STRAWBERRY KISS 'Reborn'

By ayushafiraa_

7.8K 282 66

[New Version] Sama-sama 'lahir dengan sendok perak dalam mulut', membuat banyak orang yakin bahwa alasan Seol... More

00 - Namaku Ha-Na
02 - Penggemar

01 - Tamu Dari Jauh

713 95 23
By ayushafiraa_

"Ya! Park Chan-Yeol!" seru Baek-Hyun, siswa mungil teman terdekat Chan-Yeol itu berlari masuk ke dalam kelas dengan tergopoh-gopoh. Begitu sampai tepat di hadapan si lelaki jangkung yang tengah berdiri bersandar di dekat jendela, ia mengatur napasnya terlebih dahulu sebelum kemudian berkata, "Ada kabar gawat!"

Melihat ekspresi Baek-Hyun, Chan-Yeol lantas mengalihkan seluruh perhatiannya pada lelaki itu. "Ada kabar segawat apa sampai-sampai membuatmu berlari seperti orang habis melihat hantu?" tanya Chan-Yeol, santai.

Baek-Hyun menggeleng cepat. Lagi, dengan raut meyakinkan, lelaki bermarga Byun tersebut berusaha untuk memberi tahu Park Chan-Yeol tentang kejadian heboh yang baru saja terjadi di depan gerbang sana.

"Tunanganmu dicium siswa pindahan, Bro!"

"Ha?" kening si Lelaki Park kontan mengernyit. Ia jelas tahu siapa yang dimaksud Baek-Hyun ketika menyebut kata 'tunangan'. Tapi, apa kata-kata setelahnya?

"Ha-Na dicium siapa?"

Tanpa menunggu Baek-Hyun mengulang kembali perkataannya, langkah panjang Park Chan-Yeol bergegas menuju kelas Seol Ha-Na bersama Baek-Hyun yang terus mengekorinya dari belakang. Sesampainya ia di depan kelas yang dituju, matanya mulai menjelajahi setiap inci ruangan, mencari-cari sosok gadis kecil yang selama ini telah orang-orang yakini sebagai 'tunangannya'.

"Sunbae?" dua siswi yang tak kalah manis dari seorang Seol Ha-Na menghampiri Chan-Yeol dan Baek-Hyun. Wajah mereka yang sebetulnya masih tampak segar malah terlihat seperti badut setelah keduanya kompak menambah riasan sekian detik sebelum menyapa dua senior ganteng idaman satu sekolahan tersebut.

"Mencariku, ya?" tanya siswi sipit berambut pelangi sepunggung yang baru berulang tahun ke-17 kemarin, Lee Hae-Joo.

Siswi tembam di sebelahnya, Choi Hyun-Hae, kemudian menyiku keras. "Mana mungkin?! Tentu saja mereka mencariku!"

"Apa?! Memangnya kau punya urusan—"

"Berisik, Badut!" sela Baek-Hyun, kesal berhadapan dengan dua gadis yang acap kali berdebat hal-hal tak penting saat bertemu dengannya. Ah, tidak. Saat bertemu Chan-Yeol lebih tepatnya.

Hyun-Hae dan Hae-Joo sontak mengerucutkan bibir, sebal disebut 'Badut'.

"Aku mencari Ha-Na," ucap Chan-Yeol, langsung ke inti. "Apa kalian sudah bertemu Ha-Na pagi ini?"

"Kebetulan! Kami baru akan pergi ke ruang konseling. Dia dan siswa pindahan yang katanya sangat tampan itu langsung dipanggil Guru Kim setelah ber-chu!chu! ria tadi," jelas Hyun-Hae sambil cengengesan. Gadis yang mengikat rambutnya ala ekor kuda itu bahkan sengaja memaju-majukan bibir tepat saat menyebut kata 'chu'.

"Ayo, Sunbae!" Hae-Joo mengulurkan tangan sambil memejamkan mata, percaya diri Chan-Yeol akan menggenggamnya selama berjalan menuju ruang konseling.

Satu, dua, tiga detik berlalu, tangannya tersebut tak kunjung mendapat sambutan dari sang senior. Saat membuka mata, tiga orang yang tadi berbincang bersamanya sudah berjalan jauh, meninggalkannya diam-diam.

"Ya! Chan-Yeol Sunbae! Baek-Hyun Sunbae! Choi Hyun-Hae! Tunggu aku!" teriak Hae-Joo, nyaring.


