Ketua OSIS Koplak [SEGERA DIF...

By mauulanawisnu

3.3M 159K 13.9K

[SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU!] [[Beberapa part di private Follow penulis untuk membuka private]] #1 DALAM HU... More

BAB 1
BAB 2
BAB 4
BAB 5
BAB 6
BAB 7
BAB 8
BAB 9
BAB 10
BAB 11
BAB 12
BAB 13
BAB 14
BAB 15
BAB 16
BAB 17
BAB 18
BAB 19
BAB 20
BAB 21
BAB 22
BAB 23
BAB 24
BAB 25
BAB 26
BAB 27
BAB 28
BAB 29
BAB 30
BAB 31
BAB 32
BAB 33
BAB 34
BAB 35
BAB 36
BAB 37
BAB 38
BAB 39
BAB 40
BAB 41
BAB 42
BAB 43
BAB 44
BAB 45
BAB 46
BAB 47
BAB 48
BAB 49
SEQUEEL KETUA OSIS KOPLAK
EXTRA PART
INFO PENERBITAN & PENGHAPUSAN BAB
casting pemain
Q & A
jawaban Q&A part 1
jawaban Q&A Part2
casting part 2
COVER NURMAN!
Casting versi Barat
PROMO SPESIAL!
Meet and Great
Lanjutan KETUA OSIS KOPLAK
SEQUEL TERBIT
DI FILMKAN
Siapa yang cocok jadi Nurman?

BAB 3

152K 7.8K 634
By mauulanawisnu

BAB 3

Nasib Sial

Sebagai fans fanatik klub sepakbola Real Madrid, Nurman seringkali menghabiskan malamnya dengan menonton bola. Jangan tanyakan jam berapa Nurman tidur saat Real Madrid bertanding di Liga Champions Eropa. Kebiasaannya menonton bola sampai larut malam membuatnya selalu bangun kesiangan. Dan akibatnya dia akan terlambat datang ke sekolah. Dengan tergesa-gesa Nurman memakai sepatunya lalu turun ke lantai bawah, di mana Bu Sintia dan Pak Dirawan sudah menunggunya untuk sarapan pagi di meja makan.

"Sarapan dulu Nurman," kata Bu Sintia sembari mengoles roti dengan selai coklat kesukaannya.

Nurman hanya mengambil segelas air putih di meja makan yang telah disiapkan Bu Sintia lalu meminumnya. "Aku buru-buru, Ma. udah kesiangan nih," kata Nurman lalu mencium kedua tangan orangtuanya bergantian.

"Nurman tunggu!" seru Bu Sintia sebelum Nurman membuka pintu rumahnya.

"Iya Ma?" dengan refleks Nurman membalikan badanya. Bu Sintia mencoba menahan tawa saat melihat anak bungsunya itu, "Kamu kalau buru-buru yang tenang aja, jangan sampai ada yang lupa," kata Bu Sintia.

Nurman kembali mengecek isi tasnya dan semua buku pelajaran yang diperlukannya hari ini sudah lengkap. "Udah kok, Ma. Semuanya udah lengkap," ucap Nurman yakin.

Bu Sintia menurunkan pandangannya kearah kaki Nurman, "Kamu belum pake celana seragam, masa iya kamu mau sekolah cuman pake kolor. Udah kolornya gambar Spongebob lagi," kata Bu Sintia dengan tawa yang sudah tidak bisa di tahan lagi, Pak Dirawan hanya bisa menggelangkan kepalanya, ulah anaknya yang selalu bangun kesiangan membuat Pak Dirawan bingung harus berbuat bagaimana lagi. "Makanya jangan nonton bola sampai tengah malem mulu, jadinya kamu bangun kesiangan," kata Pak Dirawan mengerutu.

"Anak cowok nonton bola mah wajar, Pa. Lah Papa sendiri bergadang cuman buat nonton acara dangdut," balas Nurman yang disambut dengan tawa Bu Sintia.

