BOBOIBOY:LOVE STORY [FANG X B...

By LYZ_LYN_EYN_EYNI

50.2K 1.9K 267

Cerita tentang cinta antara Boboiboy dan Fang. BACALAH CERITA INI. More

CHAPTER 1
CHAPTER 2
CHAPTER 3
CHAPTER 4
CHAPTER 5
CHAPTER 6
CHAPTER 7
CHAPTER 8
CHAPTER 9
CHAPTER 11
CHAPTER 12
CHAPTER 13

CHAPTER 10

2.8K 100 53
By LYZ_LYN_EYN_EYNI

Boboiboy: Alasan Terbesar

Boboiboy © Animonsta Studio, Malaysia

Fanfiction by widzilla

Warning! Genderbender alert! Contain OOC. Fang x fem!Boboiboy pairing.

Bahasa Melaysia + Bahasa Indonesia.

[][][][][][][][][][][][][][][][][]

Di ruang tamu, Tok Aba tengah menceritakan kisah pada kedua orang tua Boboiboy mengenai sejak pertama kali Boboiboy bertemu dengan Fang hingga sekarang sambil memperlihatkan foto-foto yang berada di album cucunya. Yaya dan Ying rajin sekali mengabadikan moment-moment kebersamaan mereka dan membaginya pada masing-masing sahabat mereka dalam bentuk foto. Kedua orang tua Boboiboy menyadari betapa berharganya Fang bagi anak mereka, sejak awal hingga saat itu.

Persahabatan yang mempertemukan anak-anak tersebut kepada takdir mereka sebagai para pahlawan berkekuatan luar biasa. Kedua orang tua Boboiboy juga menyadari, wajah Fang yang sepi akan ekspresi di foto-foto awal semakin lama semakin menjadi cerah ceria bila ia berfoto berdampingan dengan Boboiboy. Mereka menyadari kenyataan bahwa kedua anak itu saling membutuhkan satu sama lain.

Tak lama pintu depan terbuka dan Boboiboy muncul memasuki rumah. Sang ibunda menyambut anak gadisnya dengan pelukan. Wajah yang lesu sama sekali tak bisa menyamarkan kesedihan Boboiboy. Sang ibu menyadari hal tersebut, namun ia tahu jika bertanya hanya akan membuat buah hatinya semakin terluka. Wanita itu baru menyadari Fang masih berdiri di depan gerbang setelah mengantar anak perempuannya pulang dengan aman. Fang menunduk sopan sambil mengeratkan jaket yang tadi ia pinjamkan pada Boboiboy di tubuhnya.

"Mama… Fang nak pamit pulang…" ujar Boboiboy pelan nyaris tak terdengar. Ia berusaha menyembunyikan suaranya yang masih pecah karena tangisan tadi. Hatinya masih berupa kepingan belum bersatu utuh.

"Eikh…? Dah mau balik…? Tak masuk dulu ke…? Minum koko atau teh panas dulu… Sejuk sangat di luar…" Fang tersenyum kecil dan menggeleng menolak dengan halus tawaran sang ibu "Terima kasih, makcik… tapi saya nak balik je… besok masih ada sekolah… Terima kasih dah izinkan saya berbincang dengan Boboiboy…" ujar Fang sopan.

Ayah Boboiboy mengelus pundak Boboiboy dengan lembut di sampingnya. Tok Aba dan ibu Boboiboy berjalan mendekati Fang. Tanpa diduga Fang dan Boboiboy, sang ibu memeluk Fang dengan erat dan hangat "Terima kasih dah jaga anak kami…"

Fang terdiam kebingungan, kemudian memandang Tok Aba yang justru hanya tersenyum hangat padanya.

Akhirnya Fang berpamitan pulang dan berjalan hingga menghilang dari belokan gang rumah Tok Aba. Barulah Boboiboy dan keluarganya masuk ke dalam rumah begitu Fang tak nampak lagi.

Kedua orang tua Boboiboy memberikan ciuman selamat malam sebelum anak mereka berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Tok Aba meminta Ochobot untuk tidur bersamanya malam itu, membiarkan Boboiboy beristirahat setelah apa yang terjadi bersama Fang di taman sebelumnya. Tanpa dikatakan, Tok Aba bagai tahu apa yang kedua anak tersebut bicarakan. Ochobot menuruti kata-kata Tok Aba dan memeluk Boboiboy untuk mengucapkan selamat tidur sebelum membiarkan gadis itu sendiri.

