You're My Propeller (Complete...

By Okahaw

102K 5.2K 1.2K

Untuk membaca cerita ini silakan di-follow terlebih dahulu, karena ada beberapa Part diprivat :) . . Karena C... More

0
Part 1
Part 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART XI
PART XII
PART XIII
PART XV
Intermezzo
PART XVI
PART XVII
PART XVIII
Part XIX
Part XX
PART XXI
PART XXII
PART XXIII
PART XXIV
PART XXV
PART XXVI
PART XXVII
PART XXVIII
PART XXIX
Author Note
PART XXX
PART XXXI
PART XXXII
PART XXXIII
PART XXXIV
PART XXXV
PART XXXVI
PART XXXVII
PART XXXVIII
PART XXXIX
PART XL
PART XLI
PART XLII
PART XLIII
Cuap-cuap Author
PART XLIV
PART XLV
PART XLVI
PART XLVII
PART XLVIII
PART XLIX
PART L
PART LI
PART LII
PART LIII
PART LIV
PART LV
PART LVI
PART LVII
PART LVIII
PART LIX
PART LX
Pengenalan Tokoh
PART LXI
PART LXII
PART LXIII
PART LXIV
PART LXV
PART LXVI
PART LXVII
PART LXVIII
PART LXIX
PART LXX
PART LXXI
PART LXXII
PART LXXIII (Not The End)
Kabar Gembira
REZA SIDE STORY
THE WEDDING
Extra Part 1
SEGERA
New Story

PART XIV

1.3K 87 6
By Okahaw


"Kamu ke ruangan saya sekarang!"

Tok...tok...tok...

Henry langsung menyuruh masuk orang yang mengetuk pintu.

"Jadi lo jelasin ke gue deh ada apa di ruangan kalian tadi," Henry meminta Rifki yang baru saja datang setelah di telponnya.

Rifki mengangguk faham dan dia mulai menceritakannya.

"Jadi, gini Mas, tadi Henny ijin ke gue buat ke kantin mau sarapan. Soalnya dia ada sakit magh jadi kalau dia sampai telat makan dia bakal muntah-muntah gitu. Lagian juga si Henny udah ngerjain tugasnya untuk yang pagi, tinggal di print doang selesai deh. Tiba-tiba datang Mbak Diva Marah-marah gitu," Rifki mengangkat bahunya.

Reza yang mendengar penjelasan itu jadi terdiam mendengar 'dia ada sakit magh jadi kalau dia sampai telat makan dia bakal muntah-muntah'

"Oke makasih untuk penjelasan kamu," Henry mendekati Rifki dan memukul pelan pundaknya. Rifki permisi untuk meninggalkan ruangan.

Reza ikutan Pamit meninggalkan Henry. "Demi kelangsungan hidup karyawan lama lo, mending lo pertimbangin lagi Diva buat disini. Gue pamit," Dia melangkah menjauh meninggalkan Henry yang masih terdiam.

Reza menangkap ada sosok Henny di depan nya dengan cepat disusulnya langkah itu.

"Lo kenapa Henny?" seru Reza pura-pura tidak tahu dengan kejadian tadi.
Henny tersenyum sambil menatap Reza.

"Pura-pura ngga tau padahal tadi ngepoin juga," kata-kata Henny sukses membuat Reza malu. Henny tersenyum lagi menatap laki-laki di hadapannya itu.

"Kok lo diam aja ngga ngasih pembelaan atau apa gitu, kan orang yang liat bakal nilai kamu ngga kompeten," protes Reza. Henny tertawa. Dan menggelengkan kepalanya.

"Hmm kadang hidup ini menjebak kita dalam sebuah ketidak-adilan meskipun kita tak bersalah tetap akan bersalah karena ada yang lebih berkuasa dari kita," Henny mengangkat kepalanya menatap langit-langit.

Reza masih bingung dengan istilah yang disampaikan oleh Henny. Tanpa mereka sadari dari tadi ada Henry di belakang mereka. Henny dan Reza memasuki Lift. Betapa kagetnya mereka ada Henry yang ikut masuk dalam lift itu.

