Unintended Marriage (Lagi Buk...

By lanavay

877K 51.8K 1.6K

CERITA DIPRIVAT Follow=> masukin library baru bisa baca kalau gak di log out dulu. Sequel dari Hidden Husband... More

Sinopsis & Privat
1. Awal Pertemuan
2. Dipertemukan
3. Dibalik Masa Lalu
4. Kebenaran yang Tersembunyi
Cast
6. Pemikiran yang Berbeda
7. Bertamu
8. Di Balik Lamaran
9. Pernikahan
10. Permintaan
11 _ Kenyataan yang Pahit
12. Dalam Diam
13. Tersembunyi
14. Rentetan Cerita Masa Lalu
16. Dia yang Kami Tunggu
17. Akankah Berbeda?
18_ Goresan Masa Lalu
19. Tak Terduga
20. Perbedaan Pemikiran
21. Antara Duka dan Tawa
22. Suara Hati
23_ Kisah yang Tersembunyi
24. Perpisahan (Edisi Revisi)
25. Terselubung
Extra Part
Terima Kasih
Hola

5.Berita Membingungkan

25.1K 2K 36
By lanavay

Waktu sudah menunjukkan sepertiga malam, tetapi pekerjaan pria bermata sipit ini tak kunjung selesai. Sejak tadi lelaki tampan itu meneliti setiap debit dan kredit hasil usahanya yang mengalami penurunan dibandingkan satu bulan yang lalu. Ia menghela nafas sejenak. Melonggarkan dasi yang serasa mencekik leher putih bersihnya.

Rasa kantuk kian menjadi. Padahal lelaki ini sudah meminum tiga cangkir kopi, tetapi rasa kantuk tak kunjung menghilang. Wajahnya tampak sayu.

"Mikayla, bisa kamu pesankan bakmi goreng pedas di pertigaan dekat toko mebel. Beli dua ya. Satu untuk saya, satu untuk kamu," pinta Rasyid kepada sekertarisnya.

"Baik, Pak." Gadis cantik itu segera menata meja kerjanya sebelum pergi membeli bakmi goreng. Tak jauh dari perusahaan Rasyid terdapat sebuah kedai sederhana yang buka dua puluh empat jam. Pemilik kedai itu adalah sepasang lansia yang memiliki tiga puluh dua pekerja yang dikelompokkan menjadi empat. Setiap delapan pekerja, bekerja selama enam jam dalam sehari.

Sekitar dua puluh menit bakmi goreng level lima sudah tersaji di hadapan Rasyid. Aroma khasnya membuat lelaki yang dilanda kelelahan itu bisa tersenyum lagi. Rempah-rempah khas masyarakat Jawa sangat kental pada bakmi itu memberi kenikmatan yang tak terkira kepada para penikmatnya.

"Maaf, Presdir. Saya sudah menyelesaikan tugas saya. Boleh saya pulang terlebih dahulu?" tanya Mykaila ragu.

Rasyid hanya mengangguk mengiyakan. Lelaki ini masih terpaku dengan kelezatan bakmi yang disantapnya.

***

  Pagi yang indah sama seperti senyum Aqila. Perempuan itu telah merapikan beberapa pakaian kerjanya karena akan pergi ke Bandung. Wanita ini langsung mencari-cari keberadaan ibu serta anaknya untuk pamit sebelum pergi ke luar kota dalam rangka perjalanan bisnis.

"Umi, Qila pamit mau berangkat ke Bandung selama satu sampai dua bulan." Perempuan itu langsung memeluk hangat ibu tercintanya.

"Iya, hati-hati." Nyonya Adelia tersenyum seraya mengelus-elus punggung anaknya.

"Umi, lihat Azmi enggak? Qila menatap ibunya lembut.

Belum sempat Nyonya Adelia  menjawab suara nyaring cucu perempuannya sudah menjadi jawaban pertanyaan anak wanitanya.

"Umi! Aku di sini!" teriak Azmi di gendongan Rasyid.

