STIGMA

By kenzzylr

126K 10.9K 406

"Sometimes preferred to break up and ended it easy. but afterwards the pain will haunt you." cerita aku priva... More

•1
•2
•3
•4
•dugser
•5
•6
•7
•8
•9
•10
11
•12
?
•14
Yey
•13
•15
•16
17
•18
•19
:(
•20
•21
Treat you better
•22
23
☔️
24
25
flashback
26
27
•29
Warning!
•30
spesial Part #1
Spesial part #2
Spesial part #2
Spesial part #3
❣️
Certain Heart

28

2.5K 276 8
By kenzzylr

Note: check mulmed guys + play lagunya

"-Trying to forget is too hard. Trying to love someone never place in your heart is so much hurt. But, look in the mirror. Who is your seeing now? Its you. You who always being hurt and loving alone. Why dont you try to love someone that love you like he love his self? Thinking about it.-"

Semua tentangnya begitu sempurna. Sampai aku menganggap bahwa dia hanyalah sosok fana yang tak bisa ku gapai. Memilikinya adalah hal yang ku inginkan. Menjadi miliknya, adalah sesuatu yang bisa membuatku menjadi orang paling bahagia di dunia ini.
Berulang kali ku katakan pada diriku untuk tidak melihat matanya. Berulang kali aku katakan untuk tidak jatuh cinta padanya. Tapi sia-sia. Dia begitu menarik. Mengguncang hatiku. Sisi manapun ku lihat, dia tetap sempurna. Seakan-akan dia abadi. Walaupun tidak. Aku mencoba menggenggam nya, menahannya, dan menarik diriku darinya tapi tetap tidak bisa. Ini gila. Nafasku seakan habis hanya dengan mencium aroma tubuhnya yang memabukkan. Pikiranku kacau karena wajahnya berada di jarak yang dekat denganku. Aku candu dengan senyumnya.

Dan sekarang, dengan berat hati, kini ku bakar semua kenangan itu dan membiarkannya menjadi abu.

Hembusan angin dingin membawa kenangan itu pergi dan hilang entah kemana. Aku terduduk di tanah bersalju. Menangis dengan guncangan yang hebat. Sakit yang kurasa enggan hilang dan pergi. Angin dingin di sekelilingku, memaksa dan menusuk sampai ke tulang rususkku.

Ku tadahkan kepala menghadap langit. Melihat bintang-bintang yang mulai meredup sinarnya. Bulan purnama mulai hilang di balik awan hitam.

Butiran salju tak hentinya mendesak dan turun ke bumi. Menjatuhi puncak kepalaku. Membuatku menggigil setengah mati.

Bibirku hanya memanggil namanya. Seruanku hanya memanggil namanya yang indah.

Dadaku sesak. Tangisanku semakin menjadi. Aku menjerit dalam hati. Menyaksikan bayangan Taehyung yang hilang bersama dengan bisikan salju yang bising.

Hatiku bertekad. Mulai detik ini. Saat ini juga, aku akan bersungguh-sungguh dengan Jimin. Aku akan melupakan Taehyung dan bersikap seolah tak ada apapun yang terjadi diantara kami sebelumnya.

Aku berdiri. Melihat sekilas kotak yang tadi ku bawa, kini kosong sepi. Dengan senyuman terakhir, aku berbalik. Berjalan perlahan dan berlari sekencang yang ku bisa. Membiarkan rasa sakitku tertinggal di dalam kotak itu.

Sesampainya di halte, beruntunglah aku karena bus sudah berhenti disana. Buru-buru aku masuk dan duduk di barisan ketiga dari depan. Karena sudah malam, busnya sepi. Jadi aku memutuskan untuk membuka kaca jendela di samping. Kembali ku lihat salju. Aku tersenyum miris mengingat kembali kalimat yang Taehyung ucapkan padaku tempo hari.

Dia bilang bahwa kami selalu berpapasan dengan salju. Bukankah ini bagus? Aku mengakhirinya di saat salju turun juga.

Dua puluh menit kemudian, aku turun kembali di halte. Berjalan sebentar. Berhenti tepat di gedung apartementku. Aku melangkah masuk ke dalam lift. Memencet tombol tujuan dan keluar. Berjalan kembali sampai di depan pintu. Ku buka pintu dan menyalakan saklar lampu. Aku melepas mantel. Menyampirkannya di sofa, tetapi tiba-tiba Jimin muncul dari balik kamarku dan memelukku erat.

