NEW BEST COUPLE SEASON 1 SELE...

By UlfaJannah

91.9K 4.7K 6.5K

Team Organizaton XIC Ability (TOXICA), yang beranggotakan 6 orang Member Pelindung JKT48 di masing-masing Tea... More

Part 1 Cinta
Part 2 Gagal Enak
Perasaan yang Tertukar Bagian 1 (Beby Shania Ayana Kinal) Part 3
Perasaan yang Tertukar Bagian 2 (Beby Shania Ayana Kinal) Part 4
Permainan Pasangan Mencari Jejak Bagian 1 Part 5
Perasaan yang Tertukar (Nabilah Sinka Gaby Ayana) Part 6
Ciuman Ketenangan (Nabilah Shania 16+) Part 7
Mencari Anggota Baru Misteri Member A Part 8
Petunjuk Pertama Feni dan Anin Part 9
Petunjuk Pertama Gracia Okta Part 10
Petunjuk Pertama Bersama Lidya Yona Bagian 1(Gracia Okta 18+) Part 11
Petunjuk Pertama Bersama Lidya Yona Bagian 2 (Gracia Okta 18+) Part 12
Petunjuk Pertama Bersama Lidya Yona Bagian 3 (Gracia Okta 25+) Part 13
Sepotong Roti Tawar Penuh Cinta Bagian 1 (Viny Shani) Part 14
Sepotong Roti Tawar Penuh Cinta Bagian 2 (Viny Shani) Part 15
Petunjuk Pertama Bersama Viny Natalia Yuvia (Desy Shani) Part 16
Munculnya Amarah Sisi Lain R V F (Ratu Vienny Fitrilya) Part 17
Hilangnya Shania Junianatha Bagian 1 Part 18
Hilangnya Shania Junianatha Bagian 2 Part 19
Ciuman Nakal (Nabillah Sinka 18+) Part 20
Sebuah Fakta (Nabillah Sinka Naomi 18+) Part 21
Malam Minggu Pertama (Nabillah Sinka 25+) Part 23
Hilangnya Shania Gracia Part 24
Misi Awal Pencarian Shania Gracia Part 25
Misi Awal Pencarian Shania Junianatha Part 26
Keberadaan Shania Junianatha dan Shania Gracia 16+ Part 27
Pertarungan Pintu Pertama (Veranda Kinal Naomi) Part 28
Kemenangan Pintu Pertama Part 29
Pencarian Shania Gracia Oleh Okta 16+ Part 30
Konflik Lantai 3 Part 31
Pertarungan Lantai 1 Desy Feni dan Pencarian Gracia Okta Part 32
Pertarungan Lantai 2 Desy Feni dan Pencarian Gracia Okta Part 33
Pertarungan Pintu Pertama Bagian 1 (Nabillah Sinka) Part 34
Pertarungan Pintu Pertama Bagian 2 (Nabillah Sinka) Part 35
Puncak Amarah Lantai 3 (Desy Okta Gracia) Part 36
Bertarung Melawan Tiga Musketir Part 37
Bantuan Penyelamatan Shania Gracia Part 38
Pertarungan Jalanan Pasukan Ratu 25+ Part 39
Pertarungan Hutan Part 40
Strategi Beby, Pertarungan Besar dan Tim Akhir yang Kuat Part 41
Dua Hati Dalam Pertarungan Part 42
Kekuatan Tersembunyi, Perawatan dan Penyergapan Hotel Bagian 1 Part 43
Kekuatan Tersembunyi, Perawatan dan Penyergapan Hotel Bagian 2 Part 44
Kekuatan Tersembunyi, Perawatan dan Penyergapan Hotel bagian 3 (Shani) Part 45
Pertarungan Pengorbanan Part 46
Kalahnya Tiga Musketir Part 47
Kenangan dan Pertemuan Beby Shania Bagian 1 Part 48
Kenangan dan Pertemuan Beby Shania Bagian 2 Part 49
Ve Kinal Beby Versus Tiga Misteri Member Part 50
Gadis Cantik Misterius Part 51
Pengejaran Gracia dan Aksi Lidya Yona Part 52
Melarikan Diri Part 53
Sinka dan Obat Penawar Part 54
Hutan Gelap Part 55
Satu Kembali dan Satu Pergi Untuk Shania Part 56
Tanpa Jejak Part 57
Aku Dan Kalian (Nabilah Versus Beby) Part 58
Akhir Penyelamatan Gracia (Battle Car Begin) Part 59.1
Akhir Penyelamatan Gracia (Melindungi Dua Mutiara) Part 59.2
Akhir Penyelamatan Gracia (Menjatuhkan Helikopter Musuh) Part 59.3
Akhir Penyelamatan Gracia (Ungkapan Hati Shani) Part 59.4
Akhir Penyelamatan Shania (Perpustakaan Penjara dan Laboratorium) Part 60.1
Akhir Penyelamatan Shania (Berkumpul Kembali) Part 60.2
Akhir Penyelamatan Shania (Tak Terduga dan Musuh Baru) Part 60.3
Akhir Penyelamatan Shania (Sebuah Janji Penyelamatan) Part 60.4
Akhir Penyelamatan Shania (Fakta Semua Penculikan) Part 60.5
Akhir Penyelamatan Shania (Kembali Pulang 18+) Part 60.6
Epilog
HALO SEMUA

