NEW BEST COUPLE SEASON 1 SELE...

By UlfaJannah

91.9K 4.7K 6.5K

Team Organizaton XIC Ability (TOXICA), yang beranggotakan 6 orang Member Pelindung JKT48 di masing-masing Tea... More

Part 1 Cinta
Part 2 Gagal Enak
Perasaan yang Tertukar Bagian 1 (Beby Shania Ayana Kinal) Part 3
Perasaan yang Tertukar Bagian 2 (Beby Shania Ayana Kinal) Part 4
Permainan Pasangan Mencari Jejak Bagian 1 Part 5
Perasaan yang Tertukar (Nabilah Sinka Gaby Ayana) Part 6
Ciuman Ketenangan (Nabilah Shania 16+) Part 7
Mencari Anggota Baru Misteri Member A Part 8
Petunjuk Pertama Feni dan Anin Part 9
Petunjuk Pertama Gracia Okta Part 10
Petunjuk Pertama Bersama Lidya Yona Bagian 1(Gracia Okta 18+) Part 11
Petunjuk Pertama Bersama Lidya Yona Bagian 2 (Gracia Okta 18+) Part 12
Petunjuk Pertama Bersama Lidya Yona Bagian 3 (Gracia Okta 25+) Part 13
Sepotong Roti Tawar Penuh Cinta Bagian 1 (Viny Shani) Part 14
Sepotong Roti Tawar Penuh Cinta Bagian 2 (Viny Shani) Part 15
Petunjuk Pertama Bersama Viny Natalia Yuvia (Desy Shani) Part 16
Munculnya Amarah Sisi Lain R V F (Ratu Vienny Fitrilya) Part 17
Hilangnya Shania Junianatha Bagian 1 Part 18
Hilangnya Shania Junianatha Bagian 2 Part 19
Ciuman Nakal (Nabillah Sinka 18+) Part 20
Sebuah Fakta (Nabillah Sinka Naomi 18+) Part 21
Ciuman Nakal Versi 2 (Nabillah Sinka 18+) Part 22
Malam Minggu Pertama (Nabillah Sinka 25+) Part 23
Hilangnya Shania Gracia Part 24
Misi Awal Pencarian Shania Gracia Part 25
Misi Awal Pencarian Shania Junianatha Part 26
Keberadaan Shania Junianatha dan Shania Gracia 16+ Part 27
Pertarungan Pintu Pertama (Veranda Kinal Naomi) Part 28
Kemenangan Pintu Pertama Part 29
Pencarian Shania Gracia Oleh Okta 16+ Part 30
Konflik Lantai 3 Part 31
Pertarungan Lantai 2 Desy Feni dan Pencarian Gracia Okta Part 33
Pertarungan Pintu Pertama Bagian 1 (Nabillah Sinka) Part 34
Pertarungan Pintu Pertama Bagian 2 (Nabillah Sinka) Part 35
Puncak Amarah Lantai 3 (Desy Okta Gracia) Part 36
Bertarung Melawan Tiga Musketir Part 37
Bantuan Penyelamatan Shania Gracia Part 38
Pertarungan Jalanan Pasukan Ratu 25+ Part 39
Pertarungan Hutan Part 40
Strategi Beby, Pertarungan Besar dan Tim Akhir yang Kuat Part 41
Dua Hati Dalam Pertarungan Part 42
Kekuatan Tersembunyi, Perawatan dan Penyergapan Hotel Bagian 1 Part 43
Kekuatan Tersembunyi, Perawatan dan Penyergapan Hotel Bagian 2 Part 44
Kekuatan Tersembunyi, Perawatan dan Penyergapan Hotel bagian 3 (Shani) Part 45
Pertarungan Pengorbanan Part 46
Kalahnya Tiga Musketir Part 47
Kenangan dan Pertemuan Beby Shania Bagian 1 Part 48
Kenangan dan Pertemuan Beby Shania Bagian 2 Part 49
Ve Kinal Beby Versus Tiga Misteri Member Part 50
Gadis Cantik Misterius Part 51
Pengejaran Gracia dan Aksi Lidya Yona Part 52
Melarikan Diri Part 53
Sinka dan Obat Penawar Part 54
Hutan Gelap Part 55
Satu Kembali dan Satu Pergi Untuk Shania Part 56
Tanpa Jejak Part 57
Aku Dan Kalian (Nabilah Versus Beby) Part 58
Akhir Penyelamatan Gracia (Battle Car Begin) Part 59.1
Akhir Penyelamatan Gracia (Melindungi Dua Mutiara) Part 59.2
Akhir Penyelamatan Gracia (Menjatuhkan Helikopter Musuh) Part 59.3
Akhir Penyelamatan Gracia (Ungkapan Hati Shani) Part 59.4
Akhir Penyelamatan Shania (Perpustakaan Penjara dan Laboratorium) Part 60.1
Akhir Penyelamatan Shania (Berkumpul Kembali) Part 60.2
Akhir Penyelamatan Shania (Tak Terduga dan Musuh Baru) Part 60.3
Akhir Penyelamatan Shania (Sebuah Janji Penyelamatan) Part 60.4
Akhir Penyelamatan Shania (Fakta Semua Penculikan) Part 60.5
Akhir Penyelamatan Shania (Kembali Pulang 18+) Part 60.6
Epilog
HALO SEMUA