"Kemana saja kau? Aku khawatir! Jangan seperti ini, eoh?"ku balas pelukannya. Menangis di pelukan Jimin adalah hal yang tepat saat ini. Mendapat kehangatan dari tubuhnya adalah hal yang ku inginkan. Aroma wangi dari tubuhnya membuat tangisku tak bisa berhenti.

Jimin melepasku dan memegang kedua pipiku. Sorot matanya sayu dan lelah. Terdapat lingkaran hitam di bawah matanya. Jimin mendesah kecil. Mencium keningku dan berakhir pada kedua mataku yang ia tatap begitu lekat, dalam. Di angkatnya tanganku yang terluka. Jimin seperti hendak menangis namun ia menahan itu.

"Maafkan aku. Seharusnya aku langsung kesini. Seharusnya aku tidak melakukan itu disaat kau benar-benar butuh diriku. Jeongmal mianhae."suara seraknya mengintrupsiku lebih jauh. Jimin merunduk. Tatapannya begitu sayu dan lelah. Sama sepertiku. Ku tarik lengannya dan mendudukkannya di atas sofa. Jimin sempat melengos. Tapi diurungkannya niat itu, saat aku memeluk erat tubuhnya. Awalnya Jimin hanya diam. Tapi lama kelamaan dia membalas pelukanku jauh lebih erat.

"Maafkan aku Jim, seharusnya aku lebih peka pada perasaanmu. Seharusnya aku tidak egois. Memikirkan perasaanku sendiri dan mencoba kembali padanya, padahal ada kau yang mencintaiku. Aku sungguh, minta maaf padamu."bisa kurasakan Jimin menganggukkan kepala. Dia menarik tubuhnya. Menangkup wajahku dengan kedua tangan mungilnya. Senyum itu terlukis indah. Membuat kedua matanya yang sipit semakin menyipit. Lucu.

Desahan nafasnya menyapu kulitku. "Kenapa tidak seperti ini sejak dulu? Kita bisa menghabiskan banyak waktu bersama kalau kau mau membuka hatimu sedikit saja untukku."aku meringis. Yang Jimin katakan memang benar. Kalau saja dulu aku mau mencoba. Mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini.

Jauh -jauh hari yang lalu, aku mungkin sudah menjadi wanita paling bahagia di dunia ini. Memiliki kekasih mapan, tampan, dan tulus seperti Park Jimin adalah impian semua wanita. Bukan begitu?

"Jadi.., sekarang kau milikku?"tanyanya ragu. Aku tertawa. Mencubit pipi tembemnya gemas seraya menciumnya lembut. Kedua pipinya merona merah, semakin membuatku gemas dan tidak kontrol.

Aku berdehem kecil. Menaiki paha Jimin dan duduk di atasnya. Jimin tersentak. Semakin gugup dan salah tingkah. Sepertiku. Ku coba mengusap lembut rambutnya dan mendekatkan wajahku di telinga kirinya yang mulai memerah. Hampir saja aku terbahak karena itu. "Tentu saja Aku milikmu."

....

"Kalian gila! Kalian pikir aku ini apa? Barang pinjaman? Yang benar saja bi*ch! Aku tidak mau!"

Ku hela napas panjang. Kepalaku tak henti-hentinya berdenyut. Mataku benar-benar lelah. Pikiranku capek. Aku ingin tidur.

Tapi suara Chae Young terasa menggema di telingaku. Jin berusaha menenangkannya dengan cara menjelaskan baik-baik. Sedangkan aku hanya duduk diam. Memandang lurus kedepan. Entah apa yang ku lihat saat ini.

"Chae Young-ah,-"

"Jin, kumohon, kau tahu ini rencana gila yang pernah ada. Kita baru saja kembali. Apa kau ingin dia merusak itu?"Serunya sambil menunjuk ke arahku. Aku hanya melempar pandangan lesu dan malas. Jin mendesah. Mencengkram kedua pundak Chae Young, membuat gadis itu mau tidak mau menatap langsung kekasihnya.

"Arra. Aku tahu. Aku juga tidak mau begini. Tapi, aku juga kasihan dengan mereka. Lagipula, ini hanya pura-pura. Aku berjanji tidak akan putuskan hubungan ini. Kau tahu, aku juga mencintaimu. Gila rasanya jika itu terjadi. Hanya seminggu. Kita bisa melakukannya. Ini tidak lama, sayang."

