Crimson Autumn

Oleh VanadiumZoe

25.9K 6.2K 1.4K

Ketika rasa cemas lebih dekat dari detak jantungmu sendiri. -- Jeon Jungkook mempunyai kecemasan yang sulit d... Lebih Banyak

SALAM AWALAN
INTRO_HIM
1
2
3
INFERNO
1
2
3
4
5
6
SNOWDROP
1
2
3
4
5
6
7
8
BLUE SPRING
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
AUTUMN LEAVES
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
CRIMSON
1

7

746 149 49
Oleh VanadiumZoe

👑 🐻 👑

🌷🌷🌷

Sera duduk seorang diri di dalam mobil di tengah perjalanan pulang ke rumahnya. Bersandar pada kursi empuk yang terasa nyaman, berbaur bersama sisa wangi yang sama dengan kamar hotel. Dia menoleh melihat pintu apotek yang sudah terbuka tiga kali, tapi sosok yang ditunggu belum muncul juga. Dia masih demam, harus minum Ibuprofen supaya diizinkan pulang.

Pintu apotek kembali terdorong keluar, pria dalam balutan jas lengkap, besar dan menjulang muncul. Sera seketika menegakkan punggung, was-was, mengambil ancang-ancang. Reaksi yang selalu muncul tiap kali Jungkook berada di depannya, meski pria itu telah menunjukkan sikap bersahabat tapi tubuhnya tetap saja tidak tenang.

Sera yang minus pengetahuan tentang psikis manusia, tidak tahu, bahwa dia tengah dilanda traumatik paska trauma meski masih dalam taraf kecil. Pupilnya bergerak-gerak gelisah saat Jungkook duduk di sebelahnya, menyerahkan kantong obat, tetapi dia bahkan tidak tahu bagaimana cara mengambilnya.

"Minum dulu baru kita pulang."

Jari-jari Sera yang mendadak tremor terulur, disaat keadaan tubuhnya normal; tidak sakit kepala, tidak lapar, mual, lemas, ditambah sekarang dia sedang berada dalam mobil yang terkunci, sosok Jungkook jadi terasa begitu mengerikan di matanya.

"Sera, aku tidak akan menyakitimu," kata Jungkook, melihat Sera gemetaran sampai-sampai kantung obat jatuh di pangkuan. "Kau mau duduk di belakang?"

Jungkook menjauh sampai lengannya menyentuh pintu, duduk di ujung sofa, memperhatikan gelagat Sera saat menggeleng, mencari obat dalam kantung kecil tapi seperti sedang mencari dalam kantong besar dan penuh, mengingatkan pada diri sendiri. Detik berikutnya Jungkook sadar, bahwa Sera dilanda panic attacks.

"Tarik napasmu—"

"A-apa?"

"Sera, tolong tarik napasmu pelan-pelan." Jungkook segera membuka jendela atas mobil, memundurkan sedikit sandaran kursi. "Percayalah aku tidak akan menyakitimu lagi, tidak seorang pun."

Ada jarum kecil-kecil menelusup ke dalam hati terdalam Jungkook, melihat Sera kepayahan menarik napas. Apa yng sudah dia lakukan pada gadis itu, membuat Jungkook merasa buruk. Kemudian tanpa dia inginkan, muncul pikiran, sepertinya Sera lebih baik berada jauh darinya atau mungkin Jimin saja yang menjaga Sera ketimbang dirinya.

"Ke-kenapa beli yang sirup?"

Suara Sera yang ingin sekali Jungkook dengar, mengalun lembut pada jarak bentang di antara mereka. Jungkook bahkan tidak sadar Sera telah berhasil bernapas lebih normal. Sekarang justru dia merasa ada yang menyumbat paru-paru, larut dalam anxiety disorder yang telah mengubah cara pandangnya.

"Hhmm, itu—supaya lebih mudah di minum."

Dia mengangsurkan sebotol air mineral, berniat membantu membuka tutup botol tapi Sera sudah melakukannya sendiri. Gadis itu minum obatnya cepat-cepat, menyambar air mineral yang dia berikan, lalu kembali menatap ke luar jendela.

