapi jiwaku tetaplah Kim Taehyung. Kim Taehyung, nama pemberian Ayahku. Kim Taehyung, anak yang dilahirkan susah payah oleh Ibuku. Kim Taehyung, seseorang yang dianggap pahlawan oleh adikku. Kim Taehyung, lelaki selalu dilindungi oleh sahabatku. Kim Taehyung, lelaki yang mencintai seorang gadis bernama Ryu Sujeong. Dan Lee Hansung hanya mayat yang dikoleksi oleh gadis psychopat sepertimu."

Wajah Joohyun berubah, matanya perlahan mengeluarkan bulir air. Gadis itu tampak menangis namun tak terdengar isakan dari dirinya, "Lee Hansung hanya mayat yang dikoleksi oleh gadis psychopat sepertiku? Jadi bagaimana jika aku benar-benar menjadikanmu mayat? Mati secara perlahan, sepertinya menarik."

"Ya, bunuh saja aku! Karena semuanya sudah seperti ini maka aku harus mengatakan, sampai jumpa di neraka! Aku akan menyeretmu ke neraka yang paling dalam dan paling panas!"


__The Bridge To Dreams__


"Kau sudah mendengar kabar yang beredar?" samar-samar suara gerombolan lelaki itu terdengar.

"Kabar apa?"

"Kau tahu, Kolonel Park Jimin menerima hukuman mati. Aku mendengarnya dari pusat" Yoongi menghentikan langkahnya, ia menghembuskan napas gusar. Ia sudah menduga hal ini setelah penjelasan sersan Lee semalam.

"Hukuman mati? Memangnya apa yang dia lakukan?"

"Kau tahu Letnan Kim Taehyung, yang meninggal dua tahun lalu saat melakukan tugas? Ternyata Letnan Kim tidak mati karena orang Korea selatan, tapi Kolonel Park yang membunuhnya. Membunuh prajurit yang tak bersalah di tengah tugas penting adalah bentuk pengkhianatan dan kejahatan besar!" Yoongi mengerutkan keningnya, "Membunuh prajurit yang tak bersalah di tengah tugas penting?"

"Apa saja yang sudah kalian dengar?" suara Yoongi sontak membuat beberapa lelaki berpangkat kopral itu menoleh terkejut, "Aku ulangi. Apa saja yang sudah kalian dengar?"

"Itu-"

"KATAKAN SEMUANYA!"

"Kami mendengar kabar dari pusat bahwa Kolonel Park melakukan pengkhianatan terhadap Letnan Kim dua tahun lalu dan membunuhnya dengan sadis. Mengetahui hal itu, pusat menjatuhkan hukuman mati pada kolonel Park. Beliau dianggap melakukan kejahatan besar. Hukumannya akan dijalani tiga hari lagi."

Yoongi mendesah gusar, "Membalikkan fakta?" gumamnya pelan. Ia lalu berbalik berjalan menjauh.

"Dua tahun lalu, aku mendapat perintah untuk membunuh Taehyung. Saat perintah mundur diabaikan oleh Taehyung, militer pusat menganggap Taehyung telah berkhianat. Maka dari itu kematiannya sangat diinginkan."

"Kami mendengar kabar dari pusat bahwa Kolonel Park melakukan pengkhianatan terhadap Letnan Kim dua tahun lalu dan membunuhnya dengan sadis."

Yoongi mengingat dua kalimat itu, "Jenderal Yoo, akan kubuat kau membayar semua penderitaan sahabatku!"

.

.

.

"Kau tak mengecek jadwalku pagi ini? Aku harus ke tempat yoga, tapi kau malah membuat jadwalku berantakan! Sekarang aku sudah terlambat satu jam. Bagaimana kau bertanggung jawab dengan hal ini?" Sujeong mengumpat dalam hati karena harus mendengar ocehan tak bermutu Yerim. Ia tahu ini adalah kesalahannya karena terlambat bangun, tapi bagaimana bisa gadis itu terus menerus mengulangi omelannya sepanjang perjalanan?

"Bukankah nona mengatakan lebih baik ke salon kecantikan saja? Kenapa nona masih tetap mengomeliku?"

"Kau benar-benar pandai melawan. Aku bukan mengomel, tapi aku harus memperingati betapa berharganya waktu."

Sujeong berdecak pelan, "Bukankah dia yang selalu membuang waktu dengan hal yang tak penting?" gumamnya sangat pelan. Ia membuang wajah ke jendela, lalu menatap spion.


DORR


Spion mobil itu tiba-tiba saja pecah bersamaan dengan suara tembakan yang terdengar. Yerim dan pak Hwang terpekik kaget, sedang Sujeong telah memegang pistol semi otomatis miliknya.

"Pak Hwang, naikkan kaca mobil dan tambah kecepatan!" ujarnya dan dipatuhi dengan baik. "Menyerang di jalan tol rupanya!"