Ciuman Nakal Versi 2 (Nabillah Sinka 18+) Part 22

1.9K 82 101
By UlfaJannah

New Best Couple Season 1 Ciuman Nakal Versi 2 (Nabillah Sinka 18+) Part 22

Cast : Nabillah Sinka

Cerita Ciuman Nakal dan Sebuah Fakta Versi asli untuk iyootsenpai dan afrega , yang kemarin maaf mengecewakan hahaha, tapi yang ini tidak PHP dan versi aslinya.

Untuk semua pembaca juga

Duet panas dengan amandaren cerita tercipta.

Cerita sebelumnya

Warning 21+

Nabillah Pov

Sebelum Shania menghilang

CHUUU

Aku mencium pipi Sinka, "Waaaaaaaaaa >.< kenapa gue jadi pengen terjun dari jendela ya? gue cium pipi Dudut, aduh... gue harus ngapain? Tumpengan nasi kuning? Terus undang semua tamu dan tulis temanya Syukuran Nabillah mencium pipi Dudut?" wajahku sudah sangat memerah.

"Ihhhh ciumnya bibir dong Uching" gumam Sinka.

"WHAT!!?" aku tersentak nyaris berteriak kaget mendengarnya, tapi segera kututup dengan kedua mulutku. "Cium bibir ._. , duh, pengen sih, tapi gue takut"

"Hemmm..." Sinka bergumam dan aku membulatkan mata saat melihat bibir Sinka sudah monyong ke depan.

"Ya ampun, bibir Sinka udah minta ._."

Sinka benar-benar nyenyak sekali tidurnya sampai-sampai tidurnya pun berbicara sendiri, apakah Sinka sedang bermimpi dengan Ikha?, aku bisa menarik kesimpulan jika Sinka sudah mempunyai kekasih.

Tapi melihat bibir Sinka yang maju kedepan seperti ini seakan memancing hasratku untuk mendekatinya, "Bil, Bil jangan, kalo Sinka bangun bisa bahaya" itu kata hatiku tapi tetap saja kepala ini maju mendekati bibir Sinka, bahkan mataku sudah terpejam.

DEG DEG

Jantung sudah mulai tidak karuan saat jarak bibirku dan bibir Sinka semakin menipis, beberapa senti lagi aku menyentuh bibir Sinka.

.

.

.

.

.

Lanjutan Cerita Berubah Versi Asli 21+

Dan aku mencium bibir Sinka, "Waaaaa, gue cium bibir Dudut >.<, Oh My God ini pasti mimpi? eh tapi gue bener-bener cium bibir Dudut, aduh maafin Nabillah, kok gue makin gesrek ya? lepasin gak ya? tapi kok lembut rasanya?, gak usah deh Dudut juga gak bangun, nakal ya Nabillah, tapi bibir Dudut manis banget, boleh gak ya di emut?" nafasku mulai tersengal-sengal di dada karena bibir ini masih menempel pada bibir Sinka, tidak tahu lagi aku harus melakukan apa.

Tapi yang jelas aku merasakan Sinka lah yang melumat bibirku, "Oh God Why? Plis" rasanya benar-benar lebih lembut daripada kepunyaan Gaby dan Shania, aku lebih menyukai bibir Sinka.

Ingin kutekan tengkuk leher Sinka, tapi aku takut ia akan terbangun, akhirnya kubiarkan saja bibirku menempel pada bibir Sinka, dia mengemuti bibirku layaknya menghisap permen manis.

"KYAAA, enak banget bibirnya, bales gak ya? " senang tak terkira aku bisa mencium bibir Sinka, tetapi aku bingung ingin membalas permainan bibirnya atau tidak, karena aku hanya menikmati hisapan bibir Sinka.

"Duh jadi ingin lepas semua baju >.<"

Tapi benar-benar aku tidak menyangka karena Sinka tetap tertidur walau pun bibirku menempel rapat sekali, benarkah itu? aku jadi ingin melakukan hal yang lebih dari sekedar mencium bibirnya.

Pada akhirnya kuberanikan diri untuk melumat bibir luar Sinka, membasahi bibir atas dan bawahnya yang kuyakin sudah menjadi warna merah cerah.

Tak lama kemudian ciuman terlepas, nafasku sangat berat sekali, karena ini pertama kalinya aku mencium Oshimen ku sendiri, yang umurnya lebih tua dariku.

Kulihat bibir Sinka sudah berwarna merah dan sangat menggoda sekali, dalam tidurnya pun Sinka mengecap sendiri bagian luar bibirnya seakan merasakan rasa dan bekas ciumanku.

Kucoba untuk tidur terlentang guna menormalkan nafasku sebentar, "Hah! Hah!hah!Kok bikin nagih ya?" ucapku sendiri sepertinya menginginkan bibir Sinka lagi.

