Geandert [Completed]

By kainansetra

126K 7K 592

[PART 27-28 DI PRIVATE] "Seharusnya cukup pertemanan tanpa harus melibatkan perasaan." - Aileen. "Gue akan me... More

Prolog
1. Elyshia Nesya Percival
2. Aileen Saralee Adinata
3. Masa Lalu
4. Cinta Begini
5. Who's that?
6. All I ask
7. Pupus
8. Cinta Kau dan Dia
9. Teror
10. Terjebak
11. Senja dan Malam
12. Anonymous
13. Setitik Rasa
14. Cheese cake
15. Kehangatan
16. Egois
17. Hari ini datang
18. Berubah
19. Surat Kaleng
21. Rival
22. 20-22/11/2015.
23. Sebuah Jebakan
24. Tolong
25. Kaisan Arsya Percival
26. Arsya dan Rival
Announcement
27. Love you, Goodbye
28. Let Me Love You [END]
EXTRA PART
EXTRA PART [ii]: SURPRISE!

20. Pengakuan

2.6K 183 11
By kainansetra

"Gue ngga suka lo main tangan kayak tadi sama Nesya." Raymond menatap tajam Jean yang sedang menyeruput Ice cappucinonya.

Kini mereka berdua tengah berbincang serius mengenai hal yang baru saja dilakukan oleh Jean.

Raymond benar-benar tidak mengerti jalan pikiran Jean. Mengapa gadis pemilik hatinya itu bisa melukai dengan mudah seorang Nesya yang sudah Raymond anggap sebagai bagian dari keluarganya sendiri.

Jean memutar malas kedua bola matanya, lalu menurunkan gelas Icenya, "Aku juga ngga suka kamu belain Nesya kaya tadi." Jawab Jean santai, lalu menyeruput kembali minumannya.

Raymond mendengus kesal, lelaki itu menatap frustasi kekasihnya, "Je," kata Raymond, berusaha mengontrol emosinya.

"Apa sih, Ray?" gadis itu menyibakkan rambut panjangnya ke belakang punggung, "Kayaknya kamu udah lupa deh sama janji kamu." Lanjut Jean.

"Kaga, gue nggak sepikun itu."

"Terus, kenapa tadi kamu belain dia?" tanya Jean menaikkan sebelah alisnya.

"Lo udah kelewatan, Je!"

"Okay, biar aku nggak kelewatan lagi, aku harus gimana?"

Untuk beberapa saat Raymond terdiam. Ingin sekali rasanya lelaki itu mengeluarkan semua yang ada di pikirkannya. Tapi Raymond tahu hal itu tidak mungkin dia lakukan, sebab Jean pasti akan mengancamnya dengan kata putus.

"Jangan pernah lo sentuh Nesya kayak tadi atau bikin dia nangis kayak tadi." Kata Raymond penuh penekanan di setiap katanya.

Jean melongok tidak percaya, sejurus kemudian gadis itu tertawa renyah sembari bertepuk tangan, "Wah, Ray, kamu pahlawan kesiangan Nesya banget ya haha. Aku jadi iri deh sama Nesya."

Raymond menautkan kedua alisnya, lalu memalingkan pandangannya, "Gue serius."

"Okay okay, aku akan lakuin permintaan kamu. Tapi, kamu juga harus ngelakuin janji kamu yang kemarin."

Raymond mengepal kuat kedua tangannya hingga urat di pergelangan tangannya itu menonjol. "Iya." jawab lelaki itu.

"Jangan iya doang dong."

Lelaki itu menarik dalam nafasnya lalu menghembuskannya perlahan, "Iya, gue janji." jawabnya berbohong.

Mana mungkin dia bisa menjauhi Nesya kalau gadis lemah itu selalu tertindas seperti tadi.

Salah gue apa coba ada di posisi kayak gini. gumam Raymond di dalam hati.

***

Aileen POV

Hari ini adalah hari yang cukup menjengkelkan untukku! Ralat, bukan cukup lagi, namun benar-benar men-jeng-kel-kan!

Bagaimana tidak, tadi Aiden kembali berulah. Masa ya, dia berkata pada Raymond kalau aku lah yang agresif dalam hubungan kami, dan dia juga bilang pada Raymond kalau dia yang mutusin aku! Padahal faktanya tidak seperti itu. Sudah jelas sekali kalau Aiden mem-fitnahku. Yang aku fikirkan adalah sudah berapa orang yang ia beri tahu hal-hal semacam itu?

