LET ME LOVE YOU HIME!

By MiyumiAnata

13.4K 533 21

Saat kau pergi meninggalkanku.. Disaat itu pula kau juga membawa sepotong hatiku.. Entah kau akan kembali pad... More

LET ME LOVE YOU HIME! #01
LET ME LOVE YOU HIME! #03
LET ME LOVE YOU HIME! #04
LET ME LOVE YOU HIME! #05
LET ME LOVE YOU HIME! #06
EPILOG

LET ME LOVE YOU HIME! #02

2K 83 3
By MiyumiAnata

Disclaimer : semua tokoh punya Masashi khisimoto
Pair : Naruhina
Rated : T

Warning!! => banyak typo, gaje, etc.
#Happy_read!!
°
°

°
°
°
°
Chapter 2

#Sebelumya...

DEG!!

Mata lavendernya bertemu dengan teduhnya Saphire Naruto, pandangan keduanya seolah terkunci, masuk dalam dimensi khayalan yang tersamat ia rindukan. Kenangan-kenangan masalalu kembali berkelebat, menyeruak ke permukaan. Ingin sekali ia berlari memeluk pemuda jabrik berkulit tan itu. Pemuda yang tawanya sangat ingin ia dengar, tawa yang menentramkan.

"Na..ruto-kun!" lirihnya seketika ia mematung.
,


,
,

,

Hinata-chan!! Kau disini? Akhirnya kita bertemu kembali setelah sekian lama, pandangan Naruto belum terlepas dari Hinata, sampai akhirnya..

"Naruto, kau duduklah dibelakang Hyuga Hinata, Uchiha Sasuke angkat tanganmu! Bangku sebelahmu itu kosong kan?" tanya Anko-sensei pada seseorang namun yang ditanya malah melengos.

"Hn!" dua kata konsonan itulah si pantat ayam itu ucapkan, memuakkan memang, tapi itulah kebiasaanya ketika ditanya, untung Anko-sensei sudah tau perangai Uchiha bungsu itu, jadi dia sudah terbiasa.

"Hhhh, ya sudah Hyuga tolong angkat tanganmu, biarkan Naruto duduk di belakangmu!" ujar Anko-sensei beralih ke Hinata.

Tersadar ada yang memanggilnya, Hinata pun gelagapan menjawab
"Em, Eh, iya sensei," sahutnya sembari mengangkat tangannya setelah Sakura menyikutnya tadi.

Naruto segera berjalan ke bangkunya, saat melewati Hinata ia berhenti sebentar
"Hinata-chan" panggilnya pelan, sangat pelan namun Hinata masih mampu mendengar suara bariton Naruto.

Hinata hanya diam. Kami-sama, suara itu! Batinnya, walau agak kikuk ia pun akhirnya mengangguk, membiarkan Naruto duduk di belakangnya.

Sakura yang juga mendengar ucapan Naruto tadi menoleh,
"Hinata, kau kenal dia?" penasaran melihat tingkah Hinata yang sedikit aneh. Dia tak tahu kenapa tadi Naruto memanggil Hinata dengan embel-embel chan, apa mungkin mereka saling kenal?.

Hinata hanya mengangguk pelan, "Nanti kuceritakan" saat ini dirinya masih terlalu kaget akan kehadiran Naruto, jantungnya dari tadi berdetak tak karuan, dia belum mampu mengendalikannya. Mungkin dia terlalu bahagia, sampai tak terasa matanya berkaca-kaca. Harapan yang ia kira takkan terkabul kini sudah ada dihadapannya. Tak terasa waktu telah berlalu sepuluh tahun lamanya sejak hari itu.

Flashback on,,

Tampak dua anak kecil sedang bermain kejar-kejaran di sebuah taman.

"Naruto-kun!! Naruto-kun!! Ayo kejar aku wekkkkk!!!!"

"Aku kan capek Hinata-chan, larimu kenceng banget sih, awas nanti aku aduin sama Baa-san!"

"Naruto-kun payah, haha wekkk, ayo kejar kalo bisa!!"

"Hinata-chan larinya pelan-pelan dong! Nanti kalau jatuh tau rasa!!"

"Naruto-kun cemen.."

Tiba tiba, "Brukkk! Aaaaaduhhhhh, huaaaaaaaaaaa!!!!! Hiks hiks hiks.. Kakiku sakit Naruto-kun!!" Hinata kecil menangis karena terjatuh, kakinya berdarah terkena ranting pohon.