POFF

"Nabillah Ratna Ayu~~~~"

"Salah nyebut nama lagi, gue lempar penggorengan!" sanggahku terhadap pikiran setan merah.

"Wkwkwkwk, ampun boss, Nabillah Ratna Ayu Azalia, gimana rasa bibir Sinka? Bikin nagih bukan?"

"Iya, ngomong-ngomong satunya kemana?"

"Dia lagi ke theater"

"Idih ngaco, gak ada Show hari ini, pergi dah lo ah"

"Galak banget, terusin dah, bye bye cyin" setan merah hilang lagi.

POFF

Imajinasiku selalu berlebihan, tapi memang seperti itu di saat aku sedang bimbang menentukan sesuatu, aku sering bertanya pada hatiku sendiri.

Kulirik kembali kearah Sinka yang ternyata masih terlelap memejamkan matanya, benar-benar aku tidak menyangka Sinka tidak membuka matanya sama sekali saat kucium bibirnya tadi, mungkin jika ada suara panci di banting, Sinka tetap tidak akan terganggu.

Kumiringkan kembali tubuhku untuk melihat manisnya wajah Sinka yang masih tertidur. Mataku bergerak dari atas bahu hingga ujung kaki Sinka, balutan dress putih yang ia kenakan benar-benar sangat sempurna sekali di tubuhnya.

Entah apa yang menggerakkan mataku, kini pandanganku tertuju pada dua buah tali yang mengikat bahu Sinka, "Talinya kan gampang di buka, tinggal geser ke samping >.<" benar-benar aku mulai berpikiran nakal, bahkan sangat nakal.

"Nakal sedikit gapapa ya >.<, Dudut juga nyenyak tidurnya"

Tanganku bergerak tapi bergetar saat mengulur pada tali bahu kiri Sinka, perlahan kuturunkan tali dress Sinka hingga setengah lengannya.

"Hitam memang terbaik ._." aku tercekat begitu melihat bra yang dikenakan Sinka berwarna hitam.

Fokus mataku beralih pada leher Sinka yang sangat licin, halus dan putih, terlintas di kepalaku ingin memberikan kiss mark di lehernya, "Ya ampun Nabillah ._., mikir apa?" walau aku mencoba menahan dan menolak dari dalam diri sendiri untuk tidak melakukannya, tetapi tetap saja tubuhku bergerak sendiri mendekati leher Sinka, sempat ada keraguan jika Sinka terbangun, saat kutengok wajahnya kembali, kucoba menekan pipinya dengan jariku guna meyakinkan Sinka masih terlelap.

Setelah yakin Sinka masih tidur nyenyak, kulanjutkan lagi untuk mendekati leher Sinka, di depan mataku sudah tersaji leher putihnya, "Duhhh, gue takut, tapi pengen >.<"

Semerbak harum sabun dari leher Sinka tercium oleh hidungku, aku menyukainya, aku ingin menghirupnya lebih dekat, bagaikan sebuah magnet, kepalaku semakin mendekat pada lehernya, dan aku benar-benar sudah mendaratkan satu kecupan pada leher Sinka.

Nafasku mulai berat, aku menginginkan lebih, kuciumi terus leher Sinka tetapi tetap berhati-hati dan tenang, kukeluarkan lidahku untuk membasahi lehernya, bahkan kucoba menggigit kecil lehernya.

Chup Chup Chup

Begitulah bunyinya saat aku terus mengecup leher Sinka, di sana sudah tertinggal banyak sekali bercak kemerahan kubuat.

"Hmmm....Hmm..." Sinka bergumam dan menggeliat.

Aku langsung menghentikan aktifitasku dan berpura-pura tidur, "Duh mampus gue, Dudut bangun" khawatir kurasakan, "oh shit gue lupa tali bahunya masih kebuka" tambahku teringat lupa menutup tali bahu Sinka.

Bagaimana jika Sinka berpikiran tali bahunya terbuka dengan sendirinya? "Ah itu wajar" ucapku tenang dalam hati.

Selang 15 detik tidak ada pergerakan apapun yang kurasakan di atas kasur, saat kubuka mataku perlahan, ternyata Sinka masih terlelap dengan tenangnya.

Aku melongo dan menggelengkan kepala, kuat sekali Sinka tidur tanpa terbangun sedikit pun, pikirku Sinka memiliki piala penghargaan dengan judul 'Juara satu lomba tidur terkuat'.

"Huft" kuhela nafasku lega.

Kulihat kembali leher Sinka, tanda kemerahan sudah tercetak pada lehernya akibat perbuatanku tadi, aku berharap tidak di tenggelamkan oleh Kakaknya Shinta Naomi jika melihat kemerahan pada leher adiknya.

Entah jin dari mana saat aku terus memandangi Sinka, tanganku kembali bergerak seakan sudah terbiasa, kali ini tanganku menyusuri leher yang kuciumi sebelumnya, mencoba menggelitik dan memainkan kedua jariku layaknya seperti orang berjalan.