Oh Tuhaan, mengapa aku harus di pertemukan dengan ciptaanmu yang seperti itu. Aku sungguh membencinya dan aku tidak ingin kembali terlibat dengan kejadian yang berhubungan dengannya.

Aku tersentak kaget saat ponselku bergetar. Jemariku mulai menari-nari di atasnya, membuka password yang sengaja ku atur sedemikian rumit agar tidak ada yang dapat menghafal kecuali diriku sendiri.

Keningku mengernyit saat aku membaca rangkaian pesan yang masuk di ponselku, kemudian kuputar malas kedua bola mataku saat aku tahu bahwa si LELAKI KARDUS lah yang mengirim pesan tersebut. Dia menyuruhku untuk menemuinya di parkiran sekolah. Males banget nggak sih?

"Ayo, gue anterin!" pekik Alana mengagetkanku tepat di telinga.

"Ih! Lo ngintip ya dari tadi? " jawabku, memasukkan kembali ponselku ke dalam saku.

Alana menoyor kepalaku, "Lebay tau ngga lo? Lebay! Ayoo mau gue anterin kaga? Sekalian gue ke parkiran nih."

"Mager gue, nggak berfaedah juga gue nemuin dia."

Alana tertawa. Adakah yang lucu dari perkataanku? Aku rasa tidak.

"Lo gak boleh gitu, Leen. Dosa tau putusin tali silaturahmi."

Sudut bibir kiriku terangkat mendengar kalimat tersebut terlontar dari mulut Alana, "Geli, Lan, sumpah! Kalau lo ada di posisi gue juga lo gak akan mau berhubungan lagi sama cowo macam dia! "

"Sabar Leen, sabar, gausah nge-gas." jawab Alana menepuk-nepuk bahuku lalu kembali tertawa.

Aku mendengus kesal, lalu pandanganku menyapu seisi kelasku. Aku baru sadar kalau sedari tadi hanya ada aku dan Alana yang masih berada di tempat ini. "Anak-anak udah pada pulang kali?" tanyaku.

"Buset dah, Leen," lagi-lagi palaku di toyor oleh Alana, "Makanya jangan tidur mulu." lanjutnya.

Memang benar perkataan Alana. Sedari tadi yang kulakukan hanyalah tidur. Mungkin karena tadi aku terlalu banyak mengeluarkan air mata.

"Ayo ah gece, mau bareng gue apa engga? Apa mau turun sendiri?" celetuk Alana sembari mengenakan kardigan berwarnya pinknya.

Aku berpikir sejenak, kemudian kusetujui ajakan Alana. Persetan dengan Aiden, aku tidak akan menganggap keberadaannya lagi mulai sekarang. Semangat Aileen!

Aku dan Alana melangkah bersama menuju tempat parkir sekolahku. Hanya tersisa beberapa kendaraan yang masih terparkir di tempat ini. Salah satunya mobil Alana.

"Leen!"

Aku memutar malas kedua bola mataku. Aku sangat mengenal sekali siapa pemilik suara berar tersebut, tapi aku tidak akan pernah menoleh kebelakang.

"Aileen!" Suara itu terdengar lagi, membuat Alana menyenggol bahuku, "Leen, lo bucong ya?" kata Alana.

"Bucong apaan?"

"Budek conge!" jawab Alana menoyor kembali kepalaku.

Oke, bisa dipastikan saat diriku kembali kerumah, kepalaku sudah miring karena terlalu sering di toyor.

"Lo dipanggil ege dari tadi." lanjut Alana.

"Bodo amat ah, males gue."

Alana menatap malas diriku, lalu gadis itu menyelonong pergi begitu saja. Baru beberapa langkah aku menyusul Alana langkah kakiku kembali terhenti. Sebuah tangan kekar menahan tanganku. Aku tahu, aku sangat tahu siapa yang menghentikan langkahku.

"Kenapa?" tanyaku sembari memutar tubuh.

Asal kalian tahu saja, saat ini aku sedang berusaha mengontrol emosiku. Menutupinya dengan ekspresi wajah datar ternyata cukup sulit.

"Pulang bareng gue mau ngga?" tanya Aiden. Tumben nada suaranya tidak terdengar memaksa.

