Secret of an Angel [Completed]

By debby_sh

24.1K 1.2K 95

Kevin terhenti di sebuah titik di mana matanya tidak lagi terfokus pada gadis dengan dress berwarna merah. Wa... More

Broken Wings
Out of The Box
Human
Human II
Family
Home
Mean Girls
Friend?
Reliance
Reliance II
Betting
Betting II
Breaking the Wall
Hazel Eyes
Angel?
The Call
End of the Hero
Invitation
The Smart Phone
Halloween
Halloween II
Halloween III
Kevin Autumn
The Night
The Night II
Last Night
First Day
Winter, The First Kiss
Uncover
Stalker
Another Snow Falls
The Ambler
Those Green Eyes
Those Green Eyes II
I Had Wings
Snow Angel
Discovering The Secret
The Date
Father
The Album
The Possibility
The Secret
Secret Of An Angel
Caleb and Caroline
The Blonde Woman
The Girl Outside The Window
Asking for the Truth
Asking for the Truth II
Maybe Just a Good Luck
When She Found Him
Mrs. Albert's Living Room
First Encounter
The Way He Left
The Last Hug
Before Final
The Past
The Past II
Healed Wings

New Him, New Beginning

338 21 0
By debby_sh

"Apa kau masih tidak percaya kalau aku benar-benar menyukaimu?"

Kedua retina mata berwarna hijau itu terlihat begitu bening dan masih menjurus ke mata Angel selama beberapa detik, dalam dan semakin dalam.

Tidak ada yang berkata diantara mereka. Hanya kedua pasang mata mereka saja yang berusaha berkomunikasi satu sama lain.

Kejadian singkat yang begitu tidak terduga itu membuat keduanya canggung. Terlebih saat sedetik kemudian Angel mendapati kaca-kaca bening mulai terkumpul di mata Kevin.

Apa ia akan menangis?

"Kevin," panggil seseorang dari balik punggung Angel dan barulah Kevin melepaskan tangkupan tangannya dari wajah Angel.

Saat Angel membalikkan badan, sosok gadis yang sudah familiar baginya sudah berdiri tak jauh dari tempatnya. Gadis dengan rambut kemerahan itu adalah Claire.

"Kevin, ada yang perlu kukatakan padamu," kata gadis itu singkat seraya berjalan mendekat.

Angel tiba-tiba saja merasa begitu malu pada Claire. Ia bertanya-tanya dalam hati, apakah sedari tadi Claire menyaksikan kejadian tadi?

"Angel, tunggu aku di halte bus, ya?" Kevin bertutur.

Yang dibalas Angel dengan sedikit protes, "kenapa harus di halte?"

Tapi Kevin dengan sabar memberikan senyuman lembut padanya. "Aku hanya sebentar, setelah ini kita langsung pulang," jawabnya.

Mau tak mau Angel hanya bisa menurut. Setelah Kevin mengusap pelan rambutnya, ia berjalan menyeberangi jalan menuju halte bus dan duduk dengan tenang di sana.

Tapi setelah sepuluh menit berlalu, Kevin belum juga kembali.

Sudah dua kloter bus terlewatkan oleh mereka dan halte bus sudah nyaris kosong karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh. Itu artinya sudah lebih dari tiga jam semenjak bel tanda pulang sekolah berbunyi.

Kemudian Angel bangkit berdiri dari duduknya. Berusaha mencari sosok Kevin dan Claire, tapi lokasi kedua orang itu ternyata terbilang cukup jauh untuk dapat ditangkap oleh matanya.

Dan seseorang berhasil mengalihkan perhatian Angel.

Mata Angel menyipit, mencoba mengenali seseorang yang tengah berdiri di bawah pohon cherry sambil menghadap ke arahnya.

Matahari bahkan belum tenggelam, tapi kenapa rasanya sekarang sudah begitu gelap bagi Angel. Membuatnya susah untuk melihat sosok di seberang sana itu.

Tapi, setelah diperhatikan lebih baik lagi, akhirnya Angel mulai dapat mengidentifikasi sosok itu. Saat itu juga otaknya memberi perintah untuk panik namun tetap dalam keadaan diam.

Angel menoleh ke kanan dan ke kiri, berusaha mencari-cari sosok Kevin.

Tidak.

Lebih tepatnya mencari siapa saja yang lewat.