Terus turun kebawah melewati lengan Sinka dan terhenti pada sesuatu yang kenyal milik Sinka.

"Duh ._." aku benar-benar nakal sekali saat ini, karena jari telunjukku menekan-nekan dada Sinka yang masih tertutupi oleh bra hitam dengan jari telunjukku.

Tapi aku mulai terbiasa karena Sinka sama sekali tidak terbangun, kucoba terus menekan-nekannya bagaikan menusuk-nusuk sebuah balon yang kenyal, "Hihihi kenyel juga >.<"

Sedetik kemudian tanganku melebar guna merasakan keseluruhan dada Sinka, dan berhasil aku menggenggam kepunyaan Sinka.

Tanpa menunggu lama, kuremas-remas dengan lembut dada Sinka, tapi tetap berhati-hati dan waspada, takut-takut Sinka terbangun.

"Hmm.. hmmm"

Aku terkekeh lucu melihat Sinka berdehem dan menggeliatkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri, ia pasti merasakan geli di dalam mimpinya, "Ukuran sedang, sama kaya punya Gaby" pikirku.

Kurasa cukup, tanganku semakin jahil turun ke bawah hingga terhenti pada pahanya.

Halus dan mulus saat tanganku menyentuh pahanya, begitu terasa licin saat kuusap, "Usap doang gapapa ya, hihihi nakal banget gue, maafin Nabillah ya Dudut"

Selanjutnya kusingkapkan dress putih Sinka keatas, saat itu juga aku menelan ludah melihat daleman Sinka yang berwarna putih polos, "Kuat Nabillah, gak boleh aneh-aneh, inget ini Kak Dudut lebih tua dari gue".

Tanganku kembali bergemetaran saat ingin menyentuh bagian terintim milik Sinka, "Ini kelewat batas Nabillah, tapi duhhhh nanggung, lanjutin deh >.<".

Jantung berdebar karena takut Sinka terbangun, tapi sedikit demi sedikit tanganku hampir menyentuh bagian intim milik Sinka.

Dan akhirnya aku bisa menyentuh liang vagina Sinka yang masih tertutupi kain putihnya.

"Pelan Nabillah, lembut dan jangan buru-buru" perlahan kuusap jari jemariku keatas dan kebawah pada liangnya, tak ada reaksi apapun dari Sinka untuk saat ini.

Kulanjutkan usapanku dengan tempo sedang. Sinka pun mulai merespon dengan bergumam sendiri di dalam mimpinya, aku mulai merasakan basah di bagian bawah Sinka, sepertinya Sinka sedang mimpi kebanjiran.

Aku semakin nekat dan tidak tahan dengan keadaan seperti ini, kuhentikan usapanku di luar, kemudian tanganku mencoba menyusup kedalam celah celana dalam Sinka.

"Duh, anget banget rasanya >.<, terusin gak ya? gak usah deh, ini udah kelewat bates, eh tapi tanggung, Dudut juga gak bangun, kapan lagi?" batinku bimbang saat tanganku masih terdiam di dalam sana.

Akhirnya kuputuskan untuk menggerakan tanganku perlahan, dan bisa kurasakan jika milik Sinka tidak ada rambut halusnya, ini semakin membuatku penasaran ingin melihatnya langsung dengan jelas, tapi tidak boleh karena berbahaya.

Tanganku sudah menyentuh sesuatu yang kecil berbentuk seperti kacang, sepertinya ini daerah paling sensitifnya, kutekan-tekan kecil bagian tersebut, dan seketika tubuh Sinka menegang sesaat, kuhentikan sementara untuk melihat reaksinya, setelah yakin Sinka masih tertidur, kuteruskan usapanku lagi di liang vaginanya, dari tempo lembut berubah menjadi sedang lalu berubah lagi menjadi semakin kencang dan kencang hingga tanganku sudah sangat basah sekali di sana akibat cairan Sinka.

Sinka menggeliat ke kanan dan ke kiri tetapi matanya masih saja terpejam, semakin cepat usapan tanganku di liang vagina Sinka, akhirnya aku merasakan semburan hangat cairan cinta Sinka di tanganku, ternyata Sinka klimaks dalam mimpinya, sungguh tidak kumenyangka jika Sinka tetap tidak terbangun sama sekali, yang kurasakan pada tubuh Sinka saat ini adalah tubuhnya bergetar kecil seperti mengejang.

Kutarik kembali tanganku secara perlahan dan berhati-hati, benar saja tanganku sudah sangat basah sekali di setiap jengkal jarinya, tanpa pikir panjang langsung kuhabiskan dan kujilati.

Ini kali pertamanya aku bermain ranjang, sejujurnya aku juga belum pernah main kasur bersama Gaby seperti ini, wajar saja karena hubunganku dengan Gaby masih seumur jagung, ingin melakukannya tetapi keburu mendapatkan panggilan perform di Bandung.