"Sayang, Umi pamit ya." Aqila mengambil anaknya yang berada di gendongan kakak tercintanya.

"Umi tapi jangan ama-ama perginya, ya?"

"Iya, Cantik." Aqila mencubit gemas pipi anaknya.

"Mas, Ras. Tumben sore udah pulang?"

"Dari kemarin kan udah lembur. Mas capek kalau kerja terus."

"Makanya jangan jadi workaholic."

"Di rumah juga bingung mau ngapain kalau enggak kerja."

"Makanya cepet nikah. Kamu itu udah punya keponakan loh, Ras. Masak gak pengin gendong anak sendiri," sambung Nyonya Adelia dengan senyuman jahil.

"Umi, lupa ya calonnya baru ketemu kemarin."


"Ya udah, langsung lamar terus nikah." Aqila ikut mengompori. Perempuan ini senang sekali menggoda kakak yang terlahir beberapa menit lebih awal darinya.

"Masalahnya Umi kan belum liat, Rissa. Siapa tahu Umi gak setuju kalau Ras nikah sama Rissa dan belum tentu juga Rissanya mau."

"Umi pasti setuju. Umi malah seneng banget jika kamu bisa memenuhi wasiat abimu untuk menikahi anak sahabatnya. Apapun kondisi Rissa, Umi akan menerimanya sebagai menantu."

"Kalau begitu nanti Umi ikut Ras ketemu Rissa. Apapun yang Umi lihat jangan berkomentar apapun apalagi sampai melukai hatinya. Jika Umi tidak suka dengan kondisi Rissa, Umi bicarakan dengan Rasyid di rumah saja."

  ***

Matahari telah tenggelam berganti dengan cahaya redup rembulan. Bintang mulai beraksi. Berkelap-kelip di langit dengan pongahnya. Jalanan tak sepi, malah sebaliknya semakin padat dengan kendaraan para pekerja yang bergegas pulang ke kediamannya atau para penikmat kuliner yang berburu makanan di setiap sudut kota.

Suasana malam yang indah tampak bersahabat dengan cuaca. Tak ada gerimis apalagi hujan deras. Hanya embusan angin malam yang menyapa setiap inci permukaan kulit. Waktu baik ini menjadi harapan yang baik pula untuk Rasyid. Di mana lelaki ini bersama wanita yang telah melahirkannya mulai memasuki kafe yang lumayan ramai. Ralat sangat ramai.

Beruntungnya masih ada satu meja yang tersisa di dekat jendela kaca yang begitu besar menghadap ke arah warna-warni ibu kota. Terlihat dengan jelas lampu yang begitu terang dari gedung kokoh, menantang langit malam.

"Ras, sepertinya yang datang kemari kebanyakan anak muda?" tanya Nyonya Adelia pelan hampir tak terdengar, tetapi beruntungnya Rasyid bisa mendengarnya.

Nyonya Adelia mencoba melihat ke kanan dan ke kiri untuk memastikan penglihatannya tak salah. Jika, para pengunjung kebanyakan sepasang kekasih. Sementara Rasyid hanya tersenyum.

"Umi, gimana sih? Namanya juga kafe. Kebanyakan juga anak muda. Khususnya pecinta kopi seperti Ras. Tenang aja Umi meski sudah berkepala lima tapi terlihat masih muda kok kayak ABG."

Nyonya Adelia tertawa sambil mencubit lengan anaknya.

"Kamu ini kalau suruh bercanda nomer satu."

"Umi pesen apa? Biar Ras yang pesenin."

"Puding Fla sama kopinya Cappucino."

Rasyid mengangguk. Ia langsung pergi menuju kasir untuk memesan pesanannya.

"Mbak, saya pesan Puding Fla, Cappucino, Caramel Machiato, sama mie singapura. Kalau boleh bisa tidak nanti yang mengantar pesanannya Arissa?" tanya Rasyid halus tetapi penuh harap.

Penjaga kasir itu mengiyakan.