∴∴∴


Kejadian menghebohkan yang terjadi beberapa menit sebelum bel masuk sekolah berbunyi itu berhasil membawa Seol Ha-Na dan Oh Se-Hun ke dalam segudang masalah. Guru kesiswaan mereka, Kim Jun-Myeon, bahkan menyaksikan dengan mata kepala sendiri adegan ciuman tersebut karena saat itu si guru muda sedang berdiri menyapa kedatangan siswa-siswi di dekat gerbang sehingga Ha-Na dan Se-Hun tidak bisa sedikit pun mengelak.

"Maafkan saya, Pak," sesal Se-Hun, setengah hati. "Mungkin saya hanya belum bisa sepenuhnya menyesuaikan diri dengan peraturan ketat di sini."

"Ciuman itu tidak memiliki arti apa-apa selain menggantikan sapaan rindu dari seseorang yang 10 tahun tidak bertemu sahabat kecilnya."

Mendengar penuturan si lelaki yang terduduk di sebelahnya barusan, mata Ha-Na langsung melirik tajam. Tidak memiliki arti apa-apa, katanya? Dasar berengsek, batin Ha-Na mengumpat. Ia sudah bersusah payah menjaga bibirnya agar tetap suci selama bertahun-tahun hanya untuk Park Chan-Yeol, lalu si berengsek Se-Hun tiba-tiba datang, mencuri kesuciannya, dan mengatakan ciuman itu tidak memiliki arti apa-apa?

"Untuk sekali ini saja, kesalahanmu dapat aku maklumi," ucap Guru Kim. Ha-Na melotot tak percaya. "Tapi jika lain kali kau melakukan kesalahan yang sama atau lebih daripada ini, kau akan mendapat hukuman."

"Kenapa tidak dihukum sekarang saja sih?" protes Ha-Na. Tidak cukup sampai di situ, ia juga menambahkan dengan nada penuh penekanan, "Dia itu pelaku, dan aku korbannya. Aku tidak pernah berciuman dengannya, hanya dia kok yang menciumku! Sudah, bapak hukum saja dia biar jera dan tidak seenaknya lagi mencium anak orang!"

"Ya ampun! Sepuluh tahun tidak bertemu, ternyata kau masih saja mudah mengambek!" tanpa merasa berdosa, Se-Hun mencubit pipi Ha-Na sambil tertawa lepas. Ha-Na merengut, semakin memendam kesal.

"Ya sudah, ya sudah. Aku akan menyuruh Se-Hun untuk menulis surat pernyataan maaf sepanjang 10 lembar kertas ukuran A4 dan Se-Hun wajib mengumpulkannya besok pagi, bagaimana?" tanya si guru muda, meminta persetujuan Ha-Na lebih dulu.

Ha-Na menggeleng. "Dia harus mengumpulkannya setelah jam istirahat siang ini."

"Itu keterlaluan, Ha-Na~ya!"

Guru Kim mengetuk-ngetuk meja dengan telunjuk, sedang berpikir. "Aku setuju."

Siswa berambut pirang itu seketika saja melongo. Apa guru kesiswaan yang bertubuh lebih pendek darinya itu baru saja menyetujui usulan tak manusiawi dari Seol Ha-Na?

"Aku tunggu 10 lembar kertas A4 yang berisi pernyataan maafmu siang ini juga, Oh Se-Hun. Ingat, aku hanya menerima tulisan tangan," ujar Guru Kim, tegas, menutup sesi panggilannya detik itu juga.

Ha-Na bangkit dan angkat kaki dari hadapan gurunya masih dengan raut masam. Di belakang, Se-Hun terus mengoceh tak kalah kesalnya. Saat membuka pintu untuk keluar dari ruangan konseling, Ha-Na mendapati dua sahabat perempuan dan dua senior laki-lakinya kompak berpura-pura sibuk sendiri seperti orang yang ketahuan habis menguping.

"Apa yang sedang kau lakukan di sini, Oppa?" tanya Ha-Na pada Chan-Yeol seraya melirik ke arah dua sahabatnya, curiga. Sementara itu, yang dilirik hanya bisa menunjukkan dua jari membentuk huruf V. Peace!

"Aku?" mata Chan-Yeol tampak berputar-putar, kebingungan mencari alasan. "Ah, aku ada janji membahas soal minatku untuk lanjut ke perguruan tinggi bersama Guru Kim," bohong Chan-Yeol pada akhirnya. Toh, Ha-Na tidak akan tahu kalau pembahasan itu sudah ia lakukan di pertemuan 2 minggu lalu.