Pertarungan Lantai 1 Desy Feni dan Pencarian Gracia Okta Part 32

990 59 126
By UlfaJannah

New Best Couple Season 1 Pertarungan Lantai 1 Desy Feni dan Pencarian Gracia Okta Part 32

Cast : Desy Feni


Cerita Sebelumnya

Author Pov

Gracia menggelengkan kepala melihat Hamids akan berbuat sesuatu pada Okta, "JANGAN SENTUH DIA!!! EEERRRRR" Gracia berteriak histeris dan meloncat-loncat saat Hamids sudah naik keatas kasur.

Hamids menengadahkan tangannya pada salah satu pria itu guna meminta sesuatu dan di jawab anggukkan mengerti darinya. Dari dalam jasnya ia mengeluarkan sebuah benda yang ujungnya tajam.

Okta menggelengkan kepala ketakutan melihat benda tajam itu, "Pergi kamu! Pergi!" Okta melemparinya dengan bantal dan kantong plastik es krim pada Hamids, tetapi Hamids bisa menghindarinya dan terus merangkak mendekati Okta dengan senyuman licik.

"ANJ***, BANG***, SET**, JANGAN LAKUIN ITU," kata-kata kasar sudah terlontar di mulut Gracia. Ia semakin histeris melihat Okta sudah terpojok tidak bisa ke mana-mana.

Hamids pun tak mempedulikan teriakan Gracia, ia pun langsung mendorong tubuh Okta dalam tindihannya dan menekan pundaknya di atas kasur.

"JANGAN SAKITI OKTA!!!HAMIDS!!!!!" linangan air mata mulai deras keluar dari mata Gracia menatap nanar Okta yang tak berdaya.

Hamids melepas penutup ujung benda tersebut menggunakan giginya karena satu tangannya menahan tubuh Okta yang berusaha melepaskan diri.

"Tenanglah Ota, waktunya anak kecil tidur" katanya seraya mengarahkan benda tersebut pada lengan Okta.

"Lepasin Ota, errrggghh" berontak Okta sekuat tenaga tetapi tenaganya tidak cukup kuat untuk meloloskan diri, dan seketika Okta langsung mengerang, "Ahhhhh" teriak Okta saat jarum suntik menusuk lengannya.

"OKTA!!!!" teriakan Gracia menyahutnya sangat keras memenuhi kamar hotel melihat pemandangan tersebut, "BRENGSEK!!! JANGAN LAKUIN ITU ERRGGGHH...OTA!!"

Setelah cairan suntikan masuk kedalam tubuh Okta. Hamids pun kembali berdiri dari tindihan.

Okta menjadi terkulai lemas tidak bisa bergerak sama sekali di atas kasur. Setelah merasakan langsung efek cairan tersebut di dalam tubuhnya. Tubuh Okta menjadi beku seketika dan tidak ada tenaga sama sekali untuk bangun.

Gracia membulatkan mata lebar-lebar melihat sahabat tercintanya menatap padanya dengan tersenyum manis dan derai air mata yang mengalir. Dalam hitungan detik Okta sudah memejamkan mata tak sadarkan diri.

Hamids pun kembali menggunakan topinya, "Keluar dari sini, kita kedatangan tamu" kata Hamids memerintah dua pria tersebut untuk keluar.

Gracia pun langsung di dorong secara kasar keatas kasur tepat di samping Okta yang sudah memejamkan mata.

"Urusan kita belum selesai Gracia" ancam Hamids yang langsung keluar dari pintu kamar dan mengunci keduanya di dalam.

Tentu sekarang Gracia menyesal pada dirinya sendiri karena melibatkan Okta yang tidak bersalah apa-apa dalam urusannya. Gracia hanya menatap sedih pada sahabatnya yang lemah tak berdaya di sampingnya, bahkan rela berkorban untuknya demi menemukan dirinya di sini.

"Ota, maafin aku, hiks" air matanya tumpah membasahi pipinya.

Gracia menangis terisak menenggelamkan wajahnya pada kening sahabatnya yang tak sadarkan diri dengan tenang.