"Hinata-chan!! Eh jangan nangis gitu dong!! Nanti aku kasih lolipop mau?" Naruto kecil menenangkan Hinata, sambil membersihkan lutut Hinata yang kotor.

"Janji?" tanya Hinata memastikan, dia masih menangis sesenggukan lalu mengusap air matanya, dengan tanganya yang astaga kotor semua karena terkena tanah.

"Janji! Kaki Hinata-chan masih sakit?" tanya Naruto setelah meyakinkan Hinata kalau dia tidak berbohong, Naruto lalu membantu Hinata bediri.

"Masih sakit Naruto-kun!! Hiks..hiks" yah nangis lagi Hinatanya

"Eh, eh jangan nangis dong, sini aku gendong! Huh dasar cengeng!" Naruto kecil menggendong Hinata, mengantarnya pulang, entah kenapa dia sayang sekali dengan Hinata yang cengeng, tidak akan tega kalau Hinata menangis. Dia selalu menghibur dan menjaga gadis kecil itu. Menurut Naruto bersama Hinata kecil selalu menyenangkan,  melihat senyumnya, wajah imutnya kalau sedang manyun, dan lagi tingkah laku Hinata yang sangat manja membuatnya tersenyum.

Hinata sudah tertidur di gendongan Naruto begitu sampai di rumahnya.. Hihi Naruto terkikik geli melihat wajah belepotan Hinata, dia segera memanggil Baasan dan menidurkan Hinata di sofa.

Baasan hanya tersenyum tipis, dia sudah hafal kalau Hinata pasti berluah lagi, untung ada Naruto yang menjaganya..

Flashback off

°
°
°
°
"Tett!! Tett! Tett!"
Bel istirahat berbunyi, semua siswa berhamburan keluar kelas, ada yang mau ke kantin, perpustakaan, lapangan, taman, dsb, untuk merehatkan pikiran setelah jam pelajaran usai.

"Hinata ayo ke kantin, aku lapar" ajak Sakura pada Hinata, namun yang ditanya masih melamun, tak mendengarkan.
"Hinata!! Hoy kamu kenapa?" melihat Hinata yang selama ini cepat tanggap jadi agak lemot, dia jadi sebal juga daritadi tak dihiraukan.

"Eh, tidak apa-apa kok sakura, kamu duluan saja, nanti aku menyusul" nampaknya ada hal lain yang ingin ia lakukan dulu.

"Oke, yasudah aku duluan! Daaaa" kini dikelas sudah sepi karena penghuninya sudah pada keluar semua, tapi eh, ternyata masih ada Naruto di belakangnya.

"Hinata-chan!" panggil Naruto, rupanya dia menunggu agar kelasnya sepi.
Naruto berdiri menghampiri Hinata, lalu menarik tanganya. Mengajaknya pergi entah kemana.
,
,
,
Rupanya mereka ke atap, awalnya Naruto bingung arah menuju atap, Hinata yang tau jika Naruto akan mengajaknya kesana menunjukan arah padanya. Hinata tau waktu ini akan tiba, karena dia memang juga ingin berbicara dengan Naruto.

"Hinata-chan, apa itu kau? Sudah lama se....." ucapan Naruto-kun terputus saat melihat Hinata menangis dihadapannya. Tangisan yang dulu sangat ia lindungi.Tak tahan melihatnya,,

"Glppp!" Naaruto perlahan memeluknya, menenangkannya. Dia tau Hinata masih marah padanya, Naruto perlahan mengelus punggung Hinata pelan, memberinya sedikit ketenangan.

"Naruto-kun jahat hiks hiks.. Naruto-kun bohong hiks hiks.." Isak Hinata dalam pelukan Naruto, ia ingat betul hari itu, hari ketika Naruto meninggalkanya. Hari yang membuat Hinata kesepian sampai sekarang, untung saja ia punya Neiji yang menemaninya, tak membiarkan kesedihan menyelimuti adik kesayangannya itu.

Flashback on

"Naruto-kun, mau kemana kok bawa koper?" tanya Hinata dan keluarganya saat ia berkunjung ke rumah Naruto dan mendapati Rumahnya sudah bersih tanpa perabotan dengan banyak koper di garasi.

"Ano Jii-san dipindahtugaskan ke Sunagakure, Jadi Baa-san dan Naruto akan menyusul kesana, kasihan Jii-san disana sendirian" Kushina mencoba menjelaskan pada Hinata selembut mungkin, agar gadis itu mengerti.