Rasyid pun langsung kembali ke mejanya.

"Ras, kalau Rissa kerja di sini berarti pakaiannya minim kayak mbaknya yang itu?" Tunjuk Nyonya Adelia.

"Umi, nanti bisa lihat sendiri."

"Berarti itu bener. Jadi, dia enggak berjilbab?"

"Permisi," ujar Rissa yang sudah membawakan pesanan Rasyid, tetapi gadis itu belum tahu, kalau pemuda yang duduk di depan Nyonya Adelia adalah lelaki yang telah memporak-porandakan hatinya karena posisinya menghadap ke depan jendela.

Rasyid langsung menengok ke arah Rissa. Sontak gadis itu terkejut. Meski seharusnya ia tak heran, jika lelaki itu datang ke tempat kerjanya karena setelah pertemuan pertama kali di kafe, pria itu sering datang dengan atau tanpa sahabatnya, Fariz. Namun, sudah sekitar satu minggu pemuda itu tak pernah datang lagi.

"Ini pesanannya." Rissa menata pesanannya dengan berhati-hati, lalu tersenyum ramah.

Nyonya Adelia yang melihat wajah Arissa benar-benar kaget bahwa gadis itu mirip sekali dengan mendiang sahabatnya. Namun, perempuan yang berdiri di depannya memiliki penampilan yang jauh berbalik dari ibunya. Wanita paruh baya ini terus mengamati dari bawah sampai atas menilai penampilan Rissa. Sementara gadis muda ini yang dilihat seperti itu sangat kebingungan.

"Maaf, apa masih ada yang bisa saya bantu?" tanya Rissa halus.

"Kamu benar yanag namanya, Arissa?" tanya balik Nyonya Adelia hati-hati.

"Iya."

"Kamu punya waktu enggak besok atau lusa. Saya ingin berbicara penting denganmu?"

"Maaf, saya belum tahu. Memangnya ada apa ya, Bu?" Rissa memandang heran Nyonya Adelia.

"Anak saya ingin meminang kamu untuk menjadi istrinya."

Arissa terdiam sejenak. Seolah-olah ia lupa caranya bernapas. Hal itu masih sulit dipercaya. Apalagi, setahunnya lelaki itu sudah memiliki istri dan anak.

"Sekali lagi saya minta maaf. Ini terlalu aneh? Apalagi, bukannya Tuan Rasyid itu sudah memiliki anak dan istri?" jawab Arisssa polos.

"Anak saya ini masih single. Dia enggak pernah deket-deket sama perempuan, kecuali keluarganya. Mana mungkin saya enggak tahu kalau anak saya sudah mrnikah?"

"Yang kemarin itu siapa di pengajian."

"Ohh, itu. Anak kecil itu keponakan saya. Ibunya adalah saudara kembar saya," jelas Rasyid dengan senyuman.

Arissa semakin bingung. Namun, dia juga senang mengetahui lelaki itu belum menikah.

Tbc ...

Btw, pada bosen gak?
Semoga aja suka.

Kamis, 24 November 2016

RT: 23 Juni 2017

Continue Reading

You'll Also Like

142K 14.1K 39
"Setelah patah, kita juga berhak bahagia," - Hujan Hayunggi Hujan sejak dulu selalu dicap sebagai perempuan paling bodoh. Bagaimana tidak, ia selalu...
712K 40.2K 49
#Bagaskara1 Rasa sakit terkhianati oleh orang yang berarti di dalam hidupnya. Membuat dia berfikir tidak akan pernah lagi mengenal cinta. Menutup se...
1.3M 52K 33
[Sebagian Part Sudah Dihapus] Info lebih lengkap ada didalam. *** "Kamu makin cantik kalo lagi marah kayak gitu... bikin gemes." Bisik Abi, membuat D...
185K 12K 43
⚠ di sarankan untuk membaca 5 part terakhir Rank : #1wattys 2018 # 8 on novel wanita #120 on teenlit # 3 in skripsi # 73 in getaran # 78 in mahasis...