"Kalau begitu, masuklah! Aku sudah selesai," balas Ha-Na. Suasana hatinya sedang amat buruk sekarang, ditambah kehadiran Chan-Yeol di hadapannya saat ini hanya membuat dirinya semakin diliputi rasa bersalah.

Ketika Ha-Na bergerak menjauh, ia dapat mendengar ucapan bernada dingin dari seorang Park Chan-Yeol yang ia tebak ditujukan langsung kepada tamu dari jauhnya, Oh Se-Hun. Untuk saat ini, sungguh, Ha-Na tidak mau tahu.

"Kupikir, kita harus bicara empat mata. Temui aku setelah jam pelajaran pertamamu selesai."


∴∴∴


"Hai semuanya, perkenalkan namaku Oh Sehun."

Hyun-Hae dan Hae-Joo, dua sahabat yang duduk di kiri kanan Ha-Na itu menepuk-nepuk bahu Ha-Na dengan tatapan yang terpusat ke depan. Tepatnya, pada sosok siswa tampan yang sedang memperkenalkan diri sebagai siswa baru pindahan dari salah satu sekolah menengah favorit di Amerika Serikat. Padahal, mereka sudah bertemu dengan siswa pindahan itu di depan ruang konseling. Namun entah kenapa, pesona si siswa pindahan baru terpancar dan menarik perhatian kedua gadis tersebut bagai aliran magnet yang sangat kuat.

"Ha-Na~ya! Ha-Na~ya!" bisik Hyun-Hae, mulai heboh. "Tinggalkan dulu PR yang tidak penting itu! Ini waktunya untuk melihat sebuah mahakarya!" lanjut si siswi berpipi gembul yang tak sanggup menahan perubahan rona pipinya sejak pertama kali menyadari bahwa ia dan makhluk berketampanan abnormal itu akan menghirup udara di satu kelas yang sama.

"Ya! Apa yang kau bicarakan?! Guru Jo pasti akan memenggal kepalaku jika aku tidak mengerjakan PR yang ia berikan sejak sebulan yang lalu ini!" timpal Ha-Na dengan sedikit bumbu hiperbola tanpa sedikit pun menatap si lawan bicara. Ia masih berniat fokus mengerjakan PR matematika, meski sampai detik ini yang tertulis di lembar jawabannya hanya kata Diketahui, Tanya, dan Jawab saja.

"Oh, Seol Ha-Na! Kenapa dia bisa begitu tampan?!" Hae-Joo mengipas-ngipas wajahnya sendiri yang mulai berkeringat. Aura keseksian Oh Se-Hun seakan mampu membuat sekujur tubuhnya terasa begitu panas.

"Tampan? Siapa yang tampan?"

"Dia menghampiri kita! Dia menghampiri kita! Ya Tuhan! Bagaimana ini?!"

Hyun-Hae sibuk mempertebal bedak di bagian pipinya, Hae-Joo sibuk menyisir rambut pelanginya serapi mungkin. Sementara itu, Ha-Na tetap terlihat tidak peduli. Sampai kemudian,

"Aduh!" pekik Ha-Na, kesakitan. Sebuah jitakan keras baru saja mendarat tepat di puncak kepalanya.

Di saat yang sama, mata Hyun-Hae dan Hae-Joo tampak berkedip-kedip polos, tak percaya dengan sikap asli lelaki yang kini sudah berdiri tepat di hadapan sahabat mereka.

"Aku siap kok membuat 20 lembar surat pernyataan maaf."

"Ya! Oh Se-Hun!"


∴∴∴


"Ya! Seol Ha-Na! Sebenarnya apa sih rahasiamu bisa selalu berkenalan dengan lelaki tampan?" Hyun-Hae menggigiti bibirnya, merasa sedikit iri. "Chan-Yeol Sunbae, kau mengenal dan mengaguminya sejak kecil. Dan sekarang? Oh Se-Hun, sahabat lelakimu dari masa kecil akhirnya muncul lagi dengan pertumbuhan yang amat sempurna. Bahkan tadi pagi, kau juga dicium olehnya! Sadarilah betapa beruntungnya dirimu, Ha-Na~ya!"

Gadis bermarga Choi itu mengguncang-guncang tubuh si Gadis Seol yang masih sibuk mengganti seragamnya dengan seragam olahraga di ruang ganti khusus perempuan. Dipikir berapa kali pun, ia ingin sekali sama beruntungnya dengan sang sahabat.

"Kau terlalu berlebihan, Hyun-Hae~ya! Berkenalan dengan seorang Oh Se-Hun sejak kecil sama sekali tidak membuatku merasa beruntung!" ucap Ha-Na, bergidik ngeri.

