Geandert [Completed]

By kainansetra

126K 7K 592

[PART 27-28 DI PRIVATE] "Seharusnya cukup pertemanan tanpa harus melibatkan perasaan." - Aileen. "Gue akan me... More

Prolog
1. Elyshia Nesya Percival
2. Aileen Saralee Adinata
3. Masa Lalu
4. Cinta Begini
5. Who's that?
6. All I ask
7. Pupus
8. Cinta Kau dan Dia
9. Teror
10. Terjebak
11. Senja dan Malam
12. Anonymous
13. Setitik Rasa
14. Cheese cake
15. Kehangatan
16. Egois
17. Hari ini datang
18. Berubah
20. Pengakuan
21. Rival
22. 20-22/11/2015.
23. Sebuah Jebakan
24. Tolong
25. Kaisan Arsya Percival
26. Arsya dan Rival
Announcement
27. Love you, Goodbye
28. Let Me Love You [END]
EXTRA PART
EXTRA PART [ii]: SURPRISE!

19. Surat Kaleng

2.5K 179 19
By kainansetra

Suara riuh kantin terdengar dari tempat Nesya berdiri saat ini, sepertinya kantin tengah ramai sekali. Hal itu bisa Nesya dengar sebab kini gadis itu sedang berdiri menunggu kedatangan Rio yang tengah membeli minuman pelepas dahaga untuk mereka berdua.

"Misi, Kak Nesyaa.."

"Iya lewat aja." Nesya tersenyum manis kala adik kelasnya menyapa dirinya.

Gadis itu memang sudah dikenal baik di sekolahnya. Kepribadiannya yang ramah, serta nilainya yang sempurna itulah yang membuat Nesya dikenal di seantero sekolah.

Nesya menundukkan kepalanya. Beberapa detik kemudian seseorang mencengkram keras pergelangan tangan Nesya, menarik paksa gadis itu entah kemana.

Nesya meringis kesakitan saat kuku-kuku orang itu menancap di pergelangan tangannya. Mungkin kalau cengkraman itu dilepas akan menyisakan bekas pada pergelangan tangan gadis itu.

"Kalian siapa.." lirih Nesya sembari menatap dua orang yang tengah memunggunginya.

Salah satu diantara mereka menoleh, lalu tersenyum sinis saat melihat wajah ketakutan Nesya, "Arin?" kata Nesya bingung, menautkan kedua alisnya.

Bruk!

Tubuh mungil Nesya dihempas dan membentur dinding koridor sekolah. Nesya kembali meringis kesakitan sembari mengusap lengan atasnya. Inilah satu keburukan yang masih sering terjadi di EHSH, bullying.

"LO KAN YANG NGIRIM SURAT-SURAT INI KE GUE?!" bentak Jean, melempar puluhan surat tepat diwajah Nesya.

Nesya mengangkat kepalanya, menatap bingung Jean yang sedang berkacak pinggang di hadapan gadis itu,

"Ini surat apa?" tanya Nesya tidak mengerti apa yang Jean ucapkan.

"GAUSAH SOK POLOS LO!" bentak Jean lagi, sembari membenturkan kepala Nesya di tiang sekolah.

"Gue bener-bener ngga tau surat-surat ini, Jean." jawab Nesya dengan darah yang mulai mengalir dari keningnya.

Tidak usah ditanya lagi bagaimana rasa sakit yang gadis itu rasakan. Dengan tangannya yang mulai melemas, Nesya mengambil sepucuk surat yang berada tak jauh dari dirinya, kedua matanya menyipit saat dia membaca kata demi kata yang tertera pada surat itu.

Jauhin Raymond. Kalau engga, hidup lo akan gue buat sengsara. 

–Nesya

Nesya menatap tak percaya sebuah tulisan yang baru saja dia baca. Terlebih lagi, ada namanya di surat itu.

Ini bukan perbuatan Nesya! teriak Nesya di dalam hatinya.

"Gini yaa, Nesya sayang. Akhir-akhir ini, sahabat gue, Jean. Sering banget dapet surat teror kayak gitu. Itu lo yang ngirim?"

Kedua mata Nesya membulat sempurna. Gadis itu menggeleng cepat, "Nesya berani sumpah, Rin surat-surat ini bukan Nesya yang kirim." jawabnya sedikit panik.