"Hiks..hiks..Hinata nggak bisa ketemu lagi dong sama Naruto-kun hiks.. Terus Nanti Hinata main sama siapa? Hiks hiks.." Hinata perlahan menangis, takut ditinggal Naruto, mereka sejak kecil selalu bermain bersama karena rumah mereka bersebelahan. Kini ia akan benar-benar kehilangan Naruto sahabat yang sangat Hinata sayangi, ia tak bisa menahan kesedihannya.

Naruto hanya diam dengan raut muka sedih, dia merasakan hal yang sama, namun dia tak boleh menangis,ia sudah berjanji pada Kaa-san.

Melihat tangis Hinata makin menjadi, Naruto kecil , memeluk Hinata, menenangkanya, mencoba menghibur kesedihan Hinata, padahal dia sendiri juga sedih.

"Hinata jangan nangis dong! Naruto gak pergi lama kok, nanti kalo pekerjaan Tousan udah selesai, Naruto pulang, Naruto janji bakal nemuin Hinata lagi" Naruto mengelus puncak kepala Hinata, tangan satunya mencari sesuatu di sakunya. Sesuatu yang mungkin dapat membuat Hinata percaya padanya.

Perlahan Naruto melepaskan pelukannya, "Ini kenang-kenangan untukmu! Kalo kamu inget aku, liat aja ini, nanti kamu gak bakalan sedih lagi" Naruto mengulurkan tangannya, memberikan sesuatu pada Hinata, sesuatu yang sampai saat ini sangat berharga baginya.

Setelah berpamitan pada Hinata dan keluarganya, Kushina mengajak Naruto pergi.
"Daaaaa Hinata-chan! Sampai ketemu lagi" Naruto lalu menaiki mobilnya.

Hinata masih terdiam, menggengam erat pemberian Naruto. Menatap sayu mobil Naruto yang perlahan menjauh. Tangisnya kini sudah berhenti, namu kesedihannya bahkan tidak berkurang walau secuil.

"Sudahlah Hinata, jangan bersedih, berdoalah supaya Naruto cepat pulang! Ayo masuk rumah!" nasehat Kaa-san, menarik pelan tangan Hinata, mengajaknya pulang

Sampai di rumah Hinata, masih memegang kado pemberian Naruto, dia ragu untuk membukanya, namun ia penasaran. Perlahan ia membukanya, matanya membulat..
Di ambilnya sesuatu di dalam kotak itu, ternyata sebuah kalung.
Kalung perak yang sangat indah, dengan sebuah bandul berbentuk matahari.
Perlahan dia memakainya. Hinata berjanji tak akan melepasnya. Barang paling berharga yang diberikan Naruto padanya, ia akan menjaga kalung itu selamanya.

Hinata tersenyipum simpul, matanya berkaca-kaca "Kami-sama tolong jaga Naruto-kun!" lirihnya

Flashback off

Dan dari perpisahan itulah tanpa sadar perasaan Hinata muncul, perasaan lebih dari seorang sahabat, perasaan yang membuatnya bertahan sampai saat ini. Sudah sepuluh tahun lamanya namun rasa itu semakin membesar, tanpa bisa ia bendung, kini membuncah, dan dia tak sanggup mengendalikannya. Ia sungguh menyayangi Pemuda di di depanya ini.

"Maafkan aku Hinata-chan, aku memang pembohong, tak bisa menepati janjiku untuk kembali padamu!"


°
°
°°
°°°
°°
°
°
~Tbc~


Hallo mina!!!!!

Sebenernya buatnya udah kemarin, baru bisa di post sekarang
Maap kalo ceritanya rada gaje,
Jangan lupa tinggalin jejak ya...
Vote and comment please!

Arigatou

Mimi-chan

Continue Reading

You'll Also Like

174K 4.9K 79
(Telah terbit). Beberapa part dihapus. Lansiran prosa puitik tentang dialektika rasa. Tuan, puan, apa guna aksara jika tiada di eja? Apa guna bahasa...
413 167 34
Kirana menyimpan rasa suka kepada Bian tapi Biam malah menyukai Anggi, sahabat Kirana siswi "most wanted" di sekolah mereka. Dalam kekalutan hati, mu...
43.7K 6.2K 21
Tentang Jennie Aruna, Si kakak kelas yang menyukai Alisa si adik kelas baru dengan brutal, ugal-ugalan, pokoknya trobos ajalah GXG
370 269 47
Hal yang disukai oleh para remaja pelajar adalah ketika memiliki banyak momen selama di sekolahnya, entah momen bahagia, sedih maupun duka pasti seti...