"Apa kita akan baik-baik saja?"tanya Yerim dengan nada panik

"Setelah kejadian saat pesta perayaan, semua kaca mobil di ganti dengan kaca anti peluru. Tapi aku tak bisa menjamin kita akan baik-baik saja! Aku akan berusaha melindungi nona"

Sujeong tampak merogoh saku celananya, mengambil ponsel miliknya. Ia tampak cekatan menggeser layar dan akhirnya ia menempelkan benda itu di telinganya, "Agen 04 Ryu Sujeong bersama VIP 3. Kami diserang dan perlu bala bantuan. Posisi Kilometer 2," ujarnya lalu menutup sambungan.


DOR


Suara tembakan kembali terdengar dan tiba-tiba saja mobil kehilangan kendali, "Sepertinya mereka berhasil menembak ban mobil kita, kepala Ryu!" pak Hwang ikut panik namun ia masih melajukan mobil.

"Jika kita melajukan mobil dengan keadaan ban yang seperti ini, nona bisa saja terluka. Tapi jika kita berhenti, kemungkinan itu akan semakin besar. Tetap jalankan sebisa mungkin dan tolong buka kaca jendela ini" ujarnya menunjuk jendela yang berada di sampingnya.

"Kepala Ryu!"

"Eonnie!" ujar keduanya kompak, seakan tak setuju dengan perintah Sujeong.

Sujeong menarik napas pelan, "Setidaknya, aku harus memperlambat mereka sebelum bantuan dari pusat datang."

Sujeong menoleh ke belakang, matanya menyipit mengidentifikasi kendaraan di belakangnya. "Satu mobil dengan dua orang. Bala bantuan akan datang sekitar 10-15 menit. Ini bukan masalah besar!"

"Buka.... sekarang!" kaca mobil turun perlahan dan bersamaan dengan itu Sujeong mencondongkan badannya sehingga setengah badannya berada di luar mobil dengan arah menghadap ke belakang. Tangannya menarik pelatuk pistol dengan cepat.


DOR


Satu tembakan yang hanya mengenai bagian depan mobil itu, Sujeong masih berkonsentrasi mengarahkan pistol dengan keadaan mobil yang melaju kencang dan keseimbangan yang ia jaga mati-matian.


DOR


Satu tembakan dari musuh yang masih bisa Sujeong hindari. Gadis itu kembali menerjang mobil itu dengan timah panas yang keluar dari pistol miliknya. Beberapa peluru berhasil menghancurkan kaca mobil namun nampaknya dua orang yang berada di dalamnya cukup cekatan untuk menghindar.

Saat Sujeong kembali akan menarik pelatuknya, mobil itu tiba-tiba saja berhenti dan-


DOR


Suara tembakan kembali terdengar, bukan dari pistol gadis itu ataupun dari arah lawan. Suara itu terdengar dari arah belakang Sujeong dan seketika itu pula raut wajah Sujeong berubah.


BRAAAKKKK


Suara hantaman mobil terdengar memekik telinga, guncangan hebat yang seketika membuat tubuh gadis itu limbung keluar dari mobil. Kepalanya terhantam cukup keras ke aspal jalan, begitu pula dengan bagian tubuhnya yang lain yang sama mengenaskannya, terlebih punggungnya yang baru saja menerima panasnya sang peluru. Matanya sayu menatap mobil yang sebelumnya ditumpangi oleh dirinya, supir Hwang dan juga nona Yerim kini tengah berputar karena dihantam mobil yang berada di depannya. Sujeong benar-benar tak memperhitungkan kemungkinan mobil lain yang mengikutinya dan lebih fokus dengan apa yang berada di belakangnya tanpa berfikir ancaman lainnya berada di depan mereka.

Dengan kondisi yang tak hentinya mengeluarkan darah, ia hanya bisa melihat orang-orang berjas hitam itu menarik Yerim keluar dari mobil.

"EONNIE!!!"

Sujeong sudah tak bisa bergerak sama sekali, matanya semakin berat dan perlahan tertutup.


To Be Continue


Regard

veraciouSri98

Continue Reading

You'll Also Like

Psychopath By jejey

Mystery / Thriller

5.8K 216 19
dia ada di sekitarmu. salam trouble maker
17K 1.1K 3
WARNING!! CERITA INI MURNI HASIL DARI PEMIKIRAN SENDIRI. PLAGIAT DILARANG MENDEKAT!!! ⚠️⚠️ ♡♡♡ "Kita cocok kalau pacaran, gimana menurut lo?" "No." "...
795K 82.1K 56
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
408K 50.9K 35
Ini cerita tentang dua remaja yang saling berbeda perasaan. Yang satu menjatuhkan hatinya kepada sosok laki-laki pujaannya dan yang satu menutup hati...