Semerbak aroma yang sangat dikenal Henny memenuhi udara di sekitar hidungnya, sial dia terjerat aroma yang sangat menyegarkan ini. Tak ada suara diantara mereka bertiga.

Ting... lift terbuka.

Henny berjalan kekantin setelah melihat jam sudah waktunya untuk makan siang.

"Gue duluan ya,Hen?" ucap Reza mengangkat tangannya sebelah kanan.

"Iya."

"Iya."

Henry dan Henny menjawab berbarangan. Reza berhenti sejenak dan membalikkan badannya, memukul kepalanya frustasi.

"Itu Henry... Itu Henny... yep kalian berdualah pokoknya." Dia kebingungan.

Reza berlalu meninggalkan Henny dan Henry.

"Saya rasa kamu perlu menjelaskan kejadian tadi di ruangan kalian," suara Henry menghentikan langkah Henny.

"Maaf Pak atas sikap saya tadi, saya benar-benar di luar kendali," Henny menunduk sambil menggigit bibir bawahnya menahan rasa takut. Kalau-kalau ada titah Henry yang bisa membuatnya angkat kaki dari tempatnya bekerja sekarang.

"Saya cuma minta kamu menjelaskannya," sambung Henry melempar senyum ke karyawan lain yang menyapanya. Benar-benar dia tidak melihat wajah Henny saat berbicara.

"Hmm, saya rasa sudah tidak ada lagi yang perlu di jelaskan Pak, saya memang salah," ucap Henny lemah. Maksudnya masalah ini sudah tidak perlu diperpanjang lagi.

"Oke kalau kamu memang mengaku salah, apa boleh buat saya akan memecat kamu," Henry melangkah dengan sombong menjauhi Henny. Henny menatap punggung atasannya dengan sedih. Seandainya dia bisa merebahkan kepalanya di punggung yang tegap itu pasti itu akan sedikit menenangkan.

"Hhuuuaaahh," Henny memukul kepalanya sendiri bisa-bisanya dia berpikiran seperti itu disaat dirinya terancam di pecat.

"Ini Mbak Henny Ketopraknya udah ta buatin yang baru,"

"Makasih, Bu," Henny tersenyum manis, tapi entah kenapa perutnya mendadak kenyang. Dia mengacak-acak makanannya sambil memikirkan ucapan atasannya yang terakhir.

"Oke kalau kamu memang mengaku salah, apa boleh buat saya akan memecat kamu." suara Henry terus terngiang-ngiang di telinga Henny.

"Heiii!" suara seseorang menginterupsi pikiran Henny. Dia langsung menoleh ke sumber suara.

"Kak Anggara?" teriak Henny girang. Anggara berjalan mendekati Henny.

"Melamun banget nih? Coba mikirin apa?" tanya Anggara yang langsung menyedot es jeruk milik Henny.

"Banyak!" ucapnya ketus. Ya, wajarlah ketus bagaimana tidak? lagi bingung di kagetkan walaupun yang mengagetkannya ganteng tetap saja agak gimana gitu, tiba-tiba datang langsung menghabiskan es jeruk orang.

"Jutek! Ntar kakak ganti deh," ucap Anggara membujuk wanita kecil di hadapannya.

"Cie kak Anggara... Cie..." Henny menggoda Anggara sambil menyuapi ketoprak ke mulutnya sendiri. Anggara bingung kenapa Henny begitu semangat menggodanya.

"Aku liat di Instagram kakak, udah Prewed cie...cie..." Henny kembali tertawa, ada sedikit rasa yang nyelekit di hatinya melihat foto-foto yang di-posting di Instagram milik Anggara.

"Hoho... jadi ceritanya kepo ni?" Anggara balik menggoda Henny.

Henny tertawa menyimpan sedikit luka di dalam hatinya. Entah mengapa rasa itu masih ada padahal sudah lama sekali dia menguburnya.