Author Pov End

Desy Pov

"Halo"

PIP

DEG DEG

Kurasakan jantungku berdetak di kala selesai menerima telpon dari Okta. Perasaan khawatir mulai kurasakan, berbagai perasaan buruk terhadap Okta mulai menghantui pikiranku.

Aku jelas-jelas tidak mengenal suara diseberang telponnya tadi, sudah jelas itu bukan suara Okta, sudah tentu aku sangat hafal nada suara Okta yang masih sangat cempreng tidak berat seperti tadi.

"Tunggulah Ota, Gracia, gue akan menemukan kalian!" batinku seraya menatap bangunan di depan mataku.

Desy Pov End


Lanjutan

Desy Pov

"Stop sini bang!" seruku kutepuk-tepuk pundak abang ojek saat sampai disebuah hotel yang kulacak dari ponselku sendiri, lalu kuambil uangku untuk membayarnya, "Ini bang, kembaliannya ambil aja" ucapku langsung berlari masuk kedalam hotel.

"Neng! Neng! Tunggu"

Kuhentikan langkahku dan menengok kebelakang, "Ada apa lagi bang?"

"Ongkosnya 25 ribu, Neng ngasih 20 ribu kembalian dari mana coba?"

"._." aku pun malu sendiri karena ongkos ojek Online nya kurang, kuhampiri kembali tukang ojeknya seraya terkekeh malu, "Hehehe, maaf bang, ini uangnya" kuberikan selembar uang lima ribuan lagi.

"Oke makasih Neng"

Setelah kepergian tukang ojek tersebut. Tanpa pikir panjang aku langsung masuk kedalam hotel dengan berbekal ponselku di tangan.

Tapi langkahku terhenti saat melihat di layar ponselku radar GPS Okta menghilang tiba-tiba, sama halnya milik Gracia tak dapat kulacak sama sekali. Ini artinya ponsel keduanya tidak aktif dan sesuatu terjadi pada mereka berdua.

"Okta, Gracia, gue akan menemukan kalian" teguhku dalam hati dan yakin akan masuk kedalam meskipun aku tidak tahu bahaya apa yang akan mengancam nanti.

Saat sampai di depan gerbang hotel, aku melihat ada dua orang berpenampilan keren dengan setelan jas hitam dan kaca mata hitam yang ia kenakan.

Pikirku mereka hanya satpam penjaga hotel, alhasil tak kupedulikan dan langsung masuk kedalam.

"STOP DI SITU!"

Aku terlonjak kaget saat pintu gerbang otomatis di hadang oleh dua orang penjaga tersebut.

Kumiringkan kepala tidak mengerti maksud dari kedua orang ini menghalangi jalanku, "Ada apa ya? saya mau masuk" kataku menjaga jarak berdiri dari keduanya.

"Hotel sudah disewa seluruhnya, tidak ada kamar, silahkan pergi dari sini" ucap salah satu penjaga tersebut.

Terdengar tidak masuk akal, "Sekaya apa dia bisa menyewa hotel sebesar ini" kata hatiku menerawang keatas hotel yang cukup besar dan mewah, "Tapi tidak ada larangan jika saya masuk kedalam bukan?" kataku masih bersikeras.

"Maaf, tetap tidak bisa, silahkan anda pergi!"

Kuhela nafasku malas. Ini semakin mencurigakan karena kuyakin Gracia dan Okta berada di dalam, jadi kuputuskan untuk nekad menerobos kedua penjaga tersebut.

Saat tubuhku bertabrakan dengan kedua penjaga itu. Dorongan keraslah yang kudapatkan, tetapi dengan cepat langsung kucengkram keras pergelangan tangan keduanya.

"Hiaattt" kutarik paksa lengan kedua penjaga itu hingga tersungkur di tanah di belakang punggungku.

Kutengok sedikit kebelakang dengan sudut mataku yang tajam menatap kedua penjaga tersebut yang langsung bangun berdiri kesakitan.

"Nyari perkara ini cewe" kata salah satu penjaga itu.

Sepertinya tidak mudah aku memasuki hotel ini, karena tiba-tiba salah satu penjaga itu melayangkan pukulannya kearahku.

TEP

Kudapatkan kepalan tinjunya dalam genggamanku, "Hehehe, kalian belum tau siapa gue ya?" senyum lebar kuukir.

Tak terkira satu penjaga lainnya menghampiriku hendak memukulku juga. Kuarahkan langsung genggaman tinju yang kucengkram ini pada temannya.

BUGGGGG

"Uwwww... kok kamu tega sih mukul temen sendiri hahaha" tawaku puas melihat rekannya terkena pukulan temannya sendiri yang kuarahkan.