Kuistirahatkan tubuhku menjadi terlentang, tak lupa aku menutup kembali tali bahu dan dress bawah Sinka, entah mengapa nafasku yang begitu kelelahan, padahal aku yang memanjakan tubuh Sinka saat ini.

Akhirnya aku hanya bisa merenung sendirian, setelah apa yang kulakukan pada Sinka si gadis penyuka Panda, sepertinya aku salah melakukan ini, pikiran setan merah sudah merasuki pikiranku, entah apa yang akan kuceritakan pada Gaby terutama jika Kak Naomi tahu hal ini.

"Maafin Nabillah ya Dudut udah nakal sama kamu" lirihku kemudian tidur memunggungi Sinka.

Setidaknya aku tidak melakukan hal yang berlebihan pada Sinka, aku tetap menjaga diri sebagai yang termuda darinya.

Kuhela nafasku secara kasar, dan memejamkan mata perlahan-lahan.

.

.

.

Hiks Hiks Hiks

Samar-samar aku mendengar sesuatu, suara apa itu? seperti orang menangis, tapi sepertinya aku sedang bermimpi dalam tidurku.

Huhuhuhu

Tapi suara itu semakin jelas di telingaku, saat mataku terbuka perlahan, aku masih mendengar suaranya tepat di belakang punggungku.

Saat aku menengok, betapa kagetnya aku melihat Sinka yang terdengar menangis sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

Panik kurasakan dan bertanya-tanya, apakah Sinka mengetahui perbuatanku tadi?.

"Jahat hiks hiks" kata Sinka memukul kasurnya satu kali dengan kasar.

Aku semakin takut jika Sinka menangis karena kesalahanku tadi yang begitu nakal terhadapnya, apa dia sadar dalam tidurnya sebelumnya?

"Du.. Dudut kamu kenapa?" tanyaku sangat gugup.

Sepertinya aku menyesal melakukan hal tadi pada Sinka, ketakutan terbesarku sekarang melanda jika ia membenciku.

"Hiks, engga kok Bil, maaf ya udah buat kamu kebangun" kata Sinka.

Alis sebelahku turun karena ucapan Sinka, dari raut wajah Sinka tidak menunjukkan kebencian padaku, lalu kenapa Sinka menangis seperti ini?

Akhirnya aku bangun dan terduduk diatas kasur, kemudian duduk di sebelahnya, melihat pipi tembemnya sudah berurairan air mata, ia menyeka air matanya dan memalingkan wajahnya dariku.

"Ada apa Dudut? kok kamu nangis malem-malem sih?" tanyaku sekali lagi.

Tanganku menyentuh pundaknya, sesaat kemudian Sinka menatapku dengan wajah nanar dan datar.

"Gapapa Bil, maaf ganggu tidur kamu" kata Sinka masih datar, dan langsung berdiri dari kasur kemudian berjalan menuju kamar mandi.

Sedikit sesak di dada melihat Sinka bersikap dingin terhadapku, sepertinya Sinka mengetahui perbuatan nakalku tadi, sungguh aku menyesali dan harus meminta maaf padanya, aku tidak mau Sinka sampai membenciku.

Dengan segera aku menyusulnya dan langsung memeluk punggung Sinka dengan erat, "Dudut, maaf Dudut, aku gak ada maksud ngelakuin itu, kamu jangan benci aku Dut, maafin Nabillah ya?" entah mengapa aku mengeluarkan air mata sambil terpejam, sejujurnya aku sudah menyukai Sinka, terbukti aku tidak melakukan hal yang berlebihan yang sampai merusak Sinka, aku hanya tidak kuat melihat penampilan Sinka yang menggoda.

"Kamu ngomong apa sih Bil?" kata Sinka, membuatku membuka mata dan menghentikan uraian air mataku, aku pun melepas pelukannya, Sinka berbalik dan menatapku, kedua alisku turun saat kepala Sinka ia miringkan menatapku, "Kamu kenapa Bil? kok sampe minta maaf sama aku?".

Kugaruk-garuk tengkuk leher bagian belakangku karena masih tidak mengerti, "Aku.." bingung aku harus mengatakannya, sepertinya tangisan Sinka bukan karena perbuatanku, terlihat Sinka yang tidak mengerti dengan permintaan maafku, "Aku takut.. kalo aku salah sama kamu Dut?" ucapku sambil tertunduk.

"Takut? Nabillah gak buat salah apa-apa perasaan? Kenapa harus minta maaf sama Dudut?"

Kuhela nafasku, sepertinya memang Sinka tidak mengetahui perbuatanku, walau pun begitu aku tidak akan melakukan hal nakal lagi pada Sinka, cukup tadi aku berani nekat menyentuh tubuh Sinka yang sedang tertidur lelap.

"Hehehe, kirain aku yang salah Dut, kaget ngeliat kamu nangis tiba-tiba, terus kamu kenapa nangis?" ucapku bertanya.

Tapi Sinka tertunduk lesu, wajahnya tak terlihat ceria seperti sebelumnya, tapi tunggu sebentar, sepertinya aku bisa menebak sedihnya Sinka.