"Tapi di surat itu ada nama lo, Nesya." tandas Arin melipat kedua tangan di depan dadanya.

"Ini fitnah, bukan Nesya yang ngirim surat-surat itu."

"Woi bolot! Petugas kebersihan sekolah ini juga tau kalau lo IRI sama hubungan gue dan Raymond! Jadi gausah sok gatau apa-apa gitu! Kalau lo iri yodah iri aja, gausah neror-neror gue kayak gini! Terima aja nasib lo!"

"Iri? Nesya ngga iri kok,"

Jean membulatkan sempurna kedua bola matanya melihat keberanian Nesya, kemudian gadis itu mengangkat tangan kanannya ke udara, siap untuk mendaratkan tamparannya pada pipi mulus Nesya.

Plak!

Satu tamparan berhasil mendarat sempurna. Kini, pipi kanan Nesya memerah, belum lagi dengan darah yang masih mengalir dari kening gadis itu.

Jean benar-benar keterlaluan saat ini!

Seseorang menahan tangan Jean, saat gadis itu akan melayangkan kembali tangannya.

"Sayang?" ucap Jean tidak percaya sembari menatap Raymond yang rahangnya sedang mengeras.

"Lo gapapa, Sya?" tanya Raymond khawatir. Nesya mengangguk lemah, meyakinkan Raymond bahwa dirinya baik-baik saja.

"Lo ngapain nampar Nesya kayak gitu?" tanya Raymond, menghempas kasar tangan Jean yang sebelumnya dia cengkram kuat.

"Aku nampar dia karna aku punya alasan yang kuat, Ray." jawab Jean membela dirinya.

"TAPI NGGA HARUS MAEN TANGAN JUGA! Sekuat apapun urusan lo ngga menjadikan lo pantas mukul orang!" bentak Raymond, emosi yang sedari tadi dia bendung kini terhempas begitu saja.

"Ka-kamu ngebentak aku, Ray?" kata Jean tidak percaya.

Raymond mengacak frustasi rambutnya seraya menghembuskan kesal nafasnya,

"Cewek ini, Ray," Jean menunjuk tajam wajah Nesya, "Dia yang selama ini neror aku pake surat-surat ini!!" lanjutnya mengangkat semua surat yang tadi dia lemparkan, lalu melemparkan kembali tepat di wajah Raymond.

Raymond menautkan kedua alisnya, "Gue kenal Nesya lebih jauh dari yang lo kenal, Je. Gue paham banget dia gak akan ngelakuin hal-hal bodoh kayak gitu." kata Raymond.

"Ray, aku punya buktinya! Kenapa sih kamu selalu belain cewe jalang ini!"

"TUTUP MULUT LO, JEAN!"

"Rio?"

Arin menatap bingung Rio yang sedang menghampiri mereka dengan langkah panjangnya. Wajah lelaki itu memerah, rahangnya mengeras dan kedua tangan kekarnya yang dia kepalkan.

"Gausah ikut campur lo!" tandas Jean.

Lalu gadis itu mengambil paksa sepucuk surat yang masih berada di genggaman Nesya, "Nih Ray, kamu baca! Aku nggak akan ngelakuin ini kalau ngga ada bukti! Itu tulisan dia, Ray! ITU TULISAN NESYAAAA, STOP NYALAHIN AKUU! DIA YANG SALAH, BUKAN AKU!"

Raymond membaca seksama surat yang Jean berikan, kemudian lelaki itu menoleh kearah Nesya yang masih tersungkur dengan Rio di hadapannya, "Ini bener tulisan lo?" tanya Raymond.

Nesya mengangguk lemah, mendatangkan tatapan bingung dari Raymond maupun Rio.

"Sya, lo bohong kan?" kata Rio memegang tangan Nesya, membuat Raymond memutar malas kedua bola matanya saat dia melihat Rio melakukan hal itu.

Kemudia Raymond, melepas paksa tangan Rio, lalu lelaki itu membopong tubuh mungil Nesya, membawa gadis itu dari orang-orang yang tadi tengah mengerumuninya.

"Sayang, kamu mau kemanaaa?! Aku belum selesaaai! RAYMOOOND!"

"Ray, sakit." lirih Nesya dengan penglihatannya yang sudah mulai mengabur.