Boboiboy menutup pintu kamarnya dengan pelan. Tubuhnya masih lemas dan hatinya masih terasa pedih. Ia memeluk tubuhnya sendiri sambil berjalan mendekati jendela kamar. Hangat tubuh Fang masih dapat ia rasakan jelas. Pelukan yang erat dari Fang sama sekali tak bisa dilupakannya dalam waktu singkat. Hatinya begitu sesak mengingat hari esok akan tiba. Hari di mana ia berharap tak datang cepat.

Jemari lentik Boboiboy menyentuh tirai hendak menutup jendela yang masih menunjukkan pemandangan langit malam. Namun pandangan gadis itu tertuju pada sebuah belokan jalan dekat rumahnya.

Fang masih berdiri di situ memperhatikan Boboiboy dari kejauhan. Sembari mengeratkan jaket, cowok berkacamata tersebut tersenyum dan melambaikan tangannya. Boboiboy turut melempar senyuman dan membalas lambaian tersebut dari jendela kamar.

Fang ingin memastikan bahwa Boboiboy dalam kondisi yang lebih baik dari sebelumnya. Ia tak tenang meninggalkan gadis yang masih bersedih itu begitu saja. Maka Fang rela menunggu bidadari bergaun putihnya memperlihatkan wujud di jendela ketika ia akan menutup tirai. Meski hanya beberapa detik, itu sudah membuat Fang cukup tenang dalam perjalanannya menuju rumah.

-------------------------------------

Tak ada lagi cahaya yang menerangi kamar Boboiboy. Hanya cahaya lembut rembulan yang menembus tirai mewarnai gelap ruangan kecil tersebut. Sementara malam itu Boboiboy sama sekali tak bisa tidur.

Di balik selimut sambil meringkuk dalam pembaringan, ia terus teringat ciuman pertamanya.

Jantungnya terus berdegup kencang, wajahnya memanas. Wajah tampan Fang yang begitu dekat di hadapannya tak bisa menghilang dari ingatan. Kacamata Fang sama sekali tak menghalangi Boboiboy merasakan kelembutan dari tatapan mata Fang. Mata yang biasa menatap tajam pada siapapun terasa begitu lembut dan hangat jika pandangan mereka bertemu.

Ciuman yang terasa basah, terasa hangat... namun manis...

Boboiboy berharap suatu saat Fang tak keberatan membiarkan dirinya merasakan hal itu lagi dengannya. Hanya dengan Fang.

Fang...

Apakah kita diijinkan untuk bersama...?

Hati Boboiboy kembali gundah ketika ia mengingat, besok adalah hari di mana ia harus mengambil keputusan. Tubuhnya meringkuk lebih dalam. Tanpa disadari, air mata kembali menetes penuh kebimbangan di pipi Boboiboy.

Aku hanya memiliki satu keinginan...

Aku ingin bersama Fang...

Menghabiskan waktu dengan Fang...

Menjalani segalanya bersama Fang...

Dosakah ini...?

----------------------------------------

Tok Aba dan Ochobot tengah tertidur pulas di kamar Tok Aba. Sementara itu, kedua orang tua Boboiboy tidur berdampingan di kamar tamu yang disediakan Boboiboy setelah gadis itu mendapati kedua orang tuanya berkunjung ke rumah Tok Aba sore tadi.

Ibu Boboiboy terdiam belum menutup kedua matanya. Tubuhnya yang sudah terbaring santai dan lampu yang telah padam sama sekali tak membantunya mengantuk. Sebuah gerakan dari sampingnya membuat wanita itu menoleh melihat sang suami yang juga ternyata tak bisa tidur.

"Macam mana pendapatmu tentang anak bernama Fang tadi…?" tanya sang ayah. Istrinya tersenyum lebar mendengar pertanyaan tersebut "Dia anak yang elok lagi bertanggung jawab… aku lega dia selalu di sisi anak kita…"

Ayah Boboiboy terdiam sejenak mencerna pujian istrinya kepada Fang "… tapi dia… dah mencium anak kita… Mama malah macam lagi seronok tengok mereka macam tu! Masih dua belas tahun mereka tu! Tak pantas lagi dah berciuman!" Ibu Boboiboy terkekeh tak terkendali mendengar gerutuan suaminya. Mereka melihat jelas pemandangan ketika Fang mencium Boboiboy dari kamar Boboiboy tadi. Tok Aba membelalakkan matanya dan tak dapat menahan senyum, sementara ayah Boboiboy terkejut bukan main dan kemudian memandangi istrinya yang tergirang-girang. Tentu saja bagi seorang ayah yang kini memiliki anak gadis, hal itu bukanlah sesuatu yang dapat membuat dirinya tenang. Terlebih hubungan Boboiboy dan Fang bagai layaknya sudah pacaran.