Kucoba untuk menatap wajahnya lebih dekat dan berbisik, "Pasti Uching ya?" ucapku menerka-nerka karena tadi Sinka sempat menyebut nama tersebut.

Respon Sinka seketika langsung terbelalak di matanya, benar dugaanku, Sinka menangis karena Dia.

"Kamu tau dari mana Bil?"

Aku menyunggingkan senyuman, lalu menarik Sinka untuk duduk di atas kasur pinggiran ranjang, "Aku tadi denger kamu ngomong sendiri di mimpi Dut, kamu manggil-manggil nama Uching".

Sinka langsung menundukkan kepala, dan aku bisa melihat di pipinya sudah memerah, "Masa sih Bil?" kata Sinka terlihat malu-malu tidak mau menatapku.

Aku terkekeh lucu melihatnya, "Ikha pacar kamu kan Dut?" godaku menyikut pelan Sinka.

Aku semakin tertawa kecil melihat wajah Sinka yang semakin memerah padam, "Ihhh engga kok Bil, aku engga pacaran sama dia" kata Sinka masih menyanggahnya.

Tapi aku mempunyai bukti lain sewaktu ia tertidur, "Masa sih? tapi di mimpi kamu tadi bilang gini Dut, 'Uching cium aku dong' hahaha" tawaku puas sekali.

"Nabillah ihhhh, apa sih?" Sinka mencubit lenganku.

"Hahaha, sakit Dut, tapi bener kan? jujur aja sama aku deh, ya kan ya kan?" kataku terus meledek dan menyikutnya, tapi aku tersentak kaget dan langsung terdiam karena respon Sinka tiba-tiba menangis, "Eh Dudut, aduh maafin Nabillah, kamu jangan nangis dong Dut" tambahku berucap karena merasa bersalah meledeknya.

Sinka menggelengkan kepala, "Engga kok Bil, kamu bener, aku udah punya Uching" jawabnya terlihat sendu.

"Coba sini cerita sama Nabillah, ada apa Dut" ucapku mencoba berani merangkul pundaknya dan mengusap-usapnya dengan lembut untuk mencoba menenangkan batinnya.

Sedetik kemudian kepala Sinka pun menyandar pada bahuku, setidaknya aku bisa memberikan kenyamanan di bahuku sekarang ini.

Sinka pun mulai menceritakan alasannya bersedih, dari penuturan panjang Sinka, ternyata saat aku sedang terlelap tidur, Sinka terbangun dan berchattingan dengan kekasihnya Ikha.

Sinka kembali menceritakan masalah yang terjadi, bahwa ia sangat merindukan kekasihnya di sana, tetapi Ikha bersikap dingin terhadap Sinka, sampai-sampai Sinka menunjukkan chattingan Linenya padaku.

Sinka : Uching, Uching meong, lagi ngapain? Uwwuwuwuw, pandanya Uching udah selesai perform neh 😄

Sinka : Send Photo.

READ selang waktu 10 menit.

Ikha : Langsung makan!

Di sini Sinka mengatakan ekspresi wajahnya sangat kaget karena melihat balasan Ikha menggunakan tanda seru yang terkesan dingin.

Sinka : Iya Uching sayang, 😘tadi Panda udah makan, minta Pop Mie nya Nabillah, kenyang loh, liat deh pipi Pandanya Uching, lucu gak?😊😚

Sinka : Send Photo.

Ikha : Haha, iya udah bagus kalo udah makan.

Sampai di sini aku melihat jika Ikha malas dan tidak ada niatan sama sekali membalas pesan Sinka, lalu kulanjutkan membacanya kembali.

Sinka : Uchingnya Panda udah makan belum?😮

Ikha : Udah kok.

Sinka : Makan sama apa Ching?

Ikha : Nasi.

Di sini Sinka mulai merasakan badmood karena chattingannya di balas begitu singkat, jelas dan padat, tidak seperti biasanya.

Sinka : Kamu lagi di mana sih Uching? Kok balesnya begitu banget? 😤

READ

Di sini Sinka menunggu hampir 5 menit tidak ada balasan, rasa khawatir dan galau di rasakan Sinka karena pesannya hanya di read, akhirnya Sinka memutuskan untuk menelponnya langsung, tetapi panggilannya di tolak langsung.

Saat itu juga ada pesan masuk lagi dari Ikha.

Ikha : Jangan nelpon aku dulu!, lagi sibuk!

Aku membulatkan mata membacanya, pesan terakhir dari Ikha ini cukup menohok perasaan, dan aku mengerti inilah alasan Sinka menangis karena sakit hati dengan sikap dingin Ikha.

"Uching jahat huhuhuhu!!!!" Sinka menangis di pundakku dan memukul pelan pahanya sendiri.

Aku pun hanya bisa merasakan perasaan sedih yang di alami Sinka, jika aku di posisinya pasti akan sama merasakan sakit hati yang begitu dalam.

"Sabar Dut, mungkin Ikha lagi gak mau di ganggu dulu" ucapku tenang mengusap-usap rambutnya.

