Nothing's Changed (Luisana Za...

By luisanazaffya

79.7K 5.3K 236

Aku mencintaimu. Dan aku akan mengambil segala hal yang kau miliki untukku. Sekalipun dengan keegoisanku. Lui... More

1. Casavega Group
2. Luisana Zaffya C Farick
3. Him
4. Love
5. Business Matchmaking
6. Business Matchmaking 2
7. Should Tell You
9. Do You Love Me?
10. Will You Marry Me?
11. Pretend Not to Know
12. Clara and Richard
13. Something Weird
14. Another Mess

8. Past

2.8K 329 17
By luisanazaffya

Nothing's Changed

###

Part 8

Past

###

"Apa yang sebenarnya kalian lamunkan?" tanya Richard saat mereka menaiki tangga gedung IPS menuju lantai dua.

"Tidak ada yang penting."

"Apa yang kalian lamunkan sama?"

Zaffya hanya tersenyum kecil menjawab pertanyaan Richard, tidak mungkin ia memberitahu Richard tentang fantasi gila mereka untuk membunuh Richard. Lagipula, itukan hanya cara mereka bertiga bersenang-senang.

"Itulah yang membuatku iri pada mereka berdua," gumam Richard pelan. Membuat Zaffya menoleh dengan tatapan aneh ke arah Richard. "Kalian bertiga selalu punya pemikiran yang sama."

Zaffya mencibir.

"Benar." Richard meyakinkan pernyatannya yang disangkal Zaffya. "Kalian bertiga seperti... seperti punya kontak batin."

"Yang benar saja." Zaffya membelalakkan mata tak percaya dan terkekeh geli, "itu semua mungkin karena kita bertiga sudah berteman sejak kecil. Kita hanya sudah saling mengenal diri masing-masing."

Richard mengedikkan bahunya dengan kemungkinan itu.

"Oh ya. Nanti sore apa kau ada acara?" Zaffya mengalihkan topik pembicaraan.

Richard tampak bergeming, mencoba mengingat-ingat rencana kegiatannya hari ini. "Kenapa? Apa kau ingin keluar?"

"Hanya ingin bertanya saja."

"Ada pekerjaan mading yang belum selesai. Rencananya akan kita kerjakan nanti sore di apartemen. Apa kau mau mampir, siapa tahu kau ada rencana ke apartemennya Ryffa?"

Zaffya mengangguk. "Kita lihat saja nanti."

"Kabari saja."

"Hmm..." Zaffya mengangguk.

"Sudah sampai di kelasmu. Masuklah," pintah Richard. "Sampai jumpa nanti di kantin."

Zaffya membalas lambaian tangan Richard. "Bye."

###

Zaffya menyembunyikan perasaan panas yang menyusup ke dalam hatinya dengan keberadaan Luna yang duduk di hadapannya dan Richard. Kenapa gadis ini selalu muncul di mana pun Richard berada? Belum lagi tatapan gadis itu yang selalu dilemparkan pada Richard, sama seperti ketika Dewa menatapnya. Ia tahu Dewa menganggapnya lebih dari sekedar teman, tapi ia lebih memilih berpura-pura tidak tahu.

Zaffya menyeringai, berpura-pura tidak tahu memang pilihan yang paling mudah.

Apa Richard juga tahu arti tatapan gadis itu padanya?

Apa Richard juga melakukan hal yang sama seperti diriku?

Memilih berpura pura tidak tahu saja tentang perasaan gadis itu.

"Apa lukamu sudah sembuh?" tanya Richard pada Luna yang menyuapkan roti lapisnya ke mulut.

"Hmm...?" Luna mendongak melihat Richard yang duduk di hadapannya. Merasa canggung dengan tatapan yang dilemparkan Zaffya padanya. Walaupun sebenarnya Zaffya tidak punya maksud apa pun dengan tatapannya "...iya."

Zaffya sudah cukup kesal dengan Richard yang mengajak Luna makan bersama mereka, dan sekarang ia semakin membara melihat perhatian yang diberikan Richard pada gadis lain.

Ditambah ia hanya bisa melampiaskan kejengkelannya pada makanan yang ada di hadapannya. Mengaduk-aduknya dengan sangat pelan dan penuh perhitungan sampai akhirnya menelannya dengan sangat dongkol dan menggigit dengan geram, dan terlihat sangat baik-baik saja dari luar.

"Uppss... sorry." Suara centil itu terdengar bersamaan dengan suara gelas yang berguling di meja. Menumpahkan seluruh isinya di atas meja.

Zaffya mendongak, melihat Siska yang kini sudah duduk di kursi seberang meja. Pandangannya mengikuti pandangan Siska ke samping dan melihat baju seragam Luna yang kini sudah kotor tertumpah jus jeruk.

