Code Name : Sea! [SLOW-UPDATE]

By Atszyn

176K 11.7K 726

Sea. Itulah nama sandi seorang agen FBI berbakat. Ia tak terdeteksi dan mudah beradaptasi. Berada dalam team... More

Last Mission
Sea and Sun.
Long Time no See
Seirin basketball team? Interesting.
The Beast of The Miracle.
Mysterious Sniper? Or...
Long Lost Partner.
Case 1 : Bloody Cafe (Part 1)
Case 1 : Bloody Cafe. (Part 2)
Case 1 : Bloody Cafe (Part 3)
Destiny or Bad luck?
I'm not Perfect.
Friend?
Summer Camp? Hell yeah!
Warn.
Dangerous.
Honor or Ego?
Honor or Ego? (Part 2)
My Pain.
Detective's Work.
Who?
Miracle?
Love?
Letter.
Memory.
Sick.
Greetings.
News.
I'm Home~
The Saviour
Q & A ^^)/
Fox and Eagle.
Case 2 : Beginning
Case 2 : Beginning (Part 2)
Pengumuman
Case Two : Begining (Part 2,5)

Angels in The dark

3.8K 292 3
By Atszyn

'Apa apaan ini?! Ruangannya jauh lebih kotor dari ruang bawah tanah di markas!' Batin Sophia menatap ruangan di depannya dengan horor, karena demi apapun juga ruangan di depannya ini jauh dari kata layak untuk disebut sebuah kamar. Dengan debu dan tata ruangan yang sudah tak dapat lagi dideskripsikan dengan kata-kata.

"Kau yakin mau disini? Ruangan ini sudah sekali lama tidak kubersihkan." Tutur Kagami menggaruk tengkuknya dengan wajah tanpa dosa.

Sophia tersenyum terpaksa. Maklum, memang dialah yang ingin memisahkan diri dari sang sepupu.

"Tentu saja. Tenang, aku yang akan membersihkannya. Sekarang sana pergi, yang lain pasti sudah menunggumu." Balasnya mendorong Kagami keluar.

"O-oi!"

Blam.

Pintu tertutup seketika.

Sophia menghela nafas. Berat.

Sebulan sudah terlewat setelah Training Camp. Dan yah, banyak sekali hal yang terjadi dalam satu minggu itu. Mulai dari pemberian misi dari sang Captain dan pertemuannya dengan Takao Mizutani, membuat Sophia mau tidak mau harus ekstra waspada demi menjaga keselamatan mereka berdua, terutama sepupunya.

Meskipun caranya adalah memisahkan diri pelan pelan dari sang sepupu.

Beruntunglah apartemen mereka punya tiga kamar. Jadilah, ia bisa memilih di kamar pojok agar rahasianya lebih terjaga.

Sedikit paranoid memang, tapi lebih baik berjaga dibandingkan tidak sama sekali kan?

"Baiklah. Saatnya kita bersih bersih..." Gumamnya menggulung lengan bajunya.

~An Hours later~

"Selesai juga..."

Sophia merosot ke lantai, keringat bercucuran dari pelipisnya.

Gila, baru pertama kali ia selelah ini karena membersihkan sebuah ruangan. Entah berapa kali ia harus menyapu dan mengepel ulang saking kotornya. Ingatkan ia untuk mengomeli Taiga soal ini, tingkat kepekaannya rendah sekali.

Ting!

Satu helaan nafas panjang terbuang percuma kala suara pesan masuk terdengar merdu dari laptop yang terenggok di meja.

Dengan setengah niat, gadis itu membuka laptopnya.

Terlihat sebuah video call tersambung, menampilkan wajah si penelpon yang tersenyum riang di seberang.

"Long time no see, Sophia!" (T : Lama tak berjumpa, Sophia!) Sapanya ceria.

Sophia tersenyum melihat wanita berkacamata merah muda dihadapannya.

"Hello Alex, how's there?" (T : Halo Alex, bagaimana disana?)Jawabnya tersenyum.

"Great! Well, yeah not very great actually..." (T : Baik! Yah, tidak terlalu sebenarnya...) Jawabnya dengan suara yang dikecilkan dibagian akhir

Sophia mengerti apa maksudnya.