Alhasil temannya yang terpukul meringis kesakitan di pipi hingga membiru, tapi sepertinya belum selesai sampai di sini karena salah satu penjaga mengarahkan tendangan tinggi kearah tubuhku.

Gerakan cepat kutarik temannya yang kesakitan di pipi langsung kugunakan sebagai pelindung.

BUGGGG

"Uwww... tadi kamu mukul pipinya, sekarang kamu nendang perutnya?, teman macam apa kalian berdua ini? hahaha" tawaku sangat puas karena tidak perlu melawan mereka dengan kekuatanku sendiri, "Jangan salahin gue ya hahaha" tambahku tertawa mencibir.

Jarak masih kujaga dari kedua penjaga ini. Cukup bersikap tenang dan berkonsentrasi pada gerakan keduanya. Itulah teori yang di ajarkan pada metode bela diri.

Kedua penjaga itu saling bertukar pandang disusul saling menganggukkan kepala bersama. Dahiku mengernyit tidak mengerti, tapi sepertinya mereka langsung menyerangku secara bersamaan dengan melayangkan tinju di sisi kanan dan tendangan di sisi kiri.

"Kanan, kiri, menghindar" batinku.

BUGH

BUGH

Keduanya justru terkena serangan temannya sendiri karena aku berjongkok mengelak dari serangan keduanya, "Ya ampun, masih aja mukul temen sendiri, kalian tuh maunya apa? hahaha" ledekku kembali berdiri melihat keduanya mengerang kesakitan.

Salah satunya yang terkena pukulan di pipi memprotes pada rekannya, "Heh bedebah!, loe mukul gue udah tiga kali" kesal salah satu penjaga tersebut pada rekannya.

Aku tertawa kecil mendengarnya, "Udah tiga kali dapet pukulan? harusnya dapet doorprize wkwkwk"cibirku tertawa ngakak.

Tak terima di maki oleh temannya sendiri, ia pun membalas, "Ada juga elu kampret, perut gue lagi sakit magh malah lu tendang"

"Bukan salah gue"

"Terus salah siapa brengsek?"

"Tukang angkot salahin, di suruh ke kiri malah berhenti"

"Halah receh banget lo"

Aku hanya memutar bola mataku malas mendengar ocehan pertengkaran dua penjaga ini, "Sudah, sudah akhiri saja semua ini" kataku langsung berjalan santai menghampiri keduanya.

Rambut panjangku sudah menutupi wajahku. Jari jemariku sudah kubunyikan untuk sekedar meregangkan otot. Keduanya mundur kebelakang ketakutan.

Pukulan dari keduanya selalu diarahkan padaku, tapi selalu bisa kuhindari dan kutepis, "Kalian tidak sepadan melawan gue" ucapku terus melangkah maju, sedangkan keduanya terus mundur kebelakang.

"Si...siapa lo?" kata salah satu penjaga bertanya dengan nada ketakutan.

Pertanyaan yang tidak akan pernah mereka ketahui sampai kapan pun, hingga jarakku semakin dekat dengan mereka. Langsung kuarahkan dua kepalan keras pada perut mereka.

BUGG

BUGG

Keduanya menahan rasa sakit yang tertampung di mulut yang mengembung besar seraya memegangi perutnya.

"GAME OVER!"

DUAGGGG

Kepala mereka kuadu membentur satu sama lain hingga terkapar di tanah, tanpa menunggu jeda, aku langsung berjongkok dan menarik kerah salah satu penjaga. "Di mana Gracia dan Okta?!" tanyaku menusukkan mata tajamku padanya.

Tapi tak ada jawaban dari penjaga ini, karena yang kurasakan hanyalah getaran ketakutan di tubuhnya, selang beberapa detik penjaga yang kucengkram kerahnya langsung memejamkan mata dan kehilangan kesadaran, sepertinya kepalanya merasakan rasa pusing luar biasa.

"Sial, malah pingsan" kesalku melepaskan kerahnya dan mendorong kepalanya ketanah karena tidak mendapat jawaban apa pun.

Penjaga satunya pun sudah memejamkan mata tak sadarkan diri di tanah, sepertinya aku harus mencari sendiri keberadaan Gracia dan Okta.

Di rasa pintu gerbang aman, kulangkahkan kakiku masuk ke dalam pintu masuk hotel yang terlihat sepi dari luar.

"Hmm... aneh, sepi banget"

Kulangkahkan kakiku masuk kedalam perlahan-lahan dan selalu waspada melihat sekitar.

.

.

.