"Aku tidak sengaja," tambah Siska berpura-pura terlihat menyesal. "Bajunya jadi kotor."

Richard menatap tajam pada Siska, lalu beralih ke arah dengan Luna penuh kekhawatiran, "Luna, apa kau baik-baik saja?"

"Luna tidak apa-apa, Richard sayang. Cuma bajunya saja yang kotor. Rere bisa membantu membersihkannya di toilet. Benar bukan, Re?" Siska melirik temannya yang berdiri di belakang Luna mengangguk mengiyakan perintah Siska.

Senyum Siska membuat Zaffya kesal, dan kalimat 'Richard sayang' yang diucapkan Siska lebih dari cukup membuatnya muak.

"Aku tidak apa-apa. Kau lanjutkan saja makanmu. Aku bisa ke toilet sendiri." Luna mencegah Richard yang berniat mendorong kursinya ke belakang untuk membantu Luna. Kemudian gadis itu berjalan menjauhi meja menuju keluar kantin.

"Hai, murid baru," sapa Siska pada Zaffya dengan salah satu sudut bibirnya yang terangkat ke atas. "Aku mau bicara dengan Richard, bisakah kau pergi dari meja ini? Dengan sukarela."

"Aku tidak  melihat ada bahan pembicaraan di antara kita berdua. Jadi lebih baik kau yang pergi dari meja ini," jawab Richard tanpa basa basi penuh kedongkolan.

Siska tersenyum lebar. "Dan karena kau duduk di meja ini, aku juga tidak punya alasan untuk pergi dari meja ini. Semua meja sudah penuh," jawab Siska ringan dan duduk di satu-satunya kursi yang tersisa selain tempat Luna .

Zaffya mendengkus sinis dengan jawaban Siska. Memang benar semua meja di kantin ini sudah penuh, tapi baginya, hal itu tak membenarkan gadis mana pun untuk duduk berduaan dengan kekasihnya.  Lalu dengan gerakan sepelan mungkin,  Zaffya menumpahkan jus jeruknya ke baju Siska sebelum gadis itu menyadari dan sempat  menghindar.

"What?!" Siska menunduk melihat baju seragamnya yang basah dan berwarna orange. Kemudian mendongak dan melemparkan tatapan membunuhnya pada Zaffya.

"Sis?" Temannya yang berdiri di samping Siska segera mengeluarkan sapu tangan berwarna pink untuk mencoba membersihkan noda itu, walaupun itu percuma karena tidak bisa mengembalikan baju Siska seperti semula.

"Apa kau sudah gila?!" maki Siska dengan mata  memerah penuh kemurkaan.

"Upss... Kau tidak apa-apa?" Zaffya tersenyum tipis. "Sepertinya cuma bajumu yang kotor. Temanmu bisa membantumu membersihkannya di toilet, bukan?"

Siska mengangkat badannya untuk berdiri dengan tangan terkepal erat di kedua sisinya. Buku-buku jarinya terlihat memucat saking geramnya pada Zaffya.

Zaffya mengabaikan tatapan membunuh yang juga dilemparkan ketiga teman Siska padanya. Begitu juga tatapan penuh ketertarikan di seluruh penjuru kantin ke arah meja mereka. Sungguh konyol jika mereka berempat berpikir ia akan takut, "Aku cuma memberimu alasan untuk pergi dari meja kami."

"Apa kau tahu siapa aku?" desis Siska dengan rahang yg mengeras dan penuh kegeraman.

Zaffya menyeringai sebelum ia berdiri dengan gerakan pelan dan penuh ketenangan. Sampai kemudian ia berdiri tegak dan sedikit membungkukkan badan untuk mendekatkan mulutnya di telinga Siska, dan berbisik sangat pelan, "Apa kau juga tahu siapa aku?"

Siska menoleh menatap Zaffya, pandangan matanya masih menatap tajam ke arah Zaffya yang tersenyum mengejek kepadanya. Sekali lagi gadis itu kembali menyerangnya dengan kalimat.

"Apa kau percaya kalau aku mengatakan aku adalah pewaris tunggal Casavega?" Zaffya kembali mendekatkan mulutnya di telinga Siska.

Siska tercekat dengan pertanyaan Zaffya, suara wanita itu terdengar sangat lembut, tapi dengan nada yang membahayakan. Belum lagi dengan pertanyaannya. Pewaris tunggal Casavega? Tidak mungkin, teriak batin Siska.

"Ssttt...." Zaffya menaruh jari telunjuknya di bibir. "Aku belum berniat memberi tahu siapa pun tentang identitasku. Aku yakin kau bisa menjaga rahasia, kan?"

"Tidak mungkin," desis Siska.