"Engga." jawabku santai, lalu melepaskan tangan Aiden dari tanganku.

"Nyokap gue kangen sama lo, dia mau ketemu lo."

"Masa?" tanyaku, menaikkan sebelah alisku.

Memang, aku dan tante Diana cukup dekat. Tapi entah kenapa, melihat wajah Aiden kurang meyakinkanku kalau perkataannya benar.

Aiden menghembuskan nafasnya lelah. Kemudian lelaki itu merogoh saku celananya dan mengeluarkan posnelnya. Dia mengetikkan sesuatu disana, entah apa yang diketiknya aku tidak ingin tahu.

Aiden menoleh sejenak padaku, membuatku langsung memutar malas kedua bola mataku.

Tunggu, mengapa aku harus berdiam diri seperti ini?

Kedua alisku terpaut saat Aiden memberikan ponselnya padaku, lalu meletakkan tanganku di telinga kananku.

"Ada apa nak?"

Deg!

Itu suara tante Diana!

Aku menatap Aiden frustasi! Apa maksudnya memberikanku ponselnya saat lelaki itu tengah menelfon ibunya.

Aiden tertawa meremehkanku, lalu lelaki itu mendekatkan mulutnya di dekat ponselnya, "Aileen mau ngomong sama Ibu." ujar Aiden, lalu mengedipkan sebelah matanya padaku.

Menyebalkan!

"Ooh, iya Aileen? Ini tante, Sayang."

Kuturun 'kan ponsel Aiden lalu mendekap speaker ponsel tersebut, "Gue harus jawab apa, Brengsek." ucapku pelan.

Aiden menaikkan kedua bahunya lalu pergi begitu saja meninggalkanku. Astaga, apa sih mau lelaki ini?

"Apa kabar, Tante?" jawabku akhirnya.

"Alhamdulillah baik sayang. Aileen gimana?"

"Baik kok, Tan hehe."

"Nanti kamu jadi kesini kan, Nak?" tanya tante Diana.

Mampus gue! Aiden sialan!

"Em--"

"Harus jadi ya, Leen. Tante kangen banget sama kamu. Tante senang sekali lho saat Aiden bilang kalau kamu ingin berkunjung kerumah tante."

Kedua mataku membulat sempurna dan mulutku terbuka. Aideeeeen, awas aja lo ya!

"Iya tante InsyaaAllah yaa. Alin juga kangen banget sama tante."

"Makanya kamu kesini ya, Sayang, tante sudah memasakkan masakan kesukaan Aileen loh."

"Ya Tuhan, Tante, Maaf yaa ngerepotin."

"Ah, tidak kok. Ya sudah, cepat kesini ya, Nak. Tante tutup dulu telfonnya, sampai ketemu nanti Aileen."

"Iya, Tante."

Tuut..tuut..tuut..

Aku menggeram kesal. Lalu aku beranjak pergi menghampiri Aiden yang sedang bersender di pohon yang cukup besar.

"Percaya kan sekarang, kalau nyokap gue kangen sama lo?"

Aku memutar malas kedua bola mataku, "Hooh." jawabku malas.

Lelaki itu tertawa kecil, "Jadi, pulang bareng gue kan?"

Aku menatapnya malas, "Hm."

***

Author POV

Aiden tersenyum simpul sembari menoleh sekilas kearah Aileen yang kini menarik dalam-dalam nafasnya saat mobil Ferari f60 nya mulai memasuki garasi mobilnya.

Garasi mobil yang terlihat sangat modern itu berisi sekiranya sepuluh mobil mewah serta enam motor koleksi Aiden.

Keluarga Aiden memang keluarga yang berpenghasilan sangat besar. Ayah dan Ibunya seorang dokter, bahkan keluarga Aiden memiliki rumah sakit yang cukup terkenal di Jakarta. Rumah sakit yang belum lama disinggahi oleh Nesya.

Jari jemari Aiden mulai membuka password pintu rahasia rumahnya. Pintu itu langsung mengarah ke ruang bawah tanah rumah mewah itu.

Ruangan yang berisi semua barang-barang Aiden dengan dominasi warna hitam serta merah.

Yaaa, bisa dibilang ruangan luas di bawah tanah itu adalah wilayah Aiden.

"Kok kesini sih?" tanya Aileen bingung. Sebab perjanjian awal mereka adalah langsung menemui Diana.