PROK PROK PROK

Tepukan tangan mengagetkanku dan menghentikan langkah kakiku karena seseorang datang menghadangku di depan. Penampilannya sungguh aneh dan tertutupi oleh jas hitam, serta topi bertulisan huruf N yang menghalangi wajahnya.

"Siapa dia?" batinku bertanya-tanya.

"Desy, Desy, Desy hahaha" katanya menyebut namaku.

"Bagaimana dia bisa tau nama gue?" ucapku dalam hati karena semakin tidak mengerti dengan sosok misterius di hadapanku, "Siapa loe?" seruku padanya.

Sosok N tersebut terdiam tak menjawab dan tetap berdiri tegap di hadapanku dengan tangan bersedekap di dada, "Gracia dan Okta, kamu mencari mereka?"

Kubulatkan mataku saat dia menyebut nama kekasihku dan temanku yang sedang kucari, "Di mana mereka!?" suaraku mulai meninggi.

"Jika kamu mencari mereka di sini, Gracia sudah tidak ada disini, terlebih lagi kekasih lugumu yang bernama Okta sudah pergi hahaha" tawanya dengan keras.

"DI MANA MEREKA!" geramku tak terkontrol.

Tapi dia hanya terdiam tak menjawab. Amarahku sudah memuncak saat mendengar ucapan tersebut. Aku akan menghajar habis-habisan pada orang yang sudah menyakiti teman dan kekasihku.

Kedua tanganku sudah mengepal, nafasku sudah memburu, satu langkah kaki sudah kuhentakkan di lantai bersiap-siap menghajarnya.

"STOP!" kuhentikan langkahku saat ia berteriak.

CTIK

Sosok N ini menjentikkan jari. Aku tersentak kaget saat melihat sisi kanan muncul tiga orang yang sama seperti penjaga yang kulawan diluar tetapi salah satunya memegang sebuah pemukul besi, tak luput di sisi kiri pun muncul tiga orang yang sama dan salah satunya memegang pemukul besi.

"Shit, 6 orang" panik kurasakan jika harus melawan mereka sekaligus.

"Lihatlah belakangmu" katanya.

Langsung ketengok kebelakang dengan cepat dan yang kudapatkan adalah dua penjaga yang sudah kujatuhkan menghalangi pintu keluar.

"Sial, gue di jebak, 8 lawan 1" panik kurasakan.

Semakin sulit saja melihat keadaan seperti ini. Posisiku berada di tengah-tengah ruangan sudah terkepung oleh banyaknya penjaga dan satu orang misterius yang belum kuketahui, haruskah aku melawan semua ini. "Gila, ini tidak adil"

"Hahahaha, tangkap dia!" perintah dari sosok N.

BUGH

BUGH

BUGH

DUAG

Tiba-tiba suara pukulan terdengar di belakangku, saat aku menengok ternyata dua penjaga di belakangku tumbang seketika dan menghentikan langkah 6 penjaga di depanku.

"Demi Dewa? Kenapa mereka?" batinku tidak mengerti sama sekali apa yang terjadi.

Muncullah salah seorang yang sudah sangat kukenal dari balik gerbang otomatis dengan senyuman mengarah padaku.

"8 Versus 2, loe gak sendirian" katanya berdiri di sebelahku.

Senyum lega kulebarkan dan menganggukkan kepala kembali fokus pada lawanku di depan, "6 orang" ucapku ditujukan pada temanku.

"3 sisi kiri bagian gue Ci Des" jawabnya.

Kuanggukkan kepala seraya menyiapkan dua kepalan tanganku, "Sisi kanan biar gue urus Feni"

Feni menganggukkan kepala tersenyum miring. Kami berdua siap melawan 6 orang musuh.

"TANGKAP MEREKA BERDUA!" teriak sosok N.

Desy Pov End

Author Pov

Desy langsung terkepung oleh tiga orang disekelilingnya, salah satunya menggunakan tongkat besi sebagai senjata, sisanya menggunakan tangan kosong.

"Oy, Oy mainnya jangan keroyokan, satu-satu dong, kalo bisa suit siapa yang mau maju duluan, wah curang ini namanya" ucap Desy.

Salah satu musuh didepannya langsung melayangkan pukulannya, dan dengan mudahnya Desy menahan kepalan tangan tersebut. Tak lama kemudian musuh di belakangnya mencoba menendang punggung Desy.

Desy bisa melihat serangan belakang dari sudut matanya. Cengkraman tangan musuh yang ditahan Desy langsung ditarik kebelakang.

BUGH

Alhasil dua musuh terkena serangan dari rekannya sendiri, rasa sakit dan nyeri dirasakan oleh keduanya.

"Hahaha, hobi kalian selalu saling pukul ya" cibir Desy tertawa renyah dan puas melihat dua musuh meringis kesakitan. Lalu Desy menatap satu orang musuh yang memegang senjata ditangannya, "Maju loe!" tantang Desy.