"Aku kangen, tapi Uching engga kangen Panda" kata Sinka semakin terisak.

Semakin sesak di dada saat aku mendengarnya, aku pun menjadi ikut meneteskan air mata, tapi segera kuseka air mata ini dengan cepat, karena aku juga tidak mau terlihat sedih di hadapannya, aku harus menenangkannya dan menghiburnya.

"Udah Dut, positif thinking aja, Ikha mungkin beneran sibuk sekarang, udah ya kamu jangan nangis lagi" terus kucoba menenangkannya.

"Tapi engga sampe harus bicara kasar juga Bil, huhuhu"

"Iya aku ngerti kok Dut, jangan di pikirkan lagi Dut, masih ada Nabillah di sini yang nemenin kamu".

.

.

.

.

Selang 5 menit, perlahan-lahan suara tangis Sinka mereda dan terhenti, lalu ia kembali duduk tegap menatap kearahku dengan mata yang sudah merah dan sembab sekali.

"Kamu emangnya engga kangen Gaby Bil?" tanya Sinka.

Mendengar itu aku hanya bisa termenung dan menundukkan kepala tidak ingin menjawab, sedetik kemudian kutarik nafasku dalam-dalam lalu kuhembuskan, "Kangen, tapi posisiku sama kaya kamu dan Shania, Dut" ucapku dengan nada getir.

"Kenapa emangnya Bil?"

Aku hanya menggelengkan kepala, "Intinya malam ini Gaby sedang bermalam minggu dengan orang lain".

"Orang lain? Siapa Bil?"

"Ayana" jawabku menyebut nama gadis keturunan Arab yang suka bermain bersama Gaby dan Beby sejak dulu.

"Loh bukannya Ci Shania, Beby~~~"

Kupotong ucapan Sinka, "Iya, aku tau kok, tidak hanya Beby yang dekat dengan Ayana, Gaby pun sama sejak dulu dekat sekali dengan Ayana, di tambah lagi Beby dan Gaby punya project sendiri yaitu bytwin, sudah pasti mereka berdua bisa menyembunyikan apapun yang tidak aku ketahui, makanya aku dan Shania selalu bersikap posesif terhadap kekasih masing-masing karena Ayana selalu menempel terus dengan Beby dan Gaby layaknya perangko" tuturku panjang lebar.

Pada intinya aku risih, cemburu dan tidak suka saat Gaby berdekatan dengan Ayana tepatnya sekarang adalah jam malam minggu yang seharusnya ia menghiburku, bukan membuatku cemburu.

"Malam minggu kita sedih ya Bil?" lirih Sinka.

"Heeh" jawabku menganggukkan kepala.

Aku dan Sinka pun sama-sama menunduk, merenung dan menghela nafas, ternyata keadaanku dan Sinka sama-sama terpuruk dengan kekasih masing-masing.

Selang 1 menit saling berdiam diri, aku tersentak saat Sinka mengatakan hal luar biasa.

"Nabillah mau malam mingguan sama Dudut gak?" kata Sinka.

Mataku langsung melongo mendengar itu, jika di tanya seperti itu, sudah jelas aku tidak menolak, "Tapi malam minggu yang kaya gimana? ._." kata hatiku bertanya-tanya sendiri, "A..aku sih ma...mau Dut, hahaha" jawabku kikuk.

"Emangnya Nabillah kalo malam minggu sama Gaby ngapain aja?" tanya Sinka begitu antusias dan penasaran di matanya.

"Aku sering malam mingguan sama Gaby, tapi kan baru dua hari yang lalu aku jadian, jadi belum pernah malam mingguan layaknya seorang kekasih Dut" jawabku.

"Sebelum jadian sama Gaby? Nabillah ngapain aja kalo malam minggu?"

"Hmm... jalan-jalan, makan, terus belanja atau nonton bioskop" kataku, hanya hal wajar dan biasa saja sebelum aku menjalin tali kasih dengan Gaby, "Terus Dut, kamu sendiri sama Ikha pacaran ngapain aja?" kali ini aku bertanya balik karena penasaran.

"Ya biasa aja, sama kaya kamu tadi Bil, jalan-jalan, makan, terus belanja dan nonton" katanya begitu.

Tetapi saat Sinka bermimpi, ia sempat mengigau meminta dicium bibirnya oleh Ikha, "Masa sih? terus mimpi kamu yang minta dicium Uching apa hayo? berarti kamu malam minggu sama Uching sering cium-cium kan?" kataku tersenyum menyeringai menggodanya.

Sinka terlihat mengedipkan matanya dan bersemu merah di wajahnya menatapku, aku tahu ia tersipu malu, "Aaa... i...iya sih" katanya sambil tertunduk malu.

Aku terkekeh lucu melihatnya, kemudian aku berdiri dari kasur guna mengambil air minum karena sedikit haus, tak lupa aku membawanya juga untuk Sinka.

Sinka sendiri masih terdiam sambil menunduk, sedangkan aku yang memperhatikannya hanya menggelengkan kepala tersenyum sendiri melihatnya, padahal aku bisa mewajari jika memang sudah berpacaran, wajar saja jika saling mencium satu sama lain.