"Kau percaya atau tidak itu bukan urusanku." Zaffya mengibaskan tangan di depan muka Siska. "Yang terpenting untukku saat ini adalah... kau berhenti menyebut panggilan menjijikkan itu pada kekasihku. Apa kau mengerti?"

Siska semakin memucat dengan informasi terakhir yang didengarnya dari mulut Zaffya. Begitu juga ketiga temannya yang lain, menatap penuh ketidakpercayaan ke arah Zaffya dan Richard bergantian.

"Tidak mungkin," desis Siska lagi.

"Aku tidak pernah membohongimu, Siska. Termasuk saat kubilang kalau aku sudah punya kekasih." Richard menimpali ketidakpercayaan Siska. "Apa sekarang kau bisa pergi dari meja kami?"

Siska menatap marah pada Richard dan Zaffya yang kini sudah kembali duduk, tangan Richard yang menggenggam tangan Zaffya di atas meja membuat mata dan hatinya semakin memanas. Dengan langkah kasar ia menjauh dari meja itu. Diikuti ketiga temannya yang lain.

###

"Apa kau berniat memisahkan anakku dengan anakmu?" tanya Dennis Anthony pada wanita yang kini duduk di seberang meja.

"Setelah kau gagal mendapatkanku, apa sekarang kau berniat memakaikan nama belakangmu pada anakku?" jawab Nadia Farick dengan datar.

Dennis tersenyum miris. "Kenapa kau melakukan itu?"

"Kenapa aku harus memberitahumu?"

Dennis mendengkus, "Kau tidak bisa menikah denganku karena aku bukan pria yang kau cintai, lalu kau menikah dengan pria lain yang kuyakini juga bukan pria yang kau cintai, dan sekarang kau mencoba merusak hubungan anak kita dengan memberikan anakmu nama belakang dari pria yang kau cintai?"

"Jaga bicaramu, Dennis."

"Apa aku salah?" tanya Dennis sakartis.

"Berhenti membuat semuanya semakin rumit, Dennis. Aku hanya ingin melupakan masa lalu kita."

"Melupakan bukan berarti menghindari orang-orang dari masa lalumu, Nadia. Lagipula... jika kau ingin melupakannya, buat apa kau menjodohkan anakmu dengan anaknya Arka Sagara? Dia juga bagian dari masa lalumu."

Nadia terdiam.

"Apa sebenarnya yang kau dapatkan dari ini semua? Apa sekarang kau bahagia?"

"Apa aku terlihat tidak baik-baik saja?"

"Ya. Kau terlihat tidak baik-baik saja."

"Apa?!" Wajah Nadia tampak mengeras dengan kalimat yang dilontarkan Dennis. Pria itu masih mengenalnya dengan sangat baik. Segera dia menguasai dirinya.

"Jika kau baik-baik saja, buat apa kau mengkhawatirkan tentang hubungan anakku dan anakmu? Apa kau takut aku akan menghancurkan anakmu seperti kau menghancurkan diriku?"

"Aku tidak pernah melakukan apa pun yang membuatmu hancur." Nadia menekan suaranya. "Kau tahu kita tidak bisa mengontrol perasaan kita."

"kecuali membuatku menikahi wanita yang tidak kucintai, maka kau benar."

"Aku tidak bertanggung jawab atas kehancuran yang kau dapat karena tanganmu sendiri."

"Ya, kau benar." Dennis mendengkus sinis.

"Bukankah ini akan membuat hidupmu semakin mudah? Apa kau tidak merasa terganggu dengan kehadiran kami di kehidupanmu?"

"Jika dulu kau meminta hal itu padaku, kau tahu aku akan dengan senang hati menghilang dari kehidupanmu, karena saat itu hidupku selalu terpenuhi olehmu, tapi sekarang... aku mempunyai seorang anak. Aku akan melakukan apa pun untuk kebahagiaan Richard."

Nadia diam. Merasakan matanya yang mulai memanas karena desakan air mata yang berusaha sekuat mungkin ditahannya.

"Aku tidak mau ikut campur urusan anak kita. Sama seperti dulu aku tidak ingin keluarga kita ikut campur dengan hubungan kita. Mereka memiliki hidup masing-masing dan bebas menetukan pilihannya sendiri. Jadi berhenti menyakiti siapa pun lagi, Nadia. Terutama anakmu sendiri." Dennis mendorong kursi ke belakang. Melangkah meninggalkan Nadia yang terpaku sendirian di kursinya.

Nadia mendongak. Air mata merembes di antara bulu matanya ketika ia melihat punggung Dennis yang semakin menjauh. Menghilang di balik pintu ganda ruang VVIP itu.

"Bukan Arka Sagara pria yang memiliki hatiku. Itulah sebabnya lebih mudah bagiku memberikan putriku padanya," gumam Nadia pada sosok yang sudah menghilang dari pandangannya.