Namun sayangnya, trotoar ini begitu sepi saat sudah bukan jam aktif sekolah.

Bahkan taman di seberang sana juga tidak terlihat begitu ramai, mungkin karena sekarang sudah memasuki musim dingin.

Hanya jalan raya saja yang sedikit ramai dilalui kendaraan-kendaraan. Tetapi itu tidak merubah fakta bahwa orang itu masih tetap berdiri di sana, pada tempat yang sama, tanpa ada pergerakan sedikitpun.

Orang itu juga masih menghadap ke arah Angel. Pandangannya lurus dan jelas sekali mengarah pada Angel. Ia mengenakan mantel hijau gelap, topi hitam, dan masker putih.

Walaupun tidak yakin apakah itu orang yang sama, tapi Angel tetap saja berpikir negatif.

Cepat-cepat ia merogoh tasnya, mencari-cari benda persegi berlayar kaca miliknya.

Berusaha tetap terlihat tenang, Angel lalu menghubungi nomor telepon Kevin.

Selagi menunggu jawaban, pandangan Angel kembali tertuju pada orang di seberang sana itu. Rasa penasaran sekaligus waspada yang bersatu padanya membuat Angel tidak bisa mengalihkan perhatiannya lagi dari orang itu.

Dua nada sambung terdengar oleh Angel dan orang di seberang sana itu akhirnya mulai bergerak. Ia terlihat sedang menengok ke kanan dan ke kiri pada arah jalan.

Oh tidak.

Apakah ia akan menyeberang kemari?

Tidak dapat dicegah, debaran jantung Angel semakin tidak karuan. Ia semakin panik.

Dan puncaknya adalah saat tiba-tiba ia merasakan pundaknya disentuh.

Angel refleks berjengit kaget dan tanpa sengaja menjatuhkan ponselnya.

"Hei hei... ada apa,cantik? Kenapa kau begitu terkejut?" tanya orang itu yang juga terlihat terkejut sama seperti Angel.

Angel memejamkan matanya dan menarik nafas dalam-dalam saat ia tahu kalau ternyata itu hanyalah Jared.

Saat Jared mengambil duduk di samping Angel, gadis itu masih belum sepenuhnya sadar dengan keadaan di sekitarnya. 

Ia justru menengok kesana-kemari, menebarkan pandangannya ke semua tempat yang dapat matanya raih, berusaha mencari kemana perginya orang misterius tadi.

Tapi tidak ada. 

Orang itu tidak terlihat dimanapun, seperti hilang tertiup angin begitu saja.

"Hei, cantik?" panggil orang itu lagi. 

Mau tak mau Angel menoleh dan berusaha memfokuskan dirinya pada orang itu. "Ya?" responnya pendek. 

Kerutan di kening Jared masih terlihat begitu jelas. "Ada apa?" tanyanya lagi.

Angel menggeleng dan memasang senyum terbaiknya. Berusaha menutupi ketakutannya sendiri. 

Jared bukan orang yang tepat untuknya bercerita. 

Bahkan, bukan orang yang ingin Angel jumpai sekarang ini. 

Tetapi ia tahu kalau Jared masih menaruh curiga padanya. Jadi sebisa mungkin juga ia mengalihkan pembicaraan. 

"Kau sendiri ada apa kemari? Bukankah kau sudah pulang sejak awal?" tanya Angel basa-basi. 

Syukurlah lelaki yang satu ini mudah teralihkan. "Yah, sebenarnya aku tidak pernah langsung pulang ke rumah. Aku sehari-hari hanya mampir kesana-sini," jawabnya seraya menyandarkan dirinya ke dinding kaca halte bus. 

Angel sebenarnya tidak mengerti maksud "kesana-sini" dari Jared, tapi ia hanya ber-oh singkat pura-pura mengerti. Tidak ada minat sama sekali dengan topik pembicaran apapun dengan lelaki itu. 

"Kalau kau?"

"Aku? Aku hanya sedang menunggu bus."

Kemudian Angel melihat salah satu sisi bibir Jared terangkat. Lelaki itu meluruskan kakinya dan mendengus. "Bus? Mungkin maksudmu adalah 'seseorang', benar bukan?" 

*** 

Kevin memijat pelan keningnya yang berdenyut. 

Kepalanya pusing setelah mendengar berita yang tidak akan pernah ia sangka baru saja. 

Ayahnya ada di kota ini. 

Di sini. Di atas tanah yang sama dengannya.