Sementara itu, di sebelah kanan mereka, Lee Hae-Joo tampak memejamkan mata, senyum-senyum sendiri sambil membuka satu persatu kancing seragam yang melekat di tubuhnya. Melihat kelakuan sahabatnya yang lain sudah tidak beres, Hyun-Hae menoyor kepala Hae-Joo sampai gadis berambut pelangi sepunggung itu mengerucutkan bibirnya.

"Hal cabul seperti apa lagi yang sedang kau bayangkan, Nona Lee?"

Hae-Joo menoyor balik Hyun-Hae, tak terima mendengar khayalannya disebut cabul. "Apanya yang cabul? Tadi aku hanya sedang asyik membayangkan kalau Oh Se-Hun-lah yang membukakan satu persatu kancing bajuku! Itu saja kok!"

"Ha?!" Ha-Na dan Hyun-Hae sontak terkejut bukan main.

Seraya melayangkan tatapan prihatin, Ha-Na geleng-geleng kepala. "Kau pasti sudah gila, Hae-Joo~ya!"

"Oh Se-Hun itu milikku, Lee Hae-Joo!"

"Mana ada?! Se-Hun-ku yang seksi hanya milikku seorang! Kalau suatu saat dia menjadi sepotong roti pun, tidak sudi aku membaginya denganmu!"

Hae-Joo dan Hyun-Hae saling melotot, menegangkan urat leher. Ha-Na buru-buru menutup telinga rapat-rapat sambil berjalan keluar ruangan, tak mau mendengar lebih lama perdebatan antara dua sahabatnya yang entah sejak kapan mulai memperebutkan makhluk aneh seperti Oh Se-Hun.

"Ha-Na!"

Ha-Na berpaling ke asal suara.

"Dul! Set!"

Gadis itu kontan memutar bola matanya, malas. Ia benar-benar tak habis pikir kenapa kejahilan seorang Oh Se-Hun tak kunjung berkurang dan malah semakin bertambah sepulang dari merantau ke lain benua.

"Kau ini tidak ada kerjaan sama sekali, ya?"

Se-Hun tersenyum lebar, matanya yang sudah sipit terlihat semakin sipit saat tersenyum.

"Tidak ada." Lelaki itu merangkul Ha-Na dan lanjut berbisik, "Menjahilimu itu adalah satu-satunya pekerjaan yang paling asyik sejak dahulu kala!"

"Ini tanganmu apa-apaan sih?" sebisa mungkin, Ha-Na berusaha melepaskan rangkulan Se-Hun yang dirasa begitu mengganggu, namun lelaki itu tentu tidak membiarkan rangkulannya terlepas begitu saja.

"Ya! Oh Se-Hun! Kau mau mati, ha?!"

Tepat saat dua orang itu berbelok ke arah koridor yang akan membawa mereka ke lapangan olahraga, di saat yang sama, Chan-Yeol muncul dari arah berlawanan hingga akhirnya pertemuan di antara ketiganya tak bisa terhindarkan.

"Oppa, ini tidak seperti yang kau pikirkan!"

"Tidak masalah," timpal Chan-Yeol, mengukir sebuah senyuman yang amat berkebalikan dengan sorot matanya yang menatap Se-Hun tajam. "Aku juga tidak berpikiran yang macam-macam."

Tak nyaman dengan tatapan Chan-Yeol padanya, Se-Hun pun berceletuk, "Mau berpikiran yang macam-macam juga tidak apa-apa kok."

Lelaki bermarga Oh itu tiba-tiba mengaduh, cubitan Ha-Na rupanya baru mendarat di pinggang sebelah kirinya.

"Aku ke kelas dulu, Gadis Kecil!" pamit Chan-Yeol sambil mengacak-acak rambut Hana yang terkucir rapi sebelum akhirnya berlalu pergi.

Setelah memastikan Chan-Yeol benar-benar sudah luput dari pandangannya, tangan Ha-Na memukul-mukul bahu Se-Hun, menyalurkan rasa kesalnya yang telah lama terpendam.

"Ah, kau ini! Sudah terang-terangan menciumku di depan banyak orang, kenapa juga harus terus berlagak 'dekat' denganku?! Kalau Chan-Yeol salah paham, bagaimana? Memangnya kau mau tanggung jawab? Ya Tuhan, aku pasti akan gila!" Ha-Na terus merengek, frustrasi.

"Memangnya dia siapa? Pacarmu?"