***

"Aduhhh bisa lupa gini," Nurman dengan wajah bingungnya segera berlari ke kamar, untuk memakai celana seragam yang lupa dipakainya. Setelah berseragam dengan rapi, Nurman segera berlari ke garasi rumah dan mengeluarkan motor kesayangannya.

Nurman mencoba menstater motornya, namun tak kunjung juga menyala. Nurman beberapa kali melihat jam tangan yang melingkar di lengannya. "Apalagi ini, aduhhh gue udah telat pasti bakal di amuk sama Bu Suni," ketus Nurman dengan kesal, sepertinya cobaan di pagi hari ini belum benar-benar selesai. Dengan terpaksa Nurman harus naik angkot menuju sekolahnya, naik angkot menuju sekolah adalah pilihan terakhir baginya. Namun lebih sial lagi angkot yang dinaiki Nurman tidak juga melaju, hanya diam mengetem.

"Aduh ... Mang kok nggak maju-maju sih, aku udah telat nih," ucap Nurman dengan gusar, lima belas menit lagi gerbang sekolah akan ditutup dan siap-siap saja Nurman menerima hukuman karena lagi-lagi ia telat datang ke sekolah.

"Ngetem Jang sabar, ini teh angkot bukan taxi," timbal supir angkot tak mau kalah.

"Mang nggak ada niat jadi supir kapal aja?" tanya Nurman.

"Emangnya kenapa?" supir angkot balik bertanya.

"Biar saya gantiin jadi supir angkotnya," Nurman menggerutu lalu turun dari angkot dengan gusar dan bruuaak ... Nurman terjatuh saat turun dari angkot.

"Suuee ... bener hidup gue,"

Nurman berlari sekuat tenaga menuju sekolahnya. Sial! Lagi-lagi nasib Nurman sangat sial hari ini, angkot yang menuju sekolahnya ngetem hampir setengah jam membuat Nurman bosan untuk menunggu dan memutuskan untuk berlari menuju sekolahnya. "Udah bangun kesiangan, motor mogok, naik angkot ngetem. Dasar nasib jomblo selalu tragis," gumam Nurman dengan kesal.

Di depan gerbang sekolah Bu Suni sudah berdiri dengan tegak, layaknya anak pramuka yang sedang latihan baris-berbaris. Tak lupa tangganya dilipat di dada, wajah Bu Suni seperti predator yang siap melahap mangsanya. Setiap pagi Bu Suni akan berdiri di depan gerbang sekolah SMA Mandiri dengan tegak, kecuali pada hari libur Bu Suni tidak dapat ditemui di depan gerbang sekolah. Bu Suni bukan satpam sekolah yang tiap jam berjaga di pos satpam sekolah, Bu Suni adalah guru BK SMA Mandiri. Bu Suni akan mulai berdiri di depan gerbang mulai dari jam 7 pagi sampai setengah 8 pagi. Setiap murid yang terlambat datang ke sekolah, siap-siap bertemu dengan Bu Suni di gerbang sekolah.

"Maaf Bu saya telat, tadi angkotnya ngetem," ujar Nurman dengan napas yang masih terengah-engah. Bu Suni melipat kedua tangannya di dada, menatap Nurman dengan tatapan horornya "Udah tau telat, masih saja ngeles!" ketus Bu Suni.

"Tapi emang bener Bu," Nurman sesekali mengelap keringat yang mulai membasahi wajahnya yang kece badai kayak tukang gehu pedas.

"Sekarang alasannya angkot ngetem, kemarin alasannya ban motornya pecah. Besok mau alasan apa lagi? Tukang angkotnya beranak?!" ketus Su Suni.

"Beranak, dikira supir angkot kucing Bu."

Bu Suni tidak akan menerima alasan muridnya yang datang terlambat apapun itu alasanya.