Sebagian dari diri Kevin menolak untuk mempercayainya. Tapi ini sudah kedua kalinya Claire mengatakan hal yang sama, dan gadis itu tidak pernah berbohong padanya. 

Dengan putus asa ia mengacak rambutnya dan menghantam tanah dengan salah satu kakinya. Jika ia bisa berteriak ia sudah berteriak sekarang juga namun mengingat sekarang ia masih terduduk di bangku taman, ia merasa ia harus lebih mengotrol diri. 

Tidak peduli denganberita tentang ayahnya yang baru memunculkan dirinya sekarang setelah sekian tahun berlalu, yang lebih membuatnya pusing sekarang ini adalah kalimat selanjutnya yang diucapkan Claire padanya. 

Kalimat yang merupakan sebuah permintaan yang harus Kevin kabulkan. Yang baginya merupakan sebuah permintaan yang memerlukan penolakan besar. 

Beberapa menit termenung, tiba-tiba Kevin tersadar akan sesuatu. 

Angel. 

Ia lupa sudah berapa lama ia meninggalkan gadis itu.

Selalu begitu.

Ia selalu melupakan gadis itu begitu saja saat berada di keadaan seperti ini. Sama seperti di malam itu di taman dekat rumahnya. 

Setelah menghela nafas panjang, Kevin lalu mengusap lelah wajahnya lalu meyakinkan dirinya untuk mengangkat tubuhnya dari bangku.

Diraihnya tas punggung bewarna kelabu yang sedari tadi ia letakkan sembarangan di tanah. Kemudian berjalan malas menuju halte bus. 

Saat itulah ia melihat malaikatnya. Terduduk di bangku halte di seberang sana. Rambutnya terurai dan ia tersenyum lebar dengan anggunnya, seperti biasa. 

Semua terlihat sempurna di mata Kevin. Kecuali satu keganjalan yang jelas nyata terlihat dan tak dapat ia pungkiri. 

Yaitu sosok lelaki berambut cokelat kemerahan yang sekarang terlihat duduk santai di samping malaikatnya.

Seperti sudah di setting sedemikian rupa, rasa cemburu langsung menaikkan hormon adrenalin dalam diri Kevin jika melihat Angel bersama dengan lelaki lain, terlebih Jared. 

Dalam satu tarikan nafas panjang, Kevin dengan mantap melangkah menyeberangi jalan untuk meraih mereka. 

Seakan menyadarinya kehadirannya, Angel menoleh ke arahnya dan melempar senyum lebar yang begitu manis. Gadis itu terlihat sangat bahagia melihatnya seperti sudah lama saja ia meninggalkannya. 

Sebenarnya melihat senyuman itu saja sudah cukup memperbaiki harinya yang buruk hari ini. Tapi tetap saja ia harus terlihat garang di depan orang itu. Di depan teman lamanya yang sekarang secara tidak langsung mendeklarasikan perang terhadapnya. 

"Angel, ayo pulang."

Tanpa Kevin duga, gadis itu tidak mengatakan apa-apa dan hanya mengangguk cepat, meraih tasnya, dan berdiri dari tempat duduknya. 

Apa ini? Apakah ia juga tidka suka berlama-lama berada di dekat Jared?

Tapi bukan Jared namanya jika ia tidak membuat masalah. 

Dengan berani ia meraih pergelangan tangan kecil Angel dan menguncinya agar tidak bisa keman-mana. 

Refleks salah satu tangan Kevin mengepal sedangkan tangan yang lain ikut menggamit pergelangan tangan Angel yang bebas.

Angel menoleh ke kanan dan ke kiri. Kebingungan dengan situasi yang mengepungnya diantara dua orang lelaki ini. 

"Lepaskan dia, Jared," perintah Kevin tegas dengan pandangan yang menghunus tajam ke arah Jared.

Yang hanya dibalas santai oleh Jared dengan senyum miringnya. Lelaki itu lalu melepaskan tangan Angel dan justru mengangkat kedua tangannya ke langit, seperti penjahat yang sudah tertangkap basah oleh polisi. 

"Wow. Ternyata benar kalau dia gadismu. Rumor di sekolah memang tidak pernah bohong, ya?" ucapnya sambil sedikit terkekeh.