Sementara Feni yang bertubuh kecil seperti anak usia 15 tahun mengandalkan tubuhnya yang lentur untuk bergerak.

"Ayo maju" tantang Feni menatap fokus pada lawan di depannya.

Musuh yang ditantang oleh Feni langsung maju dan mengarahkan pukulannya pada perut Feni.

Feni mengelak kesamping, "Dasar lambat!"

DUAG

Tendangan kaki Feni pada pelipis kaki musuhnya membuatnya mengerang kesakitan dan terjatuh berlutut di lantai.

Tak terkira satu musuh datang dari samping meluncurkan tendangan kakinya kearah pinggang Feni, "Masih lambat!" Feni mengelak kesamping dengan cepat.

DAGGG

Pukulan memotong dari tangan Feni yang cukup keras membuat pergelangan kaki musuhnya membengkak seketika.

BUGGG

Feni menambahkan pukulan keras pada perut musuhnya hingga langkahnya mundur beberapa meter kebelakang.

"Ayolah, kura-kura pun malu melihat gerakan kalian" angkuh Feni dengan santainya. Lalu Feni menatap satu lawan yang memegang tongkat besi ditangannya, "Maju! Jangan buat gue kecewa" tantang Feni menarik empat jari pada musuhnya.

Kembali pada Desy yang sedang menangkis pemukul besi yang terus dipukulkan pada pergelangan tangan Desy.

TRANG

TRANG

TRANG

Suara pemukul besi yang ditahan oleh pergelangan tangan Desy, "Awww....sakit banget, besok gue harus bayar tukang urut lagi, alig-alig" ringis Desy mengibas-ibaskan tangannya keatas bawah.

Dua musuh Desy sudah kembali berdiri tegap. Desy sedikit mundur kebelakang pintu otomatis karena sedikit terdesak.

Desy menghentikan langkah mundurnya, lalu melirik khawatir pada temannya yang sedang melawan satu orang pemegang pemukul besi. Gerakannya cukup cepat untuk gadis bertubuh kecil seperti Feni.

Desy berdecak dan tersenyum tipis, "Feni bisa mengurusnya" gumam Desy kembali fokus pada lawannya sendiri.

Tiga orang langsung maju seketika menyerang Desy. Mata Desy menilik ketiganya berkonsetrasi dan waspada.

"Kanan"

TEP

Desy mencengkram pukulan tangan musuhnya.

"Kiri"

TEP

Desy mencengkram tendangan kaki musuhnya.

"Tengah"

DUAGGGG

"Alig-alig, keren banget gue ya wkwkwk, kapan-kapan bikin pelm lah" puji diri sendiri dari Desy karena Desy mengarahkan dua cengkramannya pada dada musuh di tengah.

"Ayolah, kalian menyakiti teman sendiri daritadi" kata Desy dengan sombongnya seraya menggelengkan kepalanya tanda mengejek.

Kembali pada Feni yang tidak pernah mendapatkan pukulan sedikit pun, karena setiap serangan dapat dihindarinya dengan sangat gesit. Musuh yang menggunakan pemukul besi selalu gagal mengenai tubuh Feni. Membuatnya sangat frustasi bukan main, terkadang Feni mengelakkan kepalanya kekanan dan kekiri, dan terkadang melompat tinggi menghindari serangan di kakinya.

"Lambat, lambat, lambat" umpat Feni.

TEP

Satu tangan Feni langsung mencengkram tongkat besinya.

DUAGGG

Dilanjut pukulan tepat sasaran pada perut musuhnya hingga terseret mundur kebelakang. Tak lama dua musuhnya di belakang mencoba menyerangnya.

"Jangan coba-coba nyerang Feni dari belakang"

DUAGG

BUGGG

"Itu akan fatal" ucapnya setelah Feni melesatkan tendangan kaki kebelakang dan sikutan tangan Feni pada perut satu musuhnya dibelakang.

Desy kali ini terpojok di sebuah tembok, meskipun ia berusaha tidak memukul lawannya secara langsung. Itu sulit untuk menumbangkan tiga lawannya secara langsung.

Saat tiga lawan melangkah maju menyerang Desy, "Tunggu, tunggu" katanya, dan seketika langkah tiga lawannya terhenti sejenak. Desy mengambil sesuatu di kantong kanannya dan menunjukkan sesuatu pada musuhnya.

"Kalian tau ini apa?" tanya Desy membuat ketiga musuhnya saling berpandangan menggelengkan kepala, "Ya benar, ini adalah sebuah kartu" kata Desy.