"Kau ni… macam cemburu ke…?" tanya sang istri setelah berhasil mengendalikan tawanya.

"Eikh! Mestilah! Boboiboy tu… Anak perempuan yang sempurna sangat! Kita orang ni tak tahu Fang tu anak macam mana…! Mestilah kita jaga anak kita tersayang dari laki-laki asing!"

Sementara sang suami dengan penuh semangat berdiri gagah di atas tempat tidur sambil memuja-muja anak laki-laki satu-satunya yang telah berubah menjadi perempuan, sang istri terbengong ria mendengar ucapan suaminya "Ng… kau ni nak Boboiboy kembali ke wujud asal atau tak…?" tanya sang istri berusaha meyakinkan. Justru pertanyaan tersebut membuat suaminya gelagapan bingung.

Boboiboy yang menyambut kedua orang tuanya sore tadi dengan masakan yang ia masak sendiri serta layanan seorang anak perempuan yang begitu berbakti pada orang tuanya, membuat terkesima ayah dan ibunya tersayang. Mungkin hal itu lah yang membuat ayah Boboiboy begitu memuji anak perempuannya yang dianggap paling sempurna seantero planet. Bahkan mungkin alam semesta.

"Sudahlah… baik kau kembali rehat… besok kita nak ke tempat kawan Boboiboy yang bernama Adu Du itu ke…" seiring sang istri menarik selimut sampai dagu, suaminya kembali berbaring dengan kalem di sampingnya.

Hati seorang ibu yang sensitif tentu saja merasakan kegundahan hati anaknya. Ia tahu Boboiboy memiliki dua pilihan sulit yang menjadi pergolakan batin dalam dirinya. Perlahan wanita yang penuh kasih sayang dalam dirinya itu memejamkan mata, menunggu hari esok tiba dalam tidurnya. Menunggu anaknya memutuskan pilihan hidupnya sendiri.

------------------------------------

Esok harinya semua keluarga dan sahabat Boboiboy berkumpul di lapangan kosong tempat markas Adu Du. Alien hijau beserta anak buahnya yang berwarna ungu sudah menunggu mereka dengan senjata pembalik di tangannya. Namun wajah Adu Du yang begitu serius dan agak gusar menumbuhkan pertanyaan bagi teman-temannya.

"Apasal wajahmu macam tu, Adu Du…? Apa… senjatanya macam belum berjaya ke…?" tanya Yaya ragu.

Adu Du menghela napas dan mengelus senjata yang ada di tangannya. Ia menatap teman-temannya satu per satu "Tak… Bukan tu yang kurisaukan… Senjata ni, aku yakin sudah berjaya sejak masa aku dah betulkan… Tapi ada orang yang dah rusakkan kembali, gagalkan kembali senjata ni sehingga tak berjaya setiap kita uji cuba…!"

Semua orang terkejut. Mereka mulai bertanya-tanya siapa yang tak menginginkan Boboiboy tidak kembali ke wujud asalnya.

"Aiyo! Ini mestilah para penjahat yang nak inginkan hapuskan Boboiboy! Mereka masuk diam-diam ke markas Adu Du dan rusakkan senjata tu!"

"Ah! Betul tu kata Ying! Adu Du! Mestilah kau taruh senjata tu di tempat aman!" seru Gopal.

"Aku dah taruh di lemari kaca yang tebal dan terkunci rapat dengan password! Macam mana ada orang yang boleh buka! Bahkan penjahat kelas dunia pun tak boleh buka lemari kaca ciptaanku ni...!" Adu Du tertegun sejenak berpikir siapa yang kira-kira bisa menyelinap ke markasnya yang memiliki sistem pengamanan serta bisa merusak senjata tersebut yang masih terkunci berada di dalam lemari kaca "Atau… ada orang yang miliki kuasa… dah masuk ke markasku…"

Kedua orang tua Boboiboy saling berpandangan cemas sambil mengelus bahu anak mereka. Yaya, Ying, dan Gopal saling berpandangan. Siapa lagi yang memiliki kekuatan selain Boboiboy, Yaya, Ying, Gopal, dan…

Tatapan semua orang tertuju pada Fang yang sedari awal hanya terdiam menunduk diam. Ia sama sekali tak membalas tatapan orang-orang padanya.