"Sudah merasa lebih baik?"

Jungkook menunggu tapi Sera tidak berkata apa-apa selain anggukan kecil. Dia menutup moonroof, sebelum melajukan kembali mobilnya dalam kecepatan sedang.

Mereka menelusuri jalan panjang yang mulai gelap, matahari telah kembali ke peraduan, sementara kabut tipis merangkak naik bersama lampu jalan yang perlahan dinyalakan di sepanjang jalan yang mereka lewati.

Suasana di penghujung senja yang sendu, membawa Jungkook pada hari-harinya yang pekat dan sakit. Bagaimana sosok-sosok gelap itu mencarinya, mengejarnya tanpa henti meski dia sudah memohon dan menangis. Jungkook buru-buru mengusap gelang ungu di tangan kanan, gelang yang dijalin dari benang sutra puluhan tahun silam.

"Jungkook, Hyeong buatkan ini khusus untukmu supaya tidak mimpi buruk lagi," kata Jimin kala itu. "Dokter Junhyung yang memberitahu caranya, beliau juga sudah mendoakan jimat ini, jadi kau tidak perlu khawatir lagi."

Ada senyum tipis di wajah Jungkook mengingat Jimin di usia 12 mendatangi kamar dengan penangkal mimpi, setelah Jimin menemukan dia tidak bisa bernapas lalu pingsan. Gelang kecil, disimpul saling silang dengan benang sulam ungu. Entah siapa yang memberitahu Jimin kala itu, yang jelas dia tidak pernah menceritakan mimpinya pada sang kakak sepupu.

Makhluk raksasa kerap merayap dari langit-langit, muncul di kamar dengan celurit panjang di kedua tangan busuknya. Puluhan kali Jungkook terbangun dengan napas nyaris putus, setiap raksasa itu berhasil mencungkil bola matanya.

"Hyeong, makhluk jahat itu suka datang dari atas."

"Kalau begitu kita tidur satu kamar, aku akan mengurusnya selagi kau tidur. Bagaimana?"

Sampai umur 17 Jimin masih menemaninya tidur, lebih banyak terjaga ketimbang dirinya. Jimin tidur lebih malam, bangun lebih pagi. Tersentak lebih cepat tiap kali dia berteriak sebab mimpi buruk, mengingat itu Jungkook menoleh pada Sera. Memikirkan fakta Jimin menyukai gadis itu juga, meski kenyataannya Jimin juga telah menyerahkan Sera untuknya.

Jungkook memandangi Sera yang ketiduran dengan kepala miring ke arahnya, pelan-pelan dia memundurkan sandaran kursi, melepas jasnya untuk menutupi kaki Sera. Jarinya bergerak perlahan-lahan pada wajah Sera yang berkeringat, Ibuprofen sudah bekerja menurunkan suhu tubuh gadis itu.

Jungkook berhenti bernapas saat Sera menggeliat, menarik napas lega begitu gadis itu tetap tidur, sehingga tidak memergoki dia yang sedang mengusap peluh dengan tisu wajah. Setelah memastikan posisi tidur Sera lebih nyaman, Jungkook mengamati halaman rumah Sera yang lengang.

Pagar kayu yang dia amati tampak sudah lama tidak dicat ulang, ada pohon sansuyu di sisi kiri yang daunnya telah berubah warna jadi merah, saat musim semi sansuyu berubah jadi kuning.

Dia membuka ponsel, memastikan alamat Sera sesuai dengan GPS yang dikirimkan Yoongi. Staf kepercayaannya itu hanya memberi tahu alamat rumah dan biodata singkat. Ganjil, mantan detektif di kesatuan Angkatan darat yang terkenal detail, hanya memberinya info seamatir itu.

"Temui aku setelah ini," katanya pada Yoongi di sambungan telepon, dia melirik Sera masih tidur. "Kuharap kau punya laporan yang lebih sinting dari laporan sebelumnya. Aku tidak membayar bocah ingusan, 'kan?"