"Buru-buru banget sih." jawab Aiden santai lalu menekan tombol close agar wilayahnya tertutup kembali.

Aileen menggerutu kesal.

"Istirahat dulu aja sebentar. Emang lo mau langsung diinterogasi sama nyokap gue?"

"Hah?"

Aiden tertawa renyah melihat wajah Aileen yang terlihat sangat terkejut, "Lo kayak gatau nyokap gue aja. Pasti sifat keponya muncul pas liat lo." tutur Aiden.

Benar juga! Mengapa Aileen tidak berpikir tentang hal ini?

Aiden beranjak meninggalkan Aileen yang masih diam di depan pintu. Lelaki itu mengambil dua minuman kaleng dari kulkasnya, dan melemparnya pada Aileen. Beruntung gadis itu berhasil menangkapnya dengan sempurna. Kalau tidak? Habislah Aiden.

"Thanks." kata Aileen membuka minuman kaleng tersebut dan langsung menegaknya.

Aiden berjalan menuju sebuah kursi. Kursi itu adalah kursi kesayangan Aiden.

Pandangan Aileen menyapu seluruh ruangan ini. Masih sama kayak dulu. Pikir Aileen.

Dulu, Aileen sering sekali keruangan ini. Entah itu untuk mengerjakan tugas, bermain, atau pun hanya sekedar mengobrol ceria bersama Aiden. Tapi sayang, itu dulu.

"Ayo ah langsung ketemu nyokap lo aja." ucap Aileen tiba-tiba.

"Udah siap emang?"

"Lebay banget dah lo. Paling nyokap lo cuma mau temu kangen doang sama gue. Gausah ge-er beliau akan nanyain tentang hubungan kita gitu deh!"

"Gue nggak pernah bilang kayak gitu. Tadi gue cuma bilang nyokap gue bakal introgasi lo doang."

Aileen membulatkan kedua matanya, "Yain! Udah ah gece ayo."

Aiden mengangguk.

Dua menit kemudian mereka sudah tiba di ruang makan rumah mewah itu. Diana terlihat sedang menata beberapa hidangan di atas meja makan besar tersebut.

"Tanteeee." pekik Aileen langsung berlari kepelukan Diana. Sebuah moment yang mengukir senyuman indah di wajah Aiden.

Diana membalas pelukan Aileen, bahkan wanita itu mengecup kedua pipi Aileen yang sudah dia anggap sebagai anaknya sendiri. "Tante kangen banget sama kamu, Leen."

"Sama, Tantee. Alin juga kangen sama, Tante." jawab Aileen mengerucutkan bibirnya.

"Duduk dulu yuk." ajak Diana sembari menarik sebuah kursi diruang makan tersebut. "Aileen kenapa, kok sudah jarang sekali berkunjung kerumah tante?" lanjut Diana.

Mampus gue. Gumam Aileen didalam hati.

"Aileennya sibuk, Bu." kata Aiden tiba tiba sambil mengusap puncak kepala Aileen.

Aileen menyengir kuda dan melepakan tangan Aiden perlahan, "Iya tante, Alin sibuk banget akhir akhir ini hehe. Maaf ya Tantee."

Diana menangguk mengerti membuat Aileen bernafas lega. "Den, ngapain kamu masih diri di situ. Cepat duduk, kita makan dulu." kata Diana.

"Siap ratuku."

"Kalian belum pada makan 'kan?" tanya Diana.

"Belom lah, mana sempet makan. Orang dari tadi Ibu bawel banget minta Daylon bawa Alin kesini." sungut Aiden.

Daylon adalah nama panggilan Aiden saat di rumah. Mendengar Aiden menyebut nama itu membuat Aileen sedikit merasa asing, sudah lama sekali gadis itu tidak mendengar nama tersebut.

"Iya deh maaf. Habisan, Ibu kangen banget sama Aileen. Yasudah sekarang kalian berdua makan yang banyak, habiskan kalau bisa. Tante sengaja loh masakin semua ini untuk Aileen."

"Ya Tuhan, Alin jadi ngga enak." kata Aileen beranjak dari kursinya lalu memeluk tubuh Diana.

"Kalo ngga enak, kasih Kucing aja." celetuk Aiden membuat Aileen membulatkan matanha.

🎭🎭🎭

Malam sudah tiba, namun Aileen masih berada di rumah Aiden. Kini gadis itu sedang berada di balkon rumah Aiden. Memandangi ribuan bintang yang seolah menempel di atas langit dan bulan yang seolah senyum kepadanya.