Gadis itu kesakitan sebab Raymond terlalu kencang saat menggendongnya, Raymond sengaja melakukan itu, karena dia tidak ingin Nesya terjatuh saat ia sedang berlari menyusuri kerumunan orang-orang yang menatapnya bingung.

Wajah Raymond terlihat sangat pucat, lelaki itu takut Nesya kenapa-kenapa.

Malang banget sih Sya nasib lo, baru keluar dari rumah sakit sekarang udah begini lagi, gumam Raymond di dalam hati.

"Astaga, ini kenapa?" ujar seorang suster penjaga UKS saat Raymond meletakkan tubuh Nesya di tempat tidur. Suster itu langsung bergerak cepat, mengobati luka di kening Nesya.

Raymond duduk di atas tempat tidur yang berada di samping tempat tidur Nesya. Kedua matanya tidak berhenti menatap Nesya yang sedang di obati. Kini, lelaki itu sudah tidak takut lagi melihat darah yang mengalir, mungkin karena dia sudah terbiasa melihat darah keluar dari tubuh Nesya.

"Itu bener lo yang nulis?" tanya Raymond. Lelaki itu benar-benar tidak tahu situasi, setidaknya 'kan dia bisa bertanya saat Nesya sudah selesai di obati.

"Bukan, Ray, itu bukan Nesya yang nulis." jawab Nesya.

"Tapi itu tulisan lo?"

"I-iya."

Suster tadi memberi sentuhan terakhir pada Nesya dengan menempelkan sebuah plester luka di kening gadis itu. Kemudian, ia berjalan meninggalkan Raymond dan Nesya. Dia tidak ingin terlibat dalam masalah anak muda zaman sekarang.

"Lo ngajakin gue bercanda?"

"Ya Allah," Nesya menggelengkan kepalanya, "Engga, Ray, Nesya serius."

"Lo bilang itu tulisan lo, tapi bukan lo yang nulis? ngga logis sya!"

"Tapi itu emang bukan Nesya yang nulis.."

"Ya terus kalau bukan lo yang nulis, siapa, Hah?!"

Air mata Nesya mengalir. Apa salah gadis itu? dia sudah berkata jujur sedari tadi, tapi mengapa tidak ada satupun yang percaya pada dirinya.

"Sorry." kata Raymond menatap Nesya yang sedang menghapus air matanya. Lelaki itu menghampiri Nesya, kemudian melirik luka di kening Nesya yang tadi sudah di obati,

"Ray, gimana caranya Nesya neror Jean dengan surat sebanyak itu sedangkan Nesya baru sekolah lagi semenjak pulang dari vila." Kata Nesya dengan nafasnya yang sesenggukkan.

"Mungkin terdengar ngga logis. Tapi demi Tuhan itu bukan Nesya yang nulis, Rayap."

tangis Nesya semakin menjadi. Dadanya terasa begitu sesak saat ini. Tidak mengerti dengan apa yang tengah terjadi padanya akhir-akhir ini.

"Gue percaya kalau pelakunya bukan lo,"

Suara tegas Raymond menghentikan tangisan Nesya. Lelaki itu mendekar, mengusap kepala Nesya seraya menghapus air mata gadis itu. "Udah gausah nangis, nanti jeleknya ilang." lanjut Raymond seraya beranjak pergi meninggalkan Nesya seorang diri.

***

"Dulu, gue sama Aiden itu sahabatan. Kita tinggal di komplek yang sama. Tapi, pas awal masuk kelas sebelas, Aiden pindah." kata Aileen, menatap lurus pepohonan yang tengah berayun kesana kemari.

Kedua mata gadis itu agak sembab. Untunglah saat ini gadis itu sudah tidak menangis lagi. Dia sudah bisa tersenyum ceria walaupun hatinya masih merasakan sakit.

"Lucu ya, Kak, gue nggak nyangka aja gitu, kalau gue sama dia bener-bener udah jauh. Ibaratnya, berawal dari orang asing dan kembali lagi menjadi orang asing."

Veno tertawa renyah mendengar ucapan Aileen, "Hidup emang lucu, lucu banget." sahut lelaki itu.

"Gue setuju sama lo!" sungut Aileen semangat, "Hidup ini nggak pernah sesuai dengan rencana yang udah kita buat. Pasti adaaa ajaa pihak yang ngancurin semuanya." lanjut gadis itu. Veno tersenyum simpul dengan pandangannya yang menatap sepasang sepatu converse berwarnya army miliknya.

dan lo termasuk pihak yang ngancurin hidup gue, tikus kecil.