###

"Pikirkan baik-baik tentang rencanamu itu." Suara Daniel Farick terdengar sangat lembut dan penuh kasih sayang pada wanita yang sudah menjadi istrinya selama 20 tahun ini. Ia menikahi Nadia karena wanita ini yang datang padanya, menagih janji bahwa dirinya akan selalu membuka pintu rumahnya kapan pun wanita ini datang padanya.

"Awalnya... kupikir menikah denganmu adalah yang terbaik untuk Dennis dan Arka. Apa aku salah?"

"Kita tidak bisa mengubah masa lalu, seberapa pun keras kau memikirkannya. Hanya akan membuatmu tenggelam dalam kesedihan."

"Apa yang harus kulakukan, Daniel?"

"Kau bisa mencoba untuk fokus pada kebahagiaan Zaffya, mungkin."

"Dengan membiarkan anak kita menikah dengan anaknya Dennis?"

"Mungkin ini yang memang harus terjadi. Hanya Dennis yang memiliki hatimu. Begitu juga sebaliknya. Lalu sekarang, bahkan anak kalian menjalin hubungan."

"Itu hanya hubungan sementara yang tidak akan berlanjut seumur hidup mereka."

"Kita tidak bisa mengambil keputusan sebelum melihat apa yang akan terjadi. Selama ini Richard juga bersikap baik dengan kita."

"Aku tidak bisa membayangkan jika anakku benar-benar akan menjadi keluarga Anthony. Tidak. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Sudah lebih dari cukup apa yang diambilnya dariku. Aku tidak mau dia juga mengambil anakku."

Daniel menghembuskan nafas beratnya, ia benar-benar putus asa dengan kekeraskepalaan istrinya. Bertahun-tahun istrinya itu mencoba melupakan pria yang sudah menguasai hatinya, ia tahu beratnya perjuangan itu. Itulah sebabnya ia hanya bersabar dengan keputusan apa pun yang diinginkan istrinya, karena dia sangat mencintai wanita ini.

"Maafkan aku," gumam Nadia yang ditujukan pada suaminya.

"Tidak. Kau tidak perlu meminta maaf. Aku sudah cukup bahagia dengan kasih sayang dan keluarga yang kau berikan padaku." Daniel beranjak dari duduknya. Berpindah duduk di sebelah istrinya sambil memeluk dan mengecup puncak kepala Nadia dengan lembut dan sepenuh hati, "Semua yang telah kau berikan padaku, lebih dari cukup daripada yang seharusnya kudapatkan. Aku tahu kau berusaha keras. Untukku. Juga untuk Darius."

Nadia membalas pelukan Daniel, ia merasa hangat dan nyaman berada di dalam pelukan Daniel. Pria yang dengan sabar mendampinginya, mengembalikan kekacauan hidupnya. Seharusnya pria inilah yang memiliki hatinya. Seberapa pun kerasnya ia mencoba untuk memberikan hati pada Daniel, tapi kenapa hatinya tak kunjung menyerah untuk suaminya.

Mungkin ini karma karena dia membohongi Dennis dengan mengatakan bahwa dirinya mencintai Arka dan membuat hidup laki-laki itu hancur. Membuat laki-laki itu menikahi wanita yang sangat dibencinya.

Ia sangat tahu perjalanan hidup Dennis dengan wanita itu. Yang akhirnya meninggal tanpa seorang anak di pernikahan mereka. Lalu beberapa bulan kemudian, Dennis menikah dengan ibunya Richard dan bercerai beberapa tahun setelah Richard lahir. Sampai kemudian laki-laki itu menikah dan bercerai lagi. Lalu sekarang, laki laki itu menikahi model cantik yang umurnya lima belas tahun lebih muda dari Dennis. Kehidupan pria itu seperti terombang-ambing di lautan lepas tanpa tahu arah harus menepi di mana.

Akan tetapi, tidakkah pria itu tahu. Bahwa dengan menikahi Daniel, dirinya ingin menunjukkan bahwa dirinya juga hancur dengan tidak menikahi pria lain yang dianggap Dennis dicintainya. Agar mereka sama-sama tahu bahwa mereka berdua tidak bisa mendapatkan orang yang mereka cintai.

Kenapa laki-laki itu malah menghancurkan hidupnya? Membuat hidupnya juga tidak pernah tenang.

### 


Repost Tuesday, 4 December 2018

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 88.4K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
392K 29.9K 38
Warning!!! Ini cerita gay homo bagi yang homophobic harap minggir jangan baca cerita Ini ⚠️⛔ Anak di bawah umur 18 thn jgn membaca cerita ini. 🔞⚠️. ...
4.9M 183K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
705K 68.4K 49
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...