"Untuk apa bocah?" salah satu musuhnya sampai tidak mengerti dengan menggaruk-garuk rambutnya sendiri maksud dari Desy mengeluarkan sebuah kartu.

DUAG

BUGH

DAGG

"Pengalih perhatian" jawab Desy tersenyum tapi mengerjapkan mata berkali-kali karena tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

Seketika ketiga musuh Desy tumbang oleh serangan cepat Feni, "Kebanyakan gaya Ci Des" cibir Feni lalu menghampiri Desy yang masih terkagum bukan kepayang melihat tiga lawannya sudah menggelepar di lantai.

"Ngeri juga lo Fen" puji Desy sampai bergidik takut seraya menggelengkan kepala melihatnya.

"Thanks" jawabnya, tapi alis Feni terangkat saat Desy masih terdiam bergaya memegang satu buah kartu, "Itu kartu buat apa?" tanya Feni.

Desy menggelengkan kepala, "Buat gertak doang sih wkwkwk"

Feni sampai menepuk dahinya sendiri melihat keanehan temannya itu, "Gue kira tuh kartu ada manfaatnya, tapi lo gapapa kan?"

"Gapapa kok"

"Sip ayo lanjutkan"

"Tapi orang aneh tadi perginya ke mana?" tanya Desy bingung tak mendapati sosok N di depannya.

Feni mengangkat kedua bahunya dan menggelengkan kepala, "Cek lantai dua aja ayo" usul Feni dijawab anggukkan dari Desy.

"Sip, tapi bye the way musuh lo?~~~" saat Desy menengok kebelakang punggung Feni, "Ckckckck, alig-alig pingsan semua?" lanjut Desy berdecak tidak percaya jika temannya sehebat ini.

"Mereka lambat semua Ci Des" kata Feni dengan bangganya tersenyum kemenangan.

"We bangga sama lo Fen wkwkwk"

"Hahaha, yaudah ayo kelantai dua"

Desy setuju dengan usulan Feni. Tetapi saat Desy melangkah, ia menahan tangan Feni, "Tunggu Fen".

"Ada apa?"

Desy pun tak menjawab karena ia langsung melompati meja resepsionis hotel. Ia langsung mengambil semua kunci yang bergantungan di dalam resepsionis. Semuanya pun telah dikantongi oleh Desy dan kembali melompati meja guna menghampiri Feni, "Dah yuk, gue yakin Gracia dan Okta ada disini"

Feni mengangguk dan mengerti maksud dari Desy mengambil semua kunci kamar hotel, tanpa menunggu lama keduanya langsung mencari media untuk menaiki lantai dua.

"Eh tunggu juga Ci Des" kali ini Feni yang menahan lengan Desy saat ingin melangkah.

"Ada apa lagi Fen?"

Feni tak menjawab, karena ia mengambil dua buah tongkat besi yang bergeletakan di lantai, setelah itu diberikan satu untuk Desy.

Desy mendelikkan mata melihat tongkat besi ditangannya, "Ini buat apa Fen?" tanya Desy tidak mengerti.

Feni memutar bola matanya malas mendengar pertanyaan anehnya, "Buat mukul sapi, hamster lo Ci Des"

TOK

"Aduh" Desy meringis karena kepalanya di getok sedikit oleh Feni, "Tega banget dasar!" dengus Desy kesal, lalu mengikuti Feni yang sudah berjalan meninggalkannya terlebih dahulu.

Tak jauh dari ruang depan sudah terlihat sebuah lift yang terletak di pojokan terdalam.

"Itu Lift" tunjuk Desy pada sebuah lift.

"Udah tau, kata siapa itu eskalator" kata Feni mengusap kasar wajahnya sendiri karena selalu membuatnya kesal.

Desy terkekeh kecil melanjutkan langkahnya diikuti Feni di belakangnya. Tapi tetap waspada dan melihat-lihat daerah sekeliling mereka yang terlihat sepi tidak ada siapa pun.

PIP

Desy dan Feni sudah menekan lift lantai dua dan menunggu pintu lift terbuka karena lift masih berada di lantai 5. Kedua tangan Desy bersedakap di dada dan kakinya dihentak-hentakkan ke lantai karena mengkhawatirkan Gracia terutama kekasihnya Okta.

"Sabar Des, kita berdua sama-sama mencari dan menolong mereka" kata Feni mencoba membuat tenang temannya.

"Tapi gue bingung kenapa orang itu tau nama gue ya?" kata Desy mengingat sosok N mengetahui namanya, padahal belum pernah bertemu sama sekali.

"Masa sih?"