"Baik—"

Suara ketukan di kaca mobil membuat Jungkook menjauh dari sambungan telepon, seorang anak laki-laki mengetuk jendela, berusaha mengintip sambil menunjuk-nunjuk Sera.

"Berapa usia adiknya Sera?" Jungkook kembali pada Yoongi.

"Cho Beomgyu berumur 12 tahun."

Jungkook memutus telepon lalu keluar dari mobil, tersenyum pada sosok anak laki-laki yang kalau diteliti punya manik mata seperti Sera.

"Halo, kau—?"

"Tuan, kakakku kenapa?" sela anak itu, melihat Sera dari depan mobil. "Nuna sakit atau hanya ketiduran?"

"Cuma ketiduran. Kau pasti Beomgyu?"

"Iya, benar. Nuna sudah cerita tentang aku?"

Jungkook mengangguk, tertawa kecil melihat ekspresi terkejut Beomgyu.

"Tuan, apa kau bos kakakku di Gangnam?"

"Bos?"

"Nuna bilang dapat pekerjaan baru di Gangnam, di rumah orang kaya yang butuh pelayan."

Jungkook tertegun.

"Semalam Nuna tidak pulang karena langsung bekerja, jadi hari ini pulang untuk mengambil pakaiannya, ya?"

Jungkook tidak berkata apa-apa, hanya mengalihkan pandang pada Sera yang masih tidur. Dia menarik napas panjang, lalu tiba-tiba muncul perihal dari otaknya yang mendadak berdenyut.

"Bagaimana kabar ayahmu?"

"Ayahku—" Beomgyu tertunduk, lalu buru-buru mendongak saat ada suara mengintrupsi.

"Beomgyu!" Sera yang tersentak bangun, lekas mendekati adiknya begitu melihat Jungkook mengajak bicara, mengamati dari atas sampai bawah. "Kau tidak apa-apa?" tanyanya, sambil melirik Jungkook sengit.

Beomgyu mengangguk. "Nuna, mau ambil pakaian dan perlengkapan?"

Sera bergeming, dia tidak boleh ketahuan telah menandatangi kontrak dengan Jimin.

"Tunggu di rumah, ada yang harus aku bicarakan dengannya." Sera setengah mendorong Beomgyu melewati halaman, beruntung adiknya penurut, selama ini Beomgyu memang selalu menuruti kata-katanya.

Sera menegakkan punggung, menyeka sisa keringat di wajahnya yang lembab, suhu tubuhnya sudah turun meski masih sedikit hangat. Dia memberi jarak yang jauh dari Jungkook, meneliti Jungkook bergeming dengan muka serius, sosok Jungkook yang besar seolah-olah semakin membesar saat menatapnya kelewa lurus.

"Pergilah." Satu kata itu saja yang bisa Sera katakan pada Jungkook, dia ingin membalikkan badan tapi suara berat pria itu menjeda langkahnya.

"Hanya itu?"

"Aku tidak berhutang apa pun padamu."

Sera mundur selangkah saat Jungkook mendekatinya, dia nyaris memekik melihat tangan Jungkook terulur lalu berhenti di sudut matanya. Sera mengerjap saat tangan Jungkook menyentuh permukaan kulitnya untuk dua detik, sebelum buru-buru ditarik kembali.

"Demamnya belum turun total, mana obatmu?"

Sera melirik kantong berisi obat di kursi mobil.

"Tidak perlu. Aku sudah biasa demam, nanti juga turun sendiri," jawab Sera, mengingat dia selalu demam setiap kali dipukuli ayahnya.

"Tunggu di sini." Jungkook mengambil obat di mobil dan berdiri lagi di depan Sera. "Minum tiap 6 jam sampai demannya benar-benar hilang."

Dalam keragu-raguan Sera mengambil obat yang diangsurkan Jungkook, lengkap dengan sisa botol minum. Dia menggenggam obatnya erat-erat, selagi Jungkook perlahan-lahan mundur ke mobilnya. Tetapi kemudian pria itu mendekatinya lagi, seiring langkah-langkah cepat dua pria yang datang untuk mencekalnya.