Yang bisa memasuki markas kotak tanpa perlu menyelinap hanyalah kelima anak tersebut ketika mereka menjenguk Adu Du. Fang yang memiliki kekuatan bayang bisa menggunakan jurus Jari Bayangnya dan menyelinap dengan mudah memasuki celah setipis apa pun. Sehingga sistem keamanan dan kunci passwordyang diciptakan Adu Du menjadi percuma. Selama Yaya, Ying, Gopal, Boboiboy mengobrol dengan Adu Du dan Probe, Fang menggunakan kesempatan tersebut untuk merusak senjata pembalik yang telah sempurna.

Boboiboy turut terdiam menatap Fang. Bukan tatapan curiga ataupun marah. Tapi tatapan penuh harap dan sedih. Ia tahu benar bahwa Fang pelakunya. Dan Boboiboy tahu jelas alasan Fang melakukan hal demikian.

"Fa… Fang… Kaukah… yang dah rusakkan senjata pembalik…?" Yaya dan Ying mulai meragukan kepercayaan mereka pada cowok berkacamata yang tak mengucapkan sepatah kata pun. Diamnya Fang menjadi jawaban jelas bagi semua orang.

"Oi, Fang... Apasal...?" dengan nada sedih dan kecewa, Ochobot terbang perlahan ke hadapan Fang yang tak menatapnya.

"Fang… kau… apasal kau buat macam tu…?" tanya Gopal dengan napas tertahan.

Adu Du yang menjadi emosi ditahan oleh Probe sebelum ia menyerang Fang "Kau! Apasal kau buat macam tu? Kau ni dah benci Boboiboy ke? Apa yang dia dah buat pada kau, Fang?"

Kedua orang tua Boboiboy hanya bisa terdiam. Pandangan keduanya berganti pada anak mereka yang kini turut menunduk.

"Aku… aku tak nak Boboiboy kembali asal semula…" kata-kata Fang membuat teman-temannya terdiam menyimpan amarah. Mereka tak menyangka Fang tega berbuat demikian hanya karena ingin menjatuhkan rivalnya. Tentu saja cacian dan makian terlempar dari para sahabatnya sendiri.

Sampai Boboiboy mengeluarkan suara membuat semua orang terdiam memandangnya "Teman-teman…! …Fang… Fang punya alasan sendiri… kenapa dia buat macam tu…"

"A, apasal, Boboiboy…?" tanya Ying pelan.

Yaya mulai mengerti alasan perbuatan Fang. Amarahnya berganti menjadi diam. Yaya memandangi Boboiboy penuh maklum, kini pandangannya kembali ke Fang "Fang... kau..." Fang hanya mengangguk kecil pada pernyataan Yaya yang belum terucap sama sekali. Tapi cowok itu tahu apa yang hendak dikatakan gadis berjilbab tersebut. Yaya tersenyum kecil, kembali memandang Boboiboy yang kini harus mengambil keputusan bulat.

Boboiboy perlahan membalikkan tubuhnya menatap kedua orang tuanya yang masih terdiam memandangi anaknya. Tentu saja air mata Boboiboy yang mengalir di pipi membuat mereka tersenyum maklum sambil memeluk erat gadis tersebut "Tak apa, Boboiboy… Kau boleh sangat ambil keputusan sendiri…"

"Ta, tapi… papa dan mama…" terisak-isak gadis itu dalam pelukan kedua orang tuanya "Boboiboy… kau ni macam anak perempuan ataupun laki-laki… kau tetaplah anak kami tersayang…" bisikan lembut dari ibunda membuat gadis itu semakin mengeluarkan air matanya "Kami tak nak tengok kau macam ni setiap hari... Kami nak kau bahagia, Boboiboy..."

Fang masih terdiam, ada perasaan bersalah yang begitu besar dalam dirinya. Ia mulai berpikir tidak seharusnya ia melakukan niatnya tersebut. Namun sebuah senyuman dari ibunda Boboiboy pada anak lelaki itu justru membangkitkan keberanian, keyakinan, dan keteguhan hatinya sebagai tanggung jawab atas apa yang telah ia lakukan.