"Selamat ya Kakak, semoga lancar sampe hari-H, aku diundang ya, awas kalo ngga," Henny memaksa tersenyum sambil memakan ketopraknya yang sekarang sudah di suapan terakhir.

"Siap... kamu orang yang pertama Kakak undang," hati Anggara sedikit tidak enak mengatakannya, tapi mau tak mau dan lama kelamaan dia juga akan tahu kalau dirinya akan menikah.

"Yaudah Kakak ke atas dulu ya, Hen. Ada yang mau diurus," Henny mengangguk dan kembali melamun dengan tenang.

4 tahun yang lalu

"I love you bawel," ucap seseorang pada kekasihnya.

"Ih apaan sih, siapa juga yang bawel, dasar saraf..." wanita itu tidak terima dipanggil bawel.

Namum, tetap bahagia ketika kata-kata bawel terucap dari mulut sang kekasih.

Siang itu mereka berjalan berdua sehabis dari sebuah Mall yang ada di jalan Malioboro, Jogja. Mereka menikmati jalan di pinggir jalan persis seperti turis-turis dari manca negara yang terlihat santai berjalan menyusuri jalan Malioboro.

Sepasang kekasih yang terbilang masih sangat muda yang satunya delapan belas tahun dan satunya lagi dua puluh satu tahun.

"Sayang, ntar kalo Kakak udah lulus kamu masih mau kan jadi pacar Kakak?" pertanyaan itu meluncur begitu saja. Wanitanya hanya mengangguk sambil tersenyum.
Sungguh pasangan yang saling mencintai satu sama lain.

"Sayang, besok Mama Kakak main ke Jogja buat liburan, kamu mau kan jalan bareng kita," ajak si Lelaki. Wanitanya terdiam kaget, entah senang, gugup semuanya menjadi satu.
Namun lagi-lagi Ia mengangguk. Mereka mengeratkan berjalan bergandengan.

*

"Ma, kenalin ini Henny, Pacar aku, Ma," ucap lelaki itu memperkenalkan Wanitanya kepada Ibunya.

Dengan tatapan menilai Mamanya memandangi wanita yang bernama Henny itu, dari atas sampai bawah dan berbalik lagi, tatapan itu berhasil membuat Henny merasa sedang dilucuti.

"Oh, cantik," ucap Wanita yang tidak terlihat sudah tua.

"Anggara kamu pesan Makan dulu, Mama mau ngobrol-ngobrol dengan dia," kata-katanya begitu manis. Dan membuat Henny tersenyum tulus membalas senyuman Mama Kekasihnya.

Anggara tersenyum meninggalkan dua wanita yang disayanginya itu.

"Saya tidak akan berbasa-basi dan langsung keintinya," suara itu berubah menjadi menyeramkan. "Eehh?" Henny terkejut melihat perubahan ekspresi di wajah wanita yang ada di hadapannya itu.

"Dengarkan saya baik-baik! Anak saya tidak cocok dengan Anda. Status kami dan Anda jauh berbeda. Tinggalkan Anggara atau aku akan membuat hidupmu menyesal."

Deg...

Jantung Henny berdegup kencang seperti habis berlari dua belas kilometer. Henny terdiam dan diam.

Sampai dia mengangguk dan diam.

Sejak saat itu hubungannya dengan Anggara merenggang dan Anggara hijrah ke Bandung.

Flashback off.

*

Henny mentertawakan dirinya sendiri yang begitu menyedihkan. Cuma gara-gara Anggara orang Kaya dan dirinya berasal dari orang biasa-biasa saja. Cuma gara-gara status sosial dia melepaskan Orang yang dicintainya saat itu.

Sekarang Anggara sudah mau menikah. Itu artinya orangtuanya merestui mereka dan artinya juga wanita pilihan Anggara itu berasal dari keluarga terpandang.

"Oke kalau kamu memang mengaku salah, apa boleh buat saya akan memecat kamu," suara Henry kembali terngiang-ngiang di telinga Henny. Ayo Henny bukan waktunya untuk merenungi orang yang sudah berbahagia.