Dalam gerakan sigap—Sera bahkan tidak ingat kapan Jungkook bergerak, tahu-tahu pria itu sudah berdiri di depannya. Sementara dua cecungguk Kitae menyeringai kesal karena sudah diganggu.

"Hei, Tuan, ini bukan urusanmu! Gadis ini harus membayar hutang ayahnya atau kami akan membawa dia sebagai pelacur—"

Sera merasakan lengan Jungkook mendorongnya ke belakang, sebelum pria itu melayangkan tinjunya yang besar pada cecungguk Kitae. Dia nyaris terjungkal oleh daya dorongan itu, lalu berhasil meredam jeritan dengan kedua tangan.

"Berengsek!" Maki Jungkook setelah menarik tangan salah satu pria dan membantingnya dalam gerakan tidak terbaca, menyingsingkan lengan kemeja lalu kelebatan tangan yang terlampau cepat dan kuat, menghantam pria satunya lagi sampai tersungkur dengan darah di hidung.

"Berani sekali kau memangilnya begitu?" Suara rendah Jungkook terdengar lebih mengerikan, membuat dua pria di bawah kakinya bergidik ngeri.

"Cho Donghyun memang telah menjual putrinya untuk membayar hutang, pria tidak waras itu cuma butuh uang dan bodohnya orang kaya sepertimu justru membebaskannya."

Jungkook tertegun akan fakta yang tidak dia duga.

"Orang suruhanmu telah membebaskan Donghyun, padahal pria tua tidak tahu diri itu selalu menyiksa anak-anaknya." Kedua pria yang dicekal Jungkook berdiri tertatih. "Jangan-jangan Donghyun menjual Sera padamu, dia benar-benar ayah yang berengsek."

"Cukup!" Sera menyela, berdiri di sisi Jungkook. "Akan kulunasi hutang ayahku, sekarang pergilah," tukasnya.

Dua pengawal Kitae cekikikan, menertawakan Sera terang-terangan.

"Kau ini benar-benar bodoh, Sera. Harusnya terima saja Kitae menjadi suamimu dan masalah hutang ini selesai, kau tidak akan lagi dipukuli ayahmu yang sakit jiwa."

"PERGI DARI RUMAHKU!!!" teriakkan Sera menggema, napasnya memburu melihat dua pria itu masih menertawakannya selagi berlalu pergi.

"Kau juga pergilah!" Sera mendorong Jungkook tapi pria itu bergeming. "Apa lagi yang kau inginkan? Hidupku sudah berat, jadi tolong jangan menambahnya lagi."

Sera berbalik, berlari masuk ke rumah tanpa menghiraukan Jungkook di belakang sana. Dia lelah, dia ingin berhenti sebentar sebelum menjalani apa yang sudah disepakati. Menangisi hidupnya yang selalu kelabu, tanpa pernah bisa memilih jalan yang ingin dia tempuh.

🍁🍁🍁

Jungkook keluar dari mobil di bahu jalan yang sepi sambil menyulut sebatang rokok, berdiri bersandar pada cap mobil. 15 menit kemudian muncul mobil hitam dalam kecepatan penuh, seorang pria keluar setelah memberhentikan mobil dengan pijakan rem dalam. Keduanya kini berhadap-hadapan, kepulan asap putih mengisi jarak di antara mereka.

"Apa yang tidak kau beritahu padaku?" tanya Jungkook sambil tetap merokok, jarinya yang bebas menyibak rambut panjangnya yang terkuncir longgar.

"Ayah Sera terlilit hutang, terjadi penyerangan saat rentenir itu menangihnya."

"Apa yang kau tahu," sela Jungkook, rahangnya yang tegas mengeras, "tentang kesepakatan yang dibuat Jimin pada Sera?"

Yoongi bergeming, meski biji matanya sedikit berkedut, memperhatikan bosnya mendengus keras. Dia yang telah mengikuti Sera semenjak diberi tugas memata-matai Sera, mengetahui bahwa Jimin mengatur agar Kitae datang malam itu tanpa membicarakannya padanya.