Desy menganggukkan kepala, lalu mengangkat kedua bahunya tidak mengerti, "Gak tau semoga Okta dan Gracia baik baik aja"

"Gue berharap omongan lo bener"

Tapi tiba-tiba mata Desy membulat besar saat lampu lift menyala sangat lama di lantai 3, "Gawat, sembunyi Fen" kata Desy langsung menarik tangan Feni menjauh dari pintu lift.

Desy mengajak Feni bersembunyi pada sebuah pot hitam yang ditumbuhi tanaman hijau yang menjulang keatas persis tak jauh dari samping Lift, sehingga Desy dan Feni tak terlihat saat berjongkok tapi mereka bisa memantau pintu lift. Di belakang mereka pun hanya ada sebuah tembok.

"Ada apa sih Ci Des?" bisik Feni sangat pelan.

Desy meletakkan jari telunjuknya di depan hidungnya, "Sssttt.. lift lantai 3 tadi lampunya terang lama banget"

"Ohh... iya-iya pinter juga lo Ci Des, tapi kenapa kita gak lawan mereka aja Ci Des?"

"Cape Fen ya kali, lu gak liat tangan gue ini udah bengkak?" kesal Desy menunjukkan tangannya hasil pertarungannya dengan musuh bertongkat besi.

Feni mengangguk mengerti dan menunggu detik-detik pintu lift terbuka. Rasa tegang dan jantung berdebar dirasakan keduanya menunggu saat-saat pintu lift terbuka. Tak luput dari peluh keduanya sudah membasahi tubuh mereka akibat kelelahan melawan banyaknya musuh di pintu gerbang sebelumnya.

.

.

.

TING

Keluarlah sekitar 8 orang berjas hitam dan kacamamata hitam dari dalam lift. Hampir 5 orang memegang tongkat besi di tangannya.

"Gila gila, gak sanggup kalo gue harus lawan 8 orang lagi Fen" bisik Desy terus memperhatikan kawanan musuhnya yang berlari menuju ruang depan hotel.

"Kalo terpaksa sih gak masalah buat gue, tapi bener kata lo, kita harus simpen tenaga"

Setelah 8 orang tersebut sudah cukup jauh dari lift. Desy mendorong-dorong bahu Feni untuk bergerak, "Cepet Fen teken tombolnya sebelum ketutup"

Feni langsung berlari cepat sekencang-kencangnya untuk menggapai tombol lift tersebut.

PIP

Tepat pada waktunya Feni bisa menekan tombol lift dan terbuka lebar. Feni melirik pada Desy , "Ayo cepet" suara Feni yang tanpa suara pada Desy.

Desy keluar dari persembunyian dan berlari cepat masuk ke dalam lift di susul oleh Feni juga sudah masuk.

.

.

.

.

WOYYYYYYYYYYYYYY

"Njirrr!!! tutup Fen liftnya cepetan!" panik dirasakan Desy dan Feni saat dipergoki oleh 8 orang musuhnya di depan.

PIP

PIP

PIP

PIP

Feni terus menekan berkali-kali tombol lift agar tertutup, tetapi laju gerak pintu yang menutupi lift sangat lah lambat, sedangkan 8 orang di depannya sudah berlari kencang menghampiri lift.

"CEPETAN!CEPETAN!CEPETAN!" teriak Desy panik sampai melompat-lompat.

DRAP

DRAP

DRAP

Langkah kaki 8 orang musuh sudah semakin dekat dengan lift. Melihat kondisi yang tak menguntungkan dan waktu yang tidak tepat dengan tertutupnya lift.

Feni menatap pada tongkat di tangan Desy. Tanpa menunggu kesalahan sedikit pun. Feni merebut tongkat besi milik Desy.

"Eh?" Desy tertegun saat Feni merebutnya dan langsung melemparkan tongkat besi tersebut kearah musuh yang terdepan, tak hanya satu, bahkan tongkat besi miliknya pun di lempar oleh Feni.

BUGHHH

BUGHHH

Laju langkah mereka menjadi saling bertabrakan beruntun hingga jatuh bertumpuk diatas lantai

TING

Pintu lift tertutup.

Author Pov End

TBC

Bisakah keduanya mencari Gracia dan Okta ^^

Next Part >> Puncak Amarah Desy dan Bebasnya Okta

WOW hahaha

Vote Comment dulu kuy hehehe

SEE YOU ^^

Continue Reading

You'll Also Like

1K 139 14
Menceritakan tentang teman masa kecil yang lama kelamaan,memiliki rasa suka Namun mereka harus terpisah karena pekerjaan ayahnya,ia mengharapkan bahw...
762K 76.1K 53
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
8.4K 768 7
Random momen Cerita ini hanya karangan dari author jangan di bawa ke real life apa lagi di sangkut pautin ke member nya
968K 58.7K 35
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...