"Kadang, gue suka kangen masa-masa gue sama Aiden yang dulu. Saat kami cuma berstatus sebagai sahabat. Nggak lebih dan nggak kurang." kata Aileen, mengingat masa lalunya yang indah.

"Dulu dia playboy banget," Aileen tertawa renyah, mengingat kembali bagaimana seorang Aiden yang dulu dia kenal, "Gue inget banget, dia sering minta bantuan gue buat kabur dari pacar-pacarnya." lanjut Aileen.

"Bagi gue, persahabatan kami indah banget, Kak. Sampai rasa cinta timbul diantara kami. Awalnya gue sama dia baik-baik aja, tapi semua berubah saat.."

"Saat?" tanya Veno penasaran.

"Arin kembali." jawab Aileen, menghentakkan kesal kakinya diatas tanah, "Sejak saat itu Aiden berubah total. Bener-bener berubah. Bahkan gue hampir nggak kenal Aiden yang sekarang."

Selama beberapa detik gadis itu terdiam, kemudian dia mengangkat kembali pandangannya. "Kok gue jadi curhat gini ya?"

Veno tertawa kecil, "Gapapa, gue pendengar yang baik kok." jawab lelaki itu.

Aileen menyengir kuda, menampakkan sederet giginya yang putih bersih, "Lo deket sama Arin, Kak?" tanya gadis itu.

"Hah?"

Aileen mendengus pelan, "Waktu itu pas kelasan gue ke vila, lo kan dateng kesana juga sama Arin, Jean, Rio, dan temen-temen lo yang lain."

"Oh itu,"

"Iya yang itu, inget?"

"Ingetlah."

Inget banget, itu awal mula gue neror lo, tikus kecil.

"Sedekat apa lo sama dia, Kak?"

"Kenapa emang?" tanya Veno menaikkan sebelah alisnya.

"Yaa gapapa, cuma pengen tau aja."

"Sedekat nadi." jawab Veno santai.

"Seriusaaaan."

"Yah, nggak percaya."

"Beneran?"

Veno mengangguk mantap, "Kenapa emang? Cemburu?"

"Dih, apaan sih lo."

"Tenang aja, Leen, hati gue cuma buat elu doang kok."

Dan hati lo juga cuma buat gue.

Aileen menaikkan sudut kiri bibirnya, "Gombalan lo basi, Kak. Asli." jawab gadis itu.

Veno tertawa melihat wajah Aileen yang sedikit jengkel, "Kaki lo gapapa?" tanya lelaki itu sembari melihat sepasang kaki Aileen yang berayun di atas tanah.

Veno siap melontarkan kembali gombalannya.

"Kena kutu aer, kudisan, kapalan. Kaga bisa jalan, jadi gausah gombal." jawab Aileen tanpa jeda, membuat lelaki di sampingnya terdiam dengan mulutnya yang terbuka.

Aileen tertawa kencang melihat ekspresi wajah Veno, "Awas ada nyamuk masuk." celetuknya.

"Ketauan mulu dah gue."

"Iyalah, udah paham gue sama gombalan-gombalan begitu."

"Et hahaha, jadi malu," kata Veno mengusap tengkuk lehernya, "Tapi kalau tadi gue serius gimana?" lanjutnya.

"Maksud lo?" tanya Aileen bingung.

"Gue serius mau ngajak lo jalan."

"Kemana?" tanya Aileen.

"Rahasia."

"Dih maennya rahasia-rahasiaan dah, nggak asik ah." jawab Aillen.

"Udah ikut aja, mau kaga?"

"Kapaan?"

"Malem minggu lah, biar seru."

Aileen mengangguk-anggukan kepalanya, tidak ada salahnya juga dia menerima ajakan Veno, "Boleh deh, tapi lo jemput gue ya."

"Yaiyalaah." Veno tertawa sembari mengacak-acak rambut Aileen.

Tanpa Veno dan Aileen sadari, sedari tadi seseorang telah memperhatikan mereka berdua sembari mendengarkan percakapan mereka.

Seseorang dengan tatapan tajamnya dan rahangnya yang mengeras, serta kedua tangannya yang dia kepalkan.