"Neh Dut, minum dulu airnya biar tenang dikit" ucapku menyodorkan satu gelas air putih.

Aku kembali duduk di sebelahnya dan meminum air dingin dan segar ini yang membasahi tenggorokanku.

"Bil cium aku"

"PUFFFTTTTT" muncrat sudah air putih yang kuminum, "WHAT?!" aku tersentak kaget mendengar ucapan Sinka yang sangat frontal dan membuat jantungku terhenti.

Sejenak jantungku berdebar sekali saat Sinka mendekati wajahku dan bahkan memejamkan matanya, "Oh My God, Oh My God, gue harus ngapain sekarang? ._. tolak, engga, tolak, engga?"

Di saat aku sedang berpikir, Sinka sudah menempelkan bibirnya pada bibirku, "Mak.......>.< gue di cium Dudut lagi, bukan gue yang mulai, aduh gue pingsan aja deh, eh gak jadi"

Bahkan tengkuk leherku di tekan oleh Sinka semakin dalam, bibir Sinka seakan meminta lebih saat mengulum bibirku, akhirnya aku memejamkan mata dan membalas ciumannya, tak kupedulikan statusku saat ini yang sudah memiliki kekasih, aku sudah terhipnotis oleh bibir Sinka.

Tanganku pun ikut menekan tengkuk leher Sinka semakin dalam, nafasku dan Sinka sudah mulai berat, aku mencoba memberanikan diri menjulurkan lidahku untuk mendorong bibir Sinka yang terkatup, sepertinya Sinka sudah mahir dan mengerti, karena bibirnya langsung terbuka membiarkan bibirku masuk ke dalam untuk mengabsen gigi-giginya satu persatu, saling melilit lidah dan pertukaran saliva pun sudah kulakukan.

Hingga oksigen harus memisahkan ciumanku, kembali kutatap bibir Sinka yang langsung berubah menjadi warna merah, cerah dan segar setelah saling membasahi.

"Maaf Bil" lirih Sinka langsung memalingkan wajahnya ke samping.

Sepertinya ia merasa bersikap lancang terhadapku, sejujurnya aku tidak berpikiran seperti itu, dalam hatiku berkata, "Kenapa engga di terusin >.< tanggung"

Ini artinya hanya tinggal diriku saja yang harus aktif, karena pikir Sinka pasti aku masih tidak memberikannya lampu hijau.

Kupegang dagu Sinka untuk menatapku lagi, "Gapapa Dudut, kita malam minggu berdua ya?, tanggung >.<" kataku.

"Nabillah mau malam mingguan sama Dudut?"

Aku mengangguk tersenyum, tak mau Sinka berubah pikiran lagi, langsung kucium lagi bibir Sinka dengan cepat, tak ada penolakan apa pun dari Sinka, ia pun menikmatinya dan memejamkan mata.

Ciuman panas antaraku dan Sinka kini keluar jalur, karena ciuman bibir ini  turun menuju lehernya, kuciumi leher putih Sinka yang masih berbekas warna kemerahan di sana.

"Bil, ahhhhh....." Sinka mendesah.

"Waaaa >.< gue denger Sinka mendesah, sabar Bil, gak boleh main kasar" kata hatiku sambil terus membasahi leher Sinka dengan lembut.

Harum sabun di leher Sinka membuat candu sendiri untukku, tak hanya kuciumi, melainkan kugigit kecil lehernya hingga tanda kemerahan di lehernya semakin banyak.

"Ehmmmmm. Bill.....Sshhhhh...." Sinka mendesis sambil menekan pinggangku semakin dalam.

Tanganku mulai bergerak menurunkan tali bahu dress putih yang di kenakan Sinka, kuloloskan keduanya kebawah hingga kulihat kembali bra hitam di depan mataku.

Aku sudah terbawa nafsu melihat indahnya tubuh Sinka yang sangat berisi dan mengundang gejolak birahi, sehingga kudorong perlahan tubuh Sinka menjadi tiduran dalam tindihanku untuk melakukan malam minggu terindah bersamanya.

Nabillah Pov End

TBC

Hahahaha kasih judul malam minggu Panda dan Kelinci aja deh next nya :p

VOTE COMMENT DULU YA 

SEE YOU ^^

Continue Reading

You'll Also Like

925 125 6
Zahra Khaula Azizah, seorang aktris muda yang tengah naik daun harus mengalami kecelakaan saat sedang dalam perjalanan pulang. Namun siapa sangka, Z...
3.8K 304 36
Cerita ini Terinspirasi Dari Lagu dari Band Idolanya Author ***** Seorang Wanita Cantik Yang Mencintai Remaja Laki-laki Anak Keluarga Terhormat, kare...
279K 21.8K 102
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
1.2K 133 5
ini (bukan) masalah keluarga. bagaimana, jika berada di posisi si 'anak' yang tak diharapkan? WARNING - ini fiksi brok. 100% Fiksi IG :kar_thrn