Maka Yoongi terpaksa menempelkan penyadap di ponsel Jimin, setelah pria itu memberitahu ingin menemui Sera di restoran. Karena bagaimana pun Yoongi bekerja penuh pada Jungkook bukan Jimin, rencana Jimin jelas diluar keinginan bosnya yang pada awalnya hanya ingin tahu tempat tinggal Sera dan pekerjaan baru gadis itu selepas resign.

"Jimin mengatur agar Sera menerima bantuan darinya, memaksa Sera menandatangi kontrak kerja untuk—"

"Memaafkanku?"

"Untuk menjadi istrimu."

Jungkook terdiam, sebelum tertawa meski sumbang.

"Sinting! Jimin tidak mungkin segila itu."

"Lamar gadis itu sekarang dan dia akan menerimannya."

"Apa Jimin juga yang mengatur perkelahian?"

"Iya." Yoongi mengangguk samar.

"Berengsek!" Jari-jari Jungkook mengerat ketat.

Jungkook membanting sisa rokok di trotoar dan menginjaknya dengan ujung sepatu, masuk ke mobil, melaju kencang kembali ke hotel untuk menemui Jimin. Namun, mengkhianati kepercayaan pikirannya sendiri Jungkook berbelok ke kanan underpass, memutar arah kembali ke rumah Sera.

Dengan keyakinan bahwa yang Yoongi katakan tentang kakaknya salah, Jungkook berdiri lagi depan halaman rumah Sera yang sepi. Dia membuka pintu pagar tergesa, melangkah cepat sebelum berhenti di tengah halaman yang sunyi begitu sosok Sera muncul di muka pintu.

Gadis itu masih mengenakan mantel yang sama, rambutnya tergerai, terkesiap menatapnya. Jungkook mendekat begitu Sera turun dari teras, berdiri berhadapan di bawah sanyusu yang merah pekat. Tanpa persiapan cincin atau proses yang lebih formal, seperti apa yang pernah Jungkook bayangkan bila melamar gadis yang dia cintai, dia berkata;

"Menikahlah denganku, Cho Sera."

Jungkook sangat berharap Sera menolaknya, sehingga dia akan tetap memandang Jimin dengan cara yang sama. Sayang, kenyataan kali ini menyakiti Jungkook begitu hebat, reaksi bahagia yang kemarin dia pikirkan bila melamar Sera, berganti kesunyian yang membuatnya memaku.

"I-iya," jawab Sera, gemetar.

Jungkook menggeleng samar, melihat jemari Sera saling genggam kelewat erat. Biji mata gadis itu berkaca-kaca, mundur lamat-lamat sebelum terjungkal langkahnya sendiri. Sera nyaris terjerembab di tanah halaman yang keras, andai gerakan refleks Jungkook yang cepat tidak menarik tangannya.

Keduanya saling menatap dalam kekecewaan yang tidak mampu terjabarkan, sama-sama kecewa pada kenyataan hidup yang terasa terlalu menyakitkan. Kemudian, dibawah langit malam yang kian sunyi mereka sama-sama berbalik, menjauh tanpa pernah menoleh.

[]

👑 🐰 👑


Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

492K 36.9K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
40.5K 3.3K 30
[Lengkap] "Idol? Jangan mimpi! Lee Haechan, aku akan menghancurkan mu." ~XXX . . . โš ๏ธDon't PLAGIAT! Start : 15 Februari 2023 Finish : 14 Maret 2023
84.6K 16.1K 70
๐—™๐—ผ๐—น๐—น๐—ผ๐˜„ ๐—ฎ๐—ธ๐˜‚๐—ป ๐—ถ๐—ป๐—ถ ๐˜€๐—ฒ๐—ฏ๐—ฒ๐—น๐˜‚๐—บ ๐—บ๐—ฒ๐—บ๐—ฏ๐—ฎ๐—ฐ๐—ฎ! Wajah, mata, dan yang lebih ajaib lagi... anak laki-laki berusia empat tahun itu memiliki...
107K 9K 62
Jeon Jungkook & Hwang Eunbi Jungkook & Sinb Dua makhluk ciptaan Tuhan ini berjuang di setiap langkah mereka hanya untuk mempertahankan sebuah hubunga...