Chae Young menutup wajah dengan kedua tangan. Dia menjerti frustasi dan menangis bersamaan. Jin memeluknya. Menepuk punggung Chae Young lembut seolah dengan begitu tangisannya bisa mereda. Walaupun memang begitu kenyataannya.

Aku tertawa getir. Merasa iri melihat keduanya begitu mencintai. Jin dan Chae Young memiliki sifat yang bertolak belakang. Jin sangat dewasa dan mengerti Chae Young baik luar dan dalam. Sedangkan Chae Young, kau tahu kan, dia itu gadis jahil, judes, dan emosi yang dia miliki terlalu menggebu-gebu. Chae Young egois. Tetapi Jin selalu mengalah untuk menghindari pertengkaran yang lebih serius. Aku berpikir kembali. Bagaimana kita? Dengan hubungan kita dulu?

Entahlah. Satu yang baru saja ku sadari. Selama ini, baik aku dan kau, atau kita tidak ada yang mau mengalah. Kau dan aku sama-sama keras pada pendirian masing-masing. Kita sama-sama tidak bisa mengutarakan perasaan dengan baik. Mungkin itu salah satu alasan dari sejuta alasan kenapa kita putus.

"Hei sinting! Dengar tidak?! Kenapa kau malah melamun bodoh!"aku tersentak mendengar teriakan Chae Young. Ku lihat dia berjalan ke arahku dan ikut duduk di sampingku. Diikuti Jin yang berdiri di belakangnya seraya melingkarkan lengan di leher Chae Young.

Chae Young menoleh. "Aku akan bantu kau. Tapi ingat! Kalau sampai kau merugikan diriku, aku akan pastikan kau-"

"Aku tahu."potongku malas sembari berdiri. Ku angkat tanganku dan melambaikannya. "Aku pergi dulu, terima kasih sebelumnya."

"Kim Taehyung! Ya! Gila! Itu caramu berterima kasih padaku?! Sialan! Mati kau brengsek!"

Blam

Ku rogoh kantung celanaku untuk mengubungimu. Suara seseorang yang tidak ingin ku dengar muncul. Jadi, ku banting ponselku ke jok belakang. Ku raih pedal gas dan melaju dengan kecepatan tinggi. Mengabaikan hawa dingin yang mulai menggerogoti tulangku sampai ke dasar.

-Apa yang kulakukan?

Aku juga tidak tahu.

Gila?

Mungkin aku harus melakukan beberapa tes kejiwaan untuk memastikan hal itu. Aku hanya sedikit serakah. Aku hanya ingin mendapati apa yang ku mau. Dan itu kau.

Jadi, jika seorang psikiater menanyaiku alasan kenapa aku seperti ini, maka jawabannya adalah kau.

Kau. Dan kau.

Setiap hembusan nafas yang ku keluarkan terasa menyesakkan. Setiap tawa dariku terasa semakin pedih. Aku berpikir dan berpikir. Melihat teman-temanku mengabaikan semua perasaan itu dengan cara smoking with drunk. Tapi aku masih tidak merasa puas. Aku merasa bahwa merokok dan mabuk semakin membuatku candu sekaligus gila karena tidak henti-hentinya memikirkanmu.

Aku pergi ke klub malam setiap hari. Bermalam disana. Menghabiskan beberapa botol miras sampai aku kalut. Menghisap beberapa batang rokok berharap aku bisa melupakanmu walau sesaat. Tapi nyatanya itu memperburuk.

Kau semakin liar. Semakin merajalela dan mempermainkanku. Aku tertawa. Berteriak. Menangis. Tapi tidak satupun dari ketiganya membuatku lega.

Pikiranku kacau. Hidupku semakin sulit. Kau membuat semuanya menjadi kompleks. Tidak ada celah bagiku lagi. Kini semuanya runyam. Kita impas. Kau berharap aku mendapat balasan atas apa yang ku lakukan dulu, dan kini aku mendapatkannya.

-Jimin?

Kau selalu marah saat aku membawa Jimin dalam permasalahan kita. Kau selalu menganggap bahwa Jimin tidak ada sangkut pautnya dengan ini. Tapi kau salah. Dia adalah orang pertama yang menyebabkan ini terjadi.

Awalnya aku tidak masalah kalian dekat. Ku anggap itu hal yang wajar. Karena kalian berteman. Tapi lama-kelamaan itu menjadi aneh. Dan memuakan.

| takut.