"Tatsuya, right?" (T : Tatsuya, benar?)

Wanita pirang itu mengangguk, iris kehijauannya menunjukkan kekhawatirannya saat itu.

"Today he will return to Japan.
I have bad feeling..." (T : Hari ini ia akan kembali ke Jepang. Perasaanku tidak enak...) Cicitnya. Ia pun mulai bercerita tentang segalanya, mulai dari perseteruan di lapangan, dan perilaku serta sikap Tatsuya yang mendadak berubah semenjak kepulangan si Harimau merah, sampai ke masalah inti soal kepulangan si surai hitam.

"Relax Alex, relax... don't think it too much."

Meskipun bibirnya mencoba menenangkan, Sophia tak dapat menyangkal bahwa dirinya juga takut. Ketegangan antara dua orang yang sudah lama dianggapnya sebagai kakak sendiri itupun tak dapat ia abaikan.

"I will take care of it. I'm promise."

Meski tak kentara, wajah Alex kini terlihat jauh lebih tenang.

"Thanks... Sorry distrubing you."

"No problem."

Layar berubah menjadi hitam. Tanda video call telah ditutup dari seberang.

"Sebaiknya aku mandi untuk menyegarkan pikiran." Gumamnya keluar kamar.

~CNS~

Sophia memutar keran, membiarkan air membasahi tubuh putih susu miliknya terguyur air hangat dari Shower.

Pikirannya melayang kepada tiga sosok itu. Alexandra Gracia, Himuro Tatsuya dan tentu saja, Kagami Taiga.

Hanya merekalah yang tak meninggalkannya setelah ia telah kehilangan semuanya. Tiga orang yang setia, meskipun hal hal buruk senantiasa menghampiri mereka kala itu, meski hanya sementara.

Ia takkan menyebutkan 'itu' apa, rasanya terlalu menyakitkan untuk diputar ulang dalam memori.

Wangi khas tercium kala ia mengusapkan sabun pada kulitnya, Usapannya lembut dari leher, ke perut, dan paha. Namun kala ia menengok kebelakang, menghadap cermin untuk mengosok punggungnya, matanya malah teralih kearah sebuah bekas terbakar di sana. Tak besar memang, namun yang masalah adalah gambarnya. Sebuah simbol malaikat bersayap iblis, Luficer.

Tanda itu adalah tanda yang diberikan sebelum menjadi agen. Dulu ia tak pernah mengerti apa maksudnya, namun setelah lulus, barulah ia sadar apa maksudnya.

Dari beberapa cerita yang didengarnya, luficer adalah seorang malaikat yang dikutuk tuhan karena membangkang perintahnya untuk bersujud kepada adam.

Sebuah perlambangan yang cocok untuk mendefinisikan hancurnya rasa empati, kepolosan dan kebaikan hati, serta terbentuknya kekejian, kebencian, serta kelicikan dalam diri masing masing calon agen. Meski mungkin ada yang masih memilikinya, namun itu hanyalah sebagian kecil.

Setelah ia selesai memberi sabun diseluruh tubuhnya, ia pun menyalakan kembali air. Belum beberapa menit, telepon berdering nyaring. Bergema di kamar mandi, membuatnya terdiam sebentar.

Sebuah nada dering khas yang memang sengaja dibedakannya dari yang lain. Tanpa peringatan ia menyiram tubuhnya sekali, mengabaikan busa yang masih menempel di beberapa bagian tubuhnya, menyambar handuk dan melilitkannya di tubunya dengan gerakan kilat.

"Halo?"

"Ah, Masayoshi-san. Aku kaget kau langsung mengangkatnya. Aku tak menganggu kegiatanmu kan?"

"Berhentilah berbicara sok formal seperti itu, Mizutani-san. Katakan ada masalah apa?"

"Hahaha. Baiklah baik, maafkan aku. Aku hanya mengingatkan untuk lebih waspada. Tim Seirin sedang ada di Maji Burger, dan sepertinya ada yang mengawasi mereka."

Nada bicara Mizutani terdengar jauh lebih berbahaya, membuat Sophia khawatir.