"Bukan urusanmu!" tandas Ha-Na, berusaha mengakhiri kekesalannya dengan melangkah pergi jauh-jauh dari makhluk menyebalkan satu itu.


♥♥♥


Kelas Ha-Na dan Se-Hun masih terlihat mengikuti pelajaran olahraga di lapangan. Materi hari ini adalah tentang sepak bola. Mungkin karena materi ini lebih dipahami oleh kaum siswa, sehingga walau sudah dijelaskan tentang peraturannya berkali-kali, kaum siswi tampaknya tak mengerti sama sekali. Kelompok laki-laki bermain serius di sisi kanan dengan persaingan yang sangat ketat, sedangkan di sisi kiri, kelompok perempuan bermain sambil berteriak-teriak, sangat ribut dan tidak sesuai aturan.

Di antara teman-temannya yang lain, Se-Hun terlihat paling lincah dalam menggiring bola. Kebetulan, bermain sepak bola merupakan salah satu hobinya juga. Terbukti, ketika mendapat operan bola dari temannya, lelaki itu dengan lihai menggocek beberapa pemain lain, menggiring benda bulat tersebut ke arah gawang dan ....

"AH!" pekik Se-Hun keras, sampai-sampai perhatian kelompok siswi terpusat ke arahnya. Lelaki putih itu terjatuh setelah seorang siswa dari tim lawan membuat pelanggaran padanya saat hendak merebut bola. Kelompok siswi yang mendengar Oh Se-Hun cedera lantas beramai-ramai mengerubungi si lelaki yang masih merintih memegangi kakinya.

"Ya, ampun! Bagaimana ini?! Oh Se-Hun-ku terluka!" Hae-Joo memandang Se-Hun khawatir.

"Siapa di antara kalian yang tega melukainya, ha?!" Hyun-Hae memelototi satu persatu teman laki-lakinya, menatap mereka berang.

Awalnya, Ha-Na bersikap cuek. Namun, setelah mendengar Se-Hun berdarah cukup banyak, ia kemudian berusaha menerobos kerumunan siswa-siswi yang mengerubungi lelaki itu. Untung saja, kemungilan tubuhnya dapat sangat membantu di saat genting seperti ini.

"Hai, kalian! Cepat panggil Dokter Bae!" perintah si Gadis Seol pada siswa-siswi di sekelilingnya. Tangan kecil gadis itu lalu bergerak menutup luka Se-Hun yang terus mengeluarkan darah dengan sapu tangannya.

"Tahanlah sebentar, Se-Hun~ah!"

Rintihan Se-Hun seketika saja tergantikan oleh tawa kecil saat melihat raut wajah Ha-Na yang begitu mengkhawatirkannya. Memang, setelah orang tua dan dokter pribadinya, hanya Seol Ha-Na-lah yang mengerti kalau tubuhnya itu tidak bisa dibiarkan terluka barang sedikit saja.

"Ya! Bisa-bisanya kau tertawa?!" mata Ha-Na memicing tajam memergoki Se-Hun yang tetap tidak bisa mengerti situasi.

"Habisnya, wajahmu lucu sekali sih!"

"Pak Lee! Dokter Bae! Tolong, cepat berikan pengobatan untuk Oh Se-Hun! Sepertinya dia juga mengalami gegar otak!"





♦♦ secuil fakta ♦♦

- Para siswa di Korea menghabiskan sebagian waktunya di sekolah. Mereka belajar, makan, dan bergaul bersama. Sehingga banyak siswi yang juga membawa alat make up ke sekolah, mereka saling membantu memoles wajah bersama.

- Di Korea, wajib belajar itu cuma SD-SMP, tapi karena tingkat kesadaran masyarakat yang tinggi, anak-anak mereka tetap di sekolahkan sampai jenjang paling tinggi (kuliah).

- Saat memasuki SMA, sekolah tidak melarang siswa-siswanya memanjangkan rambut, mewarnai rambut, atau merias diri. (ohkkamjong)

Continue Reading

You'll Also Like

862K 169K 178
"MAMAKU JAGO NEMBAK!" "MAMAKU BISA BAWA MOBIL BALAP!" "MAMAKU CAKEP!" "....mamaku gula darahnya rendah" Kelanjutan dari Urusan Penerus Warisan. Menja...
119K 8.3K 39
KIM TAEHYUNG narenda, yaitu mafia yg terkenal dengn kekejamannya JEON KOOKIE liviendra, yaitu seorang namja cantik yg ditinggal mati kedua orang tua...
197K 2.5K 64
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
84K 8.1K 20
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...