Siapa lagi kalau bukan Aiden.

Merasa tengah diperhatikan, Veno menoleh. Pandangannya bertabrakan dengan tatapan tajam Aiden. Sebuah senyum simpul terukir di mulut Veno, tanpa ragu lelaki itu merangkul pundak Aileen, membuat gadis itu tersontak kaget.

"Ngapain sih lo?" sungut Aileen melepaskan tangan Veno dari pundaknya.

Dengan langkah panjangnya Aiden menghampiri Aileen dan Veno.

Aileen memutar malas kedua bola matanya kala Aiden menampakkan wajahnya di hadapan dirinya. Sementara Veno menatap remeh lelaki itu dari ujung kepala hingga ujung sepatunya.

Aiden melirik sekilas wajah Veno, kemudian dia beralih menatap Aileen. Lelaki itu mendengus pelan, mencoba mengatur emosinya, "Ikut gue." ujarnya, mencengkram tangan Aileen.

Aileen menghentak kasar tangannya, "Lepasin kek!" bentak gadis itu.

Lelaki itu tidak menjawab ucapan Aileen, dia masih berusaha membawa Aileen menjauh dari Veno.

Dengan gaya santainya Veno berdiri. Tangan kekarnya memisahkan tangan Aiden yang tengah mencengkram pergelangan tangan Aileen, "Kuping lo tuli apa gimana?" sengit Veno sembari menatap tajam Aiden.

Aidem tertawa renyah, dia memijit pelan keningnya, lalu,

Bruk!

Lelaki itu melayangkan tinjunya di wajah Veno hingga si Kakak Kelas tersungkur di atas tanah.

Aileen berteriak kaget, "Aiden lo apa-apaan sih!" pekik gadis itu.

"Ikut gue!" bentak Aiden, menarik paksa tangan Aileen, membawa gadis itu pergi meninggalkan Veno dengan darah yang keluar dari sudut bibirnya.

"Ngapain sih lo!"

"Leen, dengerin gue," Aiden menghentikan langkahnya, dia menatap Aileen khawatir sembari memegang kedua bahu gadis itu, "Jangan pernah percaya omongan Veno." lanjutnya.

"Apaan sih! Gausah pegang-pegang gue elah!" jawab Aileen melepaskan tangan Aiden dari tubuhnya.

"Aileen! Lo harus percaya sama gue kali ini!"

"Apaan sih lo? Ngapain marah-marah kayak gitu?"

Aiden mendengus pelan, "Dia itu Psikopat, Leen. Gue mohon percaya sama gue."

"Dih," Aileen tertawa renyah, "Elu kali yang Psikopat." lanjutnya.

"Percaya sama gue, Leen."

"Lo nyuruh gue percaya sama lo? Haha anjir, urat malu lo bener-bener udah putus ya den? Gils gils. Lucu banget lo sumpah. Lo lupa tadi lo abis nge-fitnah gue di depan Raymond? Dan sekarang lo nyuruh gue percaya sama lo? Makasih atas tawarannya, tapi gue nggak tertarik."

Emosi Aiden meningkat, lelaki itu mengacak rambutnya frustasi, "Leen, gue nggak bercanda, nyawa lo bahaya kalau lo deket sama dia!"

Aileen diam sejenak, perlu beberapa waktu untuk dirinya mencerna ucapan Aiden,

Kenapa bawa bawa nyawa?

"Percaya sama gue, Leen." ucap lelaki itu berusaha meyakinkan Aileen kembali.

"Wajib banget emang hukumnya?" jawab Aileen meniru ucapan Aiden beberapa saat yang lalu.

"Leen!"

"Udah ah, buang buang waktu istirahat gue, lo!"

Continue Reading

You'll Also Like

490K 34.7K 24
[SPIN OFF ALDARA] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [Sebagian cerita sudah di un publish] (Karakter, tempat dan insiden dalam cerita ini adalah fiksi) Sarah...
575K 22.4K 35
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
30.8K 4.4K 42
"We were close, then stranger. then the universe brings us closer again, but your heart away from us!" Ketika dua orang asing yang pernah begitu deka...
472K 81K 43
Tentang Kennan laki-laki yang terjebak dalam trauma kecelakaan beberapa tahun silam. Tentang Kennan yang memperjuangkan perasaan dan kebebasannya, da...