"Tapi sumpah Bu tadi angkotnya ngetem,"

"Sudah baris kamu di sini," ucap Bu Suni. Belum beberapa lama Nurman datang, satu murid berlari dengan tergesa-gesa dan 'bruuuaaaakkkkk ... ' Samsuri menabrak gerbang sekolah dengan keras, hampir saja kepalanya benjol sebesar bola volly. Nggak selebay itu juga sih ...

"Awwwwww ... " teriak Samsuri sembari mengusap-usap jidatnya yang terbentur pagar besi, "Siapa sih yang mindahin pagar sekolah ke sini?" gumam Samsuri dengan sebal, akhirnya teman satu ganknya datang juga.

"Eh Samsuri! Dari dulu gerbang sekolah emang di sana," suara Bu Suni terdengar ketus saat berbicara dengan Samsuri "Masuk kamu, ikut berbaris sama Nurman," perintah Bu Suni.

Samsuri harus patuh kepada guru-guru, apalagi dengan guru BK yang super kiler ini. Akhirnya Samsuri berdiri di samping Nurman. Bu Suni menghamipiri Nurman dan Samsuri yang sudah berdiri di depan tiang bendera lapangan sekolah, ada beberapa hukuman yang harus siap mereka terima. "Kalian udah telat untuk kesekian kalinya, Ibu nggak ngerti kenapa kalian bisa telat tiap hari. Semoga tuhan memberi hidayah kepada kalian," ucap Bu Suni dengan nada menasehati dan menceramahi ala Mama Dedeh dipagi hari.

Setiap murid yang telat datang ke sekolah, harus berjemur di lapangan selama setengah jam. Setelah mereka dijemur di lapangan, baru Bu Suni akan mempersilahkan muridnya masuk ke dalam kelas. Apakah Bu Suni kejam? Tentunya bukan, Bu Suni hanya ingin membuat anak didiknya belajar disiplin dan menghargai waktu. Tidak ada salahnya seorang guru menghukum seorang murid jika memang murid itu bersalah, asal jangan menghukum dengan cara yang berlebihan. Contohya menghukum muridnya memindahkan tugu monas ke Bandung.

***

Jam pelajaran di kelasnya sudah dimulai, Bu Marina sudah mencatat beberapa soal ulangan matematika di papan tulis. Nurman dan Samsuri nekad mengendap-ngendap masuk ke dalam kelas, Bu Marina yang sedang sibuk menulis di papan tulispun dengan reflekS memanggil mereka berdua.

"Nurman, Samsuri ... suruh siapa kalian masuk!" kata Bu Marina.

Nurman, Samsuri berhenti melangkahkan kakinya. "Bu Marina punya mata ketiga kayaknya Sam," sahut Nurman menyipitkan matanya ke arah Samsuri.

"Bu Marina punya Indra Herlamang, Man," timbal Samsuri. Sepertinya tuhan sudah mempertemukan dua orang koplak menjadi seorang sahabat sejati.

"Indra keenam onta, bukan Indra Herlambang!"

"Enak saja ya udah telat, masuk kelas tanpa izin," seru Bu Marina yang kini telah menghadap Nurman dan Samsuri.

"Bu kok Ibu tau sih kita masuk ngendap-ngendap?" tanya Samsuri yang masih bingung dengan Bu Marina yang bisa melihat mereka, meski Bu Marina membelakangi Samsuri dan Nurman.

"Firasat Ibu selalu tepat Samsuri, siapa lagi yang berani masuk kelas tanpa izin selain kalian," jawaban Bu Marina singkat padat dan sangat jelas. Tidak ada lagi murid di sekolah ini yang sering berulah selain mereka.

"Ma ... aaf Bu, tapi tadi kita udah dihukum kok sama Bu Suni," aku Nurman. Bu Marina menatap Nurman dan Samsuri bergantian dengan tatapan sinisnya, tak lupa tangannya dilipat di dada menggambarkan Bu Suni memang benar-benar marah.

"Kalian boleh duduk, tapi dengan syarat kalian harus jawab pertanyaan Ibu dulu,"

Nurman menarik napas gusar, belum genap setengah jam yang lalu mereka dihukum Bu Suni. Kini hukuman Bu Marina telah menunggu di depan mata.