Fang berjalan mendekati Boboiboy beserta kedua orang tuanya. Tubuhnya tegap berdiri di samping mereka dengan wajah penuh keyakinan dan mata yang lurus memandang gadis di hadapannya. Cowok berkacamata tersebut menarik napas panjang, membuat semua temannya menunggu apa yang hendak ia katakan.

"Boboiboy… Aku menyukaimu… tidak. Aku mencintaimu. Bolehkah aku jadi pendampingmu? Aku… aku tak nak kau kembali macam semula… Aku nak kau jadi pendamping hidupku kelak! Aku sungguh mencintaimu!"

Yaya, Ying, Gopal, Ochobot, Adu Du serta Probe bengong tak sadar diri, terkejut bukan main dengan pengakuan blak-blakan Fang. Tapi tatapan cowok itu sama sekali bukan tatapan bercanda atau main-main "Whoa… aku tak sangka Fang serius sangat macam tu…" ujar Yaya kagum.

Boboiboy tersenyum lebar. Belum pernah ia sebahagia itu. Begitu lepas dari pelukan kedua orang tuanya, Boboiboy menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan Fang yang selalu siap menangkap dan mendekapkan dirinya dalam sebuah pelukan yang hangat dan erat.

"Aku pun mencintaimu, Fang… Terima kasih dah menerimaku jadi pendampingmu … Aku janji akan jadi pendamping hidup yang lagi terbaik untukmu kelak…"

Fang tersenyum lebar penuh kebahagiaan. Tak pernah ia merasa selega dan sebahagia itu dalam hidupnya. Tangan Fang yang terlindungi sarung tangan ungu mengelus lembut wajah Boboiboy menghapus air mata gadis pujaannya tersebut "Aku juga, Boboiboy… Aku akan jadi pendamping dan pelindungmu… Aku akan jadi lagi kuasa agar dapat melindungimu…"

Adu Du tersadar dari bengongnya. Ia melihat senjata yang ada di tangannya sendiri, kemudian tersenyum, tahu bahwa senjata itu tak diperlukannya lagi untuk mengubah Boboiboy. Sementara Probe menangis penuh haru meraung-raung bagai melihat sinetron yang berakhir bahagia. Amarah Yaya dan Ying berubah menjadi sebuah helaan napas lega. Keduanya menghapus air mata haru yang nyaris mengalir di pipi mereka. Sedangkan Gopal masih menikmati bengongnya dan belum sadar sama sekali meski namanya sudah dipanggil-panggil Ochobot berulang kali.

Tok Aba merangkul kedua orang tua Boboiboy dengan senyum hangat di wajah tuanya membuat keriput-keriput yang menghias semakin jelas "Terima kasih untuk kalian berdua… dah mempercayakan kedua anak ni mengambil keputusan sendiri…"

Boboiboy dan Fang masih menikmati hangatnya tubuh masing-masing. Cowok berambut gelap tersebut bagai berada di surga mencium aroma wangi manis dari tubuh malaikat yang ada di pelukannya. Gadis bertopi yang diselimuti kebahagiaan itu bagai tak akan melepaskan pangeran sejati yang telah membawa kedamaian kepada jiwanya.

Kedua insan yang sedang diselimuti asmara tersebut terpaksa melepas pelukan mereka ketika tiba-tiba ayah Boboiboy menengahi keduanya "Eish…! Kau bolehlah menyukai Boboiboy…! Tapi mestilah kau tunjukkan kalau kau ni pantas untuk anak perempuanku yang laaaagi sempurna di dunia ni…!"

Tanpa basa-basi, istri dari pria yang terlalu bersemangat memuji-muji anak perempuan kesayangannya tersebut langsung menarik kerah baju suaminya yang sudah mengganggu suasana romantis anaknya bersama orang yang paling dicintai Boboiboy.

Semua orang tertawa melihat pertengkaran suami istri yang tampak seperti anak bebek dan anak ayam di tanah lapang. Sementara Fang mencuri-curi kesempatan menggandeng tangan sang kekasih yang bersambut membalas dengan senyuman di wajah manisnya.

Pertengkaran kedua orang tua Boboiboy terpaksa dihentikan ketika Fang menggandeng Boboiboy menengahi mereka. Menarik napas dalam, Fang mengucapkan niat dan janjinya pada calon mertuanya.