'Pikirkan nasibmu yang sebentar lagi mau di pecat'

Henny berlari menuju ke ruangan Henry. Dia sekarang sudah berada di depan ruangan Henry. Dia bingung mengetuknya atau tidak. Menjelaskan atau malah pasrah. Dia menempelkan telinganya di daun pintu. Terdengar suara Henry sedang tertawa.

Apa mungkin dia sedang bersama Diva?

Henny menempelkan lagi telinganya di pintu.

Ceklekk...

Pintu terbuka sontak membuat badan Henny hampir hilang keseimbangan kalau saja dia tidak menahan kakinya dengan kuat. Dia menegakkan kepalanya dan melihat siapa yang sedang di depannya.

Dia menutup matanya sendiri dan menyumpahi dirinya yang begitu ceroboh. Lihat sekarang gaya Berdiri Henny persis seperti Cicak yang sedang merayap di dinding.

"Ehemm," Henry menjaga ekspresinya agar tidak terlihat canggung. Karena menahan tawanya.

"Apa?" tanya Henry dingin. Henny langsung membetulkan posisinya sebelum orang lain ada yang melihat.

"Sa-sa-saya mau menjelaskan, Pak. Jangan pecat saya," pinta Henny dengan wajah memelas.

Deg...

'Ni anak ngapain lagi pasang muka gitu' Henry jadi gemas melihatnya.

"Masuk!" perintah Henry.

Henny mengikutinya dengan keringat yang memenuhi dahinya, dan napas masih tersengal-sengal Henny membuka mulutnya.

"Saya tadi ke kantin Pak, sebelum jam makan siang tiba, tapi saya sudah menyelesaikan laporannya, salahnya saya belum ngeprint itu dan malah memilih ke kantin terlebih dahulu," ucapnya panjang lebar.

"Oh!" Henry mengangguk dan ber-oh-ria, terlihat kekesalan dari wajah Henny melihat tanggapan dari atasannya itu.

"Terus?"

"Terus? Ya ngga terus-terus Pak, Mbak Diva marahin saya. Wajar dia marahin saya," Henny dengan berat hati mengatakan ini.

"Terus ngapain kamu ke kantin?"

"Saya lapar, Pak," ucap Henny dari tadi atasannya itu ngomong terus-terus-terus-terus.

"Yakin kamu lapar? Ngga ada yang lain? Kalau memang itu alasan kamu, ini terakhir kalinya kamu melakukan itu, dan tidak ada toleransi apapun," Henry sebenarnya ingin memancing Henny untuk ngaku kalau dia mempunyai sakit Magh.

"Yakin, Pak," Henny mengangguk mantap.

"Well... get out!" mendengar itu Henny memicingkan matanya. Sungguh kejam!

***

Pendek aja dulu kali ini...

Typo dimana-mana mohon dimaafkeun.

Ternyata Anggara dan Henny pernah Pacaran. Kirain cuma kakak adek.an.

Di vote kek diapain gitu biar enak ngelanjutinya...

Continue Reading

You'll Also Like

226K 13.4K 50
Hanya dalam tiga hari, hidup Oceana berubah total. Ia yang awalnya merupakan seorang wanita dengan prinsip tidak akan pernah menikah tiba-tiba diharu...
378K 20.3K 25
"Jadi Mas harus gimana sekarang? Mas bingung, Dek!" tegas pria di depanku. Aku menarik napasku dalam. Sebenarnya aku tidak mampu mengatakan ini padan...
1.9M 147K 39
"Enggak lah, makanan warung tenda malah lebih enak. Gimana? Kamu mau nggak? Saya udah laper banget." Kata Dira sambil memegangi perutnya. Reno tersen...
388K 23K 25
Kisah tentang sepasang suami istri, Angga dan Rani, yang menuai konflik karena Mami Angga tidak menyukai Rani. Lalu, muncullah Nevita yang dulu sempa...