Aiden berjalan menghampiri gadis itu. Tapi tunggu, lelaki itu berhenti sejenak beberapa langkah dari tempat Aileen berdiri. Dia hanya menatap lurus punggung Aileen yang masih terbalut seragam sekolahnya.

Aiden menarik dalam nafasnya lalu menghembuskannya perlahan. Kemudian lelaki itu menoleh ke sudut kamarnya. Gitar kesukaanya berdiri disana.

Aiden berjalan mengambil gitar tersebut lalu duduk di kursi yang tak jauh dari Aileen. Lelaki itu menatap Aileen sejenak, lalu fokus kembali pada gitarnya.

"Melewatkanmu di lembaran hariku
Selalu terhenti di batas senyumanmu
Walau berakhir cinta kita berdua
Hati ini tak ingin dan selalu berdusta

Aileen terdiam sejenak saat dia mendengar Aiden menyanyi. Gadis itu ingin menoleh, namun tubuhnya mematung.

Lupakanmu takkan mudah bagiku
Selalu ku coba namun aku tak mampu..
Membuang semua kisah yang telah berlalu..
Di sudut relung hatiku yang membisu
ku merindukanmu..

Lagu ini sengaja Aiden nyanyikan, sebab lelaki itu tidak akan bisa jika langsung mengutarakan semua yang tengah dia rasakan. Semoga saja Aileen menyadari kalau lagu ini untuk dirinya.

Harusnya ku telah melewatkanmu
Menghapuskanmu dari dalam benakku..
Namun ternyata sulit bagiku
Merelakanmu pergi dari hatiku..

Aiden masih mencintai Aileen.

Selalu ingin dekat tubuhmu
Namun aku tak bisa karena kau telah bahagia..
Sungguh tak bisa karena kau telah bahagia.."

Aiden meletakkan kembali gitarnya. Lalu lelaki itu berdiri tepat di samping Aileen.

Gadis itu masih seperti tadi. Diam, mematung. Bahkan kini dia sedang berusaha keras untuk tidak meneteskan air matanya.

"Koala." Aiden bersuara seraya mengikuti pandangan Aileen yang tengah menatap bintang di langit.

"Apa?" jawab Aileen tanpa menoleh.

"Maafin gue, atas kelakuan gue yang tadi."

Aileen diam, tidak merespon ucapan Aiden.

"Gue nggak berm—"

"Gue mau pulang." kata Aileen tiba-tiba, memotong ucapan Aiden.

Aiden menghembuskan nafasnya lelah.

Apa boleh buat, ini memang kesalahannya.

"Gue anter ya?"

"Gausah, gue bisa order taxi." sahut Aileen seraya beranjak pergi mengambil barang-barangnya.

"Gue anter." Aiden menahan pergelangan tangan Aileen.

"Gausah, Den, gue bisa pulang sendiri."

"Leen."

"Den, plis. Gausah ganggu gue lagi. Jujur aja, sampai sekarang gue tuh nggak pernah ngerti apa mau lo. Jadi, jangan bikin gue bingung lagi. Plis."

Aiden menatap lekat kedua mata Aileen.

"Gue harap ini terakhir kalinya kita kayak gini. I mean, besok di sekolah gue akan anggap lo ngga ada. Makasih untuk segalanya." Aileen pergi meninggalkan Aiden.

Sementara Aiden?

"ARRGH!"

lelaki itu mengacak semua barang yang berada di kamarnya.

🎭🎭🎭

P.S

Ada mau denger lagu yang Aiden nyanyiin?

Continue Reading

You'll Also Like

30.8K 4.4K 42
"We were close, then stranger. then the universe brings us closer again, but your heart away from us!" Ketika dua orang asing yang pernah begitu deka...
85.8K 697 2
Kisah ini bercerita tentang seorang anak laki-laki yang mencari makna cinta seutuhnya, karena sedari kecil anak laki-laki itu sudah asing dengan kata...
6.9M 292K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
24.5K 2.1K 5
[SEBAGIAN PART DI PRIVATE, FOLLOW SEBELUM BACA!] 17+ KONFLIK RINGAN 🧸 Gibran Sebastian, hidupnya menjadi hancur semenjak kepergian ibunya. Ayahnya y...