"Pakcik, Makcik... Saya, Fang... nak menikah dengan Boboiboy kelak. Izinkan saya bertunangan dengannya... Saya janji akan bahagiakan anak anda berdua..."

Ibunda Boboiboy tak sanggup berkata apa-apa lagi. Emosinya meluap melalui air mata dan akhirya ia berhambur memeluk kedua anak di hadapannya. Sementara ayah Boboiboy tak bisa lagi mengeluarkan kata-kata untuk menghalangi niat Fang. Ia hanya menghela napas panjang dan tersenyum menyetujui niat calon menantunya.

-----------------------------------------

Esoknya, seluruh teman-teman sekolah Boboiboy terkejut setengah mati melihat gadis bertopi tersebut tidak berubah sama sekali. Sedangkan yang mereka ketahui bahwa seharusnya kemarin ia sudah berubah kembali ke wujud asalnya. Tentu saja ratusan pertanyaan terlontar bagai peluru menghadang Boboiboy yang hendak berjalan di lorong menuju kelasnya begitu ia memasuki gedung sekolahnya.

Yaya dan Ying siap melindungi gadis itu dari kedua sisi. Akhirnya, sebelum semua anak semakin mengerubungi, Boboiboy berhenti sejenak dan bercerita bahwa ia memutuskan untuk tetap pada wujudnya yang sekarang ini. Hanya rona merah terlintas di wajah manis gadis tersebut ketika ditanya apa alasannya mengambil keputusan demikian.

Tanpa menunggu lama, beberapa anak laki-laki yang ikut mengerubunginya langsung menawarkan Boboiboy untuk jalan bersama mereka sepulang sekolah. Tak disangka Yaya dan Ying, teman mereka yang kini perempuan tulen itu ternyata begitu populer di sekolah. Ying menghela napas tak sanggup lagi menahan para anak-anak lelaki yang memaksa Boboiboy untuk berkencan dengannya.

Boboiboy menolak halus permintaan mereka satu per satu, tentu saja itu memakan waktu dan tak begitu berhasil karena anak-anak cowok tersebut memaksanya. Sebelum keadaan semakin panik, tiba-tiba seseorang menarik tangan Boboiboy dan merangkulnya dengan mesra. Tatapan culas nan dingin membuat semua anak ketakutan terdiam, tak ada lagi suara yang terdengar. Terlebih lagi ketika pemilik kekuatan bayang yang tak sungkan bersikap dingin pada siapapun yang ia mau itu bersuara.

"Kalian nak tahu alasan Boboiboy tak berubah macam dulu lagi…? Aku lah alasannya… Dia ni TUNANGAN-ku sekarang. Paham?"

Wajah merah Boboiboy seakan menjadi jawaban yang menyetujui kata-kata Fang. Semua anak melongo dan diam melihat pasangan itu berjalan bergandengan tangan menuju kelas. Sementara Yaya, Ying, dan Gopal cekikikan di belakang mereka.

"Nah tu... Boboiboy dah punya penjaga... Kalian tak boleh lagi dekat dia..."

"Hihihi! Serigala yang jaga Boboiboy tu mesti boleh gigit siapapun yang cuba dekat majikannya ma..." Yaya, Ying, dan Gopal berjalan di belakang mengikuti dua sahabat mereka yang bergandengan tangan mesra menuju kelas, dengan iringan anak-anak lain yang terbengong ria melihat kenyataan di hadapan mereka.

Tentu saja tidak hanya para murid, para guru turut terkejut mendengar keputusan Boboiboy. Tapi melihat kesungguhan dan keyakinan Fang akan menjaga Boboiboy seumur hidupnya membuat semua guru menghela napas. Bagai melihat cinta suci yang tumbuh dari anak-anak didik mereka, para guru mendukung penuh untuk turut membimbing keduanya agar menjalani hubungan mereka dengan baik.

Cikgu Papa Zola memang tak pernah absen turut campur urusan murid-muridnya. Ia merasa bahwa dirinyalah yang pantas membimbing Fang untuk menjadi seorang suami yang baik kelak. Sementara Fang dan para murid laki-laki lain hanya diam tak percaya padanya.

"Apasal korang tak percaya pada kebenaran, haaaah?"

"Kitorang tak percaya pada cikgu papa je..." sambut Fang dingin membuat gurunya terduduk di pojok kelas dengan penuh kegalauan.