"Iya deh Bu," ucap Samsuri.

Bu Marina mulai menulis soal yang harus mereka kerjakan dengan tepat, Bu marina menulis soal matematika berbentuk cerita. "Nih Ibu kasih soal anak SD, kalau kalian nggak bisa jawab. Terlalu!"

Nurman dan Samsuri membaca soal yang telah Bu marina tulis di papan tulis kelas.

Andi mempunyai 20 buah permen, di berikan ke Anwar 5, dan di berikan ke Munhar 13, lalu Sonia memberi Andi 50 buah permen lagi. Jika harga satu permen 500., rupiah. Berapakah jumlah permen yang di miliki Andi dan jika Andi menjualnya berapakah uang yang di dapat Andi?

Nurman dan Samsuri terlihat berpikir, meski kita tidak bisa prediksi apa yang sedang mereka pikirkan. Soal yang sangat mudah bagi murid SMA ini, belum tentu bisa mereka jawab dengan baik dan benar. Selain otak mereka yang pas-pasan, ide menjahili guru pun sering kali datang di otak mereka.

"Aku bisa Bu," seru Samsuri dengan yakin.

"Silahkan Samsuri," jawab Bu Marina.

"Andi punya 70 permen Bu dan jika dijual Andi akan dapat uang 50 ribu," jawab Samsuri yakin.

"Lah kok bisa gitu?" Bu Marina kembali dibuat bingung, kerutan di dahinya mulai tercetak jelas.

"Gini Bu, Andi mempunyai 20 permen karena Andi pelit maka dia nggak mau ngasih permen sama Anwar dan Munhar. Nah Sonia juga ngasih Andi 50 permen. Jadi totalnya jadi 70 Bu dan jika di jual Andi itu tipe matre Bu, jadi suka jual makanan dengan harga tinggi," jelas Samsuri dengan seenak jidatnya yang disambut riuh tawa murid sekelas dengan gaduh.

Bu Marina mulai tak kuasa menahan lagi emosinya, sudah dikasih makan eh malah minta bakso.

"Samsuri, Nurman selama pelajaran Ibu belum selesai, kalian jangan masuk kelas! Tunggu di luar!" ketus Bu Marina yang emosinya sudah tidak terbendung lagi.

"Loh kok saya juga ikut? Yang jawab kan Samsuri Bu, bukan saya?" Nurman kembali menjadi korban dengan kegilaan yang dibuat Samsuri.

"Cepet keluar atau Ibu tambah hukumannya!"

"Iyaa ... Bu,"

Akhirnya Nurman dan Samsuri berjalan keluar kelas, Nurman memandang Samsuri dengan aneh. Entah apa yang ada di pikiran Samsuri sampai bisa menghasilkan jawaban yang sangat koplak begitu.

"Lu cari gara-gara lagi kalau gini mah," sahut Nurman.

"Man, hari ini Bu marina lagi ngadain ulangan mingguan, kalau kita masuk mana bisa kita ngerjain soal matematika dalam waktu 30 menit, emang lu bisa?"

"Oh iya ... tumben lu pinter, Sam. Gue nggak nyangka pikiran lu bisa ampe kesana," ucap Nurman yang tak menyangka jika Samsuri akan berpikiran sejauh itu.


~Bersambung~

Continue Reading

You'll Also Like

6.8K 334 11
#Duda series #Militer Cover by @AlvinReno_ Najla Faqihatun Nissa. Gadis unik dan ceria. Bagaimana tidak unik? Gadis itu memiliki kriteria suami idama...
10K 1.5K 30
Bagaimana jika kenalakan Yibo menurun ke anaknya. Up suka suka
988K 106K 37
abis nongkrong bukannya langsung balik, si yogi malah berhenti di deket pohon mangga. alesannya cuma buat ngudud doang. soalnya kalo di rumah dibates...
130K 13K 97
keseharian keluarga kim manoban