Rahang Kevin semakin mengeras melihat seringai itu. Jika bisa, rasanya ia ingin sekali menghantam wajah menganggu itu dengan tong sampah yang ada tak jauh darinya. Tapi sekali lagi, ia harus mengontrol diri. 

Ia bukanlah orang yang dulu, ia harus lebih bisa mengontrol dirinya. Terlebih saat ia sedang berada di hadapan Angel saat ini. 

Akhirnya ia memutuskan untuk tidak menggubris perkataan Jared dan hanya menarik tangan gadisnya untuk berjalan bersamanya. 

Tidak ada bus, ia tahu. Jadi ia memutuskan kalau lebih baik berjalan kaki jauh dari pada harus menunggu bus ditemani dengan lelaki pembuat onar. Ia hanya bisa berharap Angel tidak keberatan diajak jalan kaki. 

Namun baru saja empat langkah ia berjalan, sang musuh di belakang sana sekali lagi memancing amarahnya. 

"Hei, kita semua tahu kalau kau tidak bisa memiliki Angel," kata Jared dengan lantang tiba-tiba.

Kalimat itu sukses membuat Kevin menghentikan langkahnya. Bukan ia yang memutuskan untuk berhenti, tapi gadis di belakangnya yang memaksa dengan menarik tangannya dan meremasnya kuat-kuat. 

Tidak. Jangan katakan itu pada Angel, pinta Kevin dalam hati. 

Setengah berharap Jared tidak akan melanjutkan kalimatnya, Kevin akhirnya memberanikan diri untuk membalikkan badannya kembali. Memasang wajah yang ia kondisikan sebisa mungkin agar telihat tegas dan berani. 

Ia tahu ia sudah kalah sejak lama. Tapi masih ada harapan darinya untuk mengubah kekalahan itu. 

Ia bisa saja terus berjalan tanpa mengatakan apa-apa, tapi sepertinya ada seseorang yang meminta kejelasan. 

"Apa maumu?" tanya Kevin dingin. 

Lelaki di seberang sana mendengus, kemudian bangkit dan berjalan mendekat kerah Kevin.

"Kau tahu apa yang aku inginkan."

Tentu saja Kevin tahu, karena itulah ia memberi sentuhan pada lengan Angel sebagai isyarat untuk gadis itu agar berlindung di belakangnya. 

Sepertinya Jared menyadari isyarat itu, sehingga sekarang ia mendengus kemudian terkekeh. "Tidak perlu bertingkah seperti itu, Kevin. Walaupun tidak resmi, tapi tetap saja ini merupakan perjanjian antaraku dan kau."

"Tidak ada perjanjian seperti itu, Jared."

"Baiklah, mungkin bukan perjanjian. Tapi lebih tepatnya adalah hutang. Jadi, mau tak mau kau harus membayar hutang itu," ucap Jared masih dengan senyum miringnya.

Lalu lelaki itu mengalihkan pandangannya dari Kevin menuju Angel dibelakangnya. Ekspresi wajah Jared itu diartikan Kevin sebagai ekspresi penjahat yang hendak mencuri permen dari anak kecil, begitu mengintimidasi dan penuh permainan. 

Inilah permainan mereka berdua, dengan Kevin sebagai anak kecil yang tidak bisa apa-apa.

Gadis di belakang punggungnya itu meringsuk menenggelamkan wajahnya ke punggungnya, membuat Kevin refleks membentangkan sedikit tangannya untuk lebih melindunginya. 

"Baiklah. Aku biarkan dia menjadi milikmu hari ini. Tapi aku hanya ingin mengingatkan padamu tentang hutangmu itu dan aku berharap kau ingat. Dan, hei Angel, kau tidak perlu ketakutan seperti itu, kau tahu bagaimana aku, bukan? Yang harus kau takuti sekarang seharusnya adalah dia, bukan aku," tutup Jared dengan melempar senyum ramah pada Angel, lalu melenggang pergi begitu saja menuju mobil sedan tua yang terparkir tak jauh dari halte bus. 

"Kevin," panggil gadisnya itu. 

***

Hai haiiii. Makasih masih tetap setia baca Secret of an Angel yaaaah. Keep reading and dont forget to leave a star and comment ^^

Continue Reading

You'll Also Like

5M 921K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...
2.4M 446K 32
was #1 in paranormal [part 5-end privated] ❝school and nct all unit, how mark lee manages his time? gampang, kamu cuma belum tau rahasianya.❞▫not an...
1M 100K 54
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...