Kini seluruh anak tengah mengikuti pelajaran dengan khusyuk, kecuali Gopal tentunya. Sedari awal ia terus mengeluh lapar dan Ying sudah bosan dengan suara keluhan dari belakang bangkunya itu hanya bisa menggerutu. Tentu saja Yaya dengan senang menyiapkan biskuit di tasnya untuk sahabatnya yang selalu mengeluh lapar itu. Dan kenyataannya Gopal tiba-tiba merasa tak begitu lapar lagi begitu melihat Yaya memperlihatkan biskuit dari tasnya pada anak gembul tersebut.

Sementara Boboiboy sedang berusaha mencatat catatan di papan tulis, berusaha menyerap apa yang dijelaskan guru. Ia merasa kesulitan pada beberapa hitungan. Tapi ketika sesekali ia melirik ke belakang bangkunya, ia selalu mendapati Fang tersenyum padanya mencuri-curi pandang. Dengan itu Boboiboy tahu, ia bisa bertanya pada Fang setiap ia membutuhkan bantuannya.

Boboiboy tahu Fang akan selalu ada ketika ia membutuhkannya. Dan Fang tahu Boboiboy membutuhkannya, maka ia selalu siap untuk dapat diandalkan oleh gadis bertopi yang dicintainya itu.

Bukan berarti sebuah cinta berjalan mulus tanpa ada penghalang.

Layaknya kisah cinta yang dijalani semua orang, tentu terkadang ada selisih paham, ada marah, ada air mata kesedihan, ada senyuman, dan yang pasti adanya kasih sayang dalam cinta. Kesemuanya itu menjadi pelengkap kebahagiaan mereka.

Yaya dan Ying senantiasa menjadi tempat curahan hati Boboiboy. Ying yang ceplas-ceplos dan tak sabaran, terkadang mudah sekali menyalahkan Fang yang telah membuat Boboiboy sedih atau marah padanya. Padahal belum tentu juga itu kesalahan Fang. Pada akhirnya tentu saja ada turun tangan dari Yaya yang bijaksana dan penyabar. Ia selalu menjadi penengah dan membantu para sahabatnya mencari jalan keluar. Gadis berjilbab merah muda itu selalu tahu apa yang harus dilakukan dengan penuh pemikiran sebelum bertindak. Sementara Gopal, bagai menempati posisi Yaya untuk Boboiboy, ia menjadi tempat curhat Fang sebagai sesama laki-laki. Sayang Gopal lebih tertarik mengisi mulut dan perutnya dibanding mendengarkan keluh kesah Fang. Kalau sudah begini, Tok Aba dan Ochobot lah yang menjadi tempat Fang mengeluarkan isi hati.

Tapi tentu saja yang sanggup menghangatkan perasaan masing-masing, yang sanggup menenangkan hati masing-masing, yang sanggup melengkapi jiwa masing-masing, hanyalah Fang dan Boboiboy sendiri.

Keberadaan para sahabat Fang dan Boboiboy, membuat perjalanan kisah cinta mereka menjadi lebih berwarna-warni.

Mereka berjalan perlahan namun pasti menuju apa yang mereka cita-citakan.

Mereka tahu akan sampai di sebuah titik di mana mereka akan saling bergandengan tangan dan berdampingan selamanya.

Mereka akan selalu saling menunggu hingga saatnya tiba.

Penantian yang dijalani dengan penuh kesabaran akhirnya memberi kebahagiaan di akhir...

[T.B.C.]

Continue Reading

You'll Also Like

976 54 4
Don't be Sad Takemichi✨ . . Seorang pemuda yang lemah lembut bernama Hanagaki takemichi yang disayangi oleh kedua ibubapanya. Takemichi orang yang...
1.9K 117 17
This is a story about Horror Squad and others (Malaysian Streamers/Youtubers) Ft: - Pok Ro - RyanSM - Kambing Golek - Hatoro Hibiki - And many more...
2.4K 431 52
"Aku mempunyai seutuh kasih yang tidak pernah terusik hanya untukmu." [Not edited]
89.5K 7.6K 61
✦✧✧ 🄲🄾🄼🄿🄻🄴🅃🄴🄳 ✧✧✦ Warning⚠⚠⚠ Fujo fudan area!!Tak suka jangan baca!! Sinopsis⤵⤵⤵ Vampire AU!! Satu kebakaran telah terjadi di Sekolah Rendah...