"Kau kenal mereka?"

"Nope. Aku baru pertama kali melihat orang sepertinya."

Hening.

"Masayoshi-san, apa kau sudah dengar berita pagi ini?"

"Huh? Belum."

"Tolong lihatlah. Nanti kuhubungi lagi."

"Roger."

~Skip Time~

Setelah menyelesaikan acara madinya dengan lebih layak, Sophia segera mengambil remote yang tergeletak manis di meja, menghidupkan TV datar dihadapannya.

'Berita terkini,

Dua pemuda dikabarkan hilang di wilayah Akita dan Tokyo. Masing masing berumur 16 dan 17 tahun. Keduanya terakhir tanggal 6 dan 9 November. Bagi yang melihat korban harap hubungi nomor berikut.... sekian dan terima kasih.'

Sophia memandang layar dengan alis terangkat, bertanya tanya dalam hati tentang hubungan antara berita ini dan informasi yang disampaikannya tadi.

"Apa dia hanya ingin mengerjaiku?" Dengus gadis itu jengkel.

Handphone disampingnya mendadak bergetar, menandakan sebuah email telah masuk.

------------------
From : Water Hawk~
To : Sophia Masayoshi.

Kau pasti sudah lihat beritanya kan? Ini data singkat orang orang yang hilang itu. Kau akan terkejut.

Selamat menganalisa~

[Number Case.docx]

------------------

Sophia menatap Handphonenya, speechless.

"Seenaknya saja dia memerintah. Memangnya dia siapa?" Komentarnya jengkel.

Meski ia tetap menyimpan folder itu dalam memory cardnya. Saat ia akan membukanya, jam dinding telah menunjukkan angka 12.

"Sebentar lagi Taiga pulang. Aku harus menyiapkan makan siang." Tuturnya beranjak dari Sofa. Tanpa tau ancaman yang mengintai seluruh kehidupannya.

~TBC~

Aoi-chan : Lohaa~ balik lagi sama Aoi sini ※^w^※ ada yang masih ngikutin FF ini kah QwQ?

Kuro : Pesimist mode : On.

Aoi - chan : Hidou Q^Q

Kuro : Shh. Sudahlah, jangan banyak curhat. Ini chap udah pendek, jangan bikin pembaca tambah kesel.

Aoi - chan : Neechan QAQ jahatnya T.T

Kuro : Shush.

Aoi-chan : Yaudah deh. Ane tutup yah. ^^ semoga Chap ini memuaskan readers sekalian ^w^)/

Sign : Aoi-chan & Kuro.

(Note : Sehabis ini ada Epilog dikit. Jangan langsung pindah ya^^)

=Epilouge=

Mizutani menatap layar ponselnya dalam diam. Iris keperakannya nampak sayu, seolah bosan akan sesuatu.

Telepon Mizutani berdering.

"Hello?"

"How is it?" (T : Bagaimana?)

"I've sent the data to her. Keep an eye on them, especially the redhead and the shadow..." (T : Aku sudah mengirimkan data itu kepadanya. Tetap awasi mereka, terutama si rambut merah dan si bayangan...)

Mizutani menyerigai kecil sebelum melanjutkan kata katanya. Tatapan matanya menggelar sejenak.

"...We will be 'play' with them immediately." (T : Kita akan 'bermain' dengan mereka segera.)

~TBC~

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 125K 160
"You do not speak English?" (Kamu tidak bisa bahasa Inggris?) Tanya pria bule itu. "Ini dia bilang apa lagi??" Batin Ruby. "I...i...i...love you" uca...
169K 8.7K 56
Bagaimana jadinya ketika ingin move on dari idola yang pernah disukai bahkan menunggu kedatangannya malah datang secara tiba-tiba ketika sudah move o...
743K 38.6K 36
Zelina anatasya gadis cantik, pintar, baik, sedikit barbar, periang dan berprestasi, namun keluarganya tak pernah melihat itu semua, gadis yang ada n...
501K 1.5K 12
Area 21+++, yang bocah dilarang baca. Dosa tanggung sendiri yap. Jangan direport, kalau gasuka skip.