Jimin semakin serius untuk merebutmu dariku. Masa waktu setahun yang ku pikir akan lama, semakin hari terasa semakin cepat berlalu. Aku takut aku kalah. Aku takut semuanya tidak sesuai dengan yang kuinginkan. Jadi aku bertingkah di luar kemauan. aku menghindar darimu. Mengabaikan pesan dan panggilan yang masuk jika itu dari kau. Menyibukkan diri dengan hal-hal tidak penting. Mengabaikan hubungan kita. Mengabaikan janji yang ku katakan padamu dan mengabaikan perasaanku yang di tutupi oleh kecemburuan semata.

Ku pikir dengan begitu, aku akan siap dan terbiasa saat berpisah darimu. Tapi nyatanya, aku hancur. Merasa menjadi manusia paling berdosa di muka bumi. Karena melukai gadis lugu sepertimu. Aku merasa kotor.

-Kau akan bahagia

Egois memang. Tapi bisikan itu selalu menghantuiku. Dengan dasar alasan yang sepele, aku melukaimu semakin dalam. Kau menjauh dan hilang.

Bagaimana harimu?

Apa yang kau lakukan?

Kau sudah makan? Kenapa kau menangis saat jam kosong tadi?

Semua pertanyaan itu membuatku ingin menjedorkan kepala ke tembok. Atau lebih parahnya menembak kepalaku dengan pistol.

Sekuat tenaga ku coba mengurungkan pertanyaan itu. Mencoba tidak memeluk tubuhmu yang bergetar menangis karena aku,

Aku berpindah. Berbincang dengan teman-teman. Bermain dan clubbing. Tak satupun dari kegiatan itu yang berhasil melupakanmu.

Aku mengurung diri. Depresi yang kian melanda, membuat semua orang khawatir padaku. Aku mencoba bangkit. Belajar dengan giat agar bisa masuk ke universitas yang dulu kau inginkan. Universitas Seoul. Aku tidak tahu kalau ternyata kau sudah lolos menjadi mahasiswi disana. Dengan perbedaan jurusan, kita kembali bertemu. Kau semakin cantik dan menawan. Itu membuatku gila.

-Aku ingin memilikimu lagi

Lagi dan lagi.

Salah seorang gadis tengah menangis di taman belakang. Ku hampiri dia yang menangis tersedu-sedu. Dia menangis karena memutuskan pacarnya padahal dia mencintai pria itu. Konyol memang. Tapi kasusku jauh lebih konyol darinya.

Dengan otak yang tak lagi berfungsi, aku dengan bodohnya menawarkan diri untuk membantu.

Kami membuat perjanjian di atas angin untuk mendapatkan kembali yang kami mau. Aku membantunya untuk mendapatkan kembali kekasihnya, dan dia melakukan yang setimpal. Aku hampir saja putus asa. Hampir saja kehilangan kesadaranku dengan berpikir untuk membanting setir, menjadikan diriku sebagai pengganti kekasih lamanya. Hampir.

Untunglah bayanganmu kembali datang. Ku urungkan niatku itu dan berteguh pada tempatku semula.

Mencintaimu dalam bisu

Ini cara terakhir. Kalau setelah ini, kau masih berpihak pada Jimin dan tidak memilihku, maka aku menyerah.

Aku benar-benar akan mundur.

Tapi aku ingin akhir yang bahagia. Aku ingin cerita kita menjadi cerita yang berakhir bahagia. Orang bilang happy ending. Seperti dongeng. Bukankah kau menginginkannya juga?




















-Kim Taehyung, ini aku. Tidak perlu menunggu lagi, karena jawabanku tidak lagi bersamamu. Mian. Ku harap, kita bisa menjadi lebih baik lagi setelah ini. Terima kasih karena membuka mataku lebar-lebar dan melihat mana yang sebenarnya ku inginkan. Kita selesai.

-ps. Snow with sickness. Isn't great? We start and ended in the same situation. We love it. But, we dont care anymore. You and i, now is over.









Belom ending kok yanqq. Ditunggu yaww~💕
Jangan sakit ati dulu, ini belum celecai. Hehehe..





KEEP VOTE AND KOMEN BY THE WAY, OK?!!







-me

Continue Reading

You'll Also Like

797K 82.2K 56
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
179K 8.8K 29
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
406K 41.3K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
815K 39.3K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...