Empty // HARBARA [Completed]

By itsironman

154K 15K 2.5K

[18+ BEBERAPA PART MATURE CONTENT DI PRIVATE] Berawal dari pertemuannya di sebuah pesta, Queen Malik harus te... More

Prolog
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Epilog

Chapter 1

6.6K 508 97
By itsironman

Barbara Palvin as Aqueena Naura Malik. Enjoy!

"Baiklah, saya kira pertemuan kita cukup sampai disini. Sampai ketemu lagi minggu depan dan jangan lupa untuk mengerjakan tugas yang saya berikan. Selamat siang." Prof. Smith, dosen yang mengajar, segera mengambil tas yang terletak di meja dan meninggalkan ruangan. Begitu pula para mahasiswa lainnya.

"Queen, apa kau mau langsung pulang?" Itu suara Bella. Aku membereskan beberapa buku dan memasukkannya ke dalam tas lalu beranjak pergi.

"Tidak, aku tidak membawa sepedaku. Lagi pula kita masih punya satu mata kuliah lagi, Bells." Kami berjalan beriringan hingga ke depan kelas dan tebak siapa yang sudah menunggu kami di depan pintu?

"Calum? Tumben sekali kau menunggu kami di sini." ujarku. Ia menggaruk tengkuknya lalu menyengir.

"Kelasku sudah selesai satu jam yang lalu dan aku tidak tahu harus kemana." Pria bernama panjang Calum Hood ini mensejajarkan tubuhnya dengan kami yang berjalan mendahuluinya.

"Hey, kita mau kemana? Kelas masih dimulai empat jam lagi." Bella mengingatkan. Ah, betul.

Aku memandang Calum dan Bella bergantian. "Bagaimana kalau kita ke flat Calum?" Pun mereka mengangguk dan sejurus kemudian kami melesat ke flat milik Calum yang tidak terlalu jauh dari kampus.

Hanya dengan berjalan kaki kami sudah bisa sampai dalam beberapa menit saja. Saat melihat sofa aku langsung merebahkan tubuhku disana.

"Queen, apa kakakkmu sudah punya pacar?" tanya Bella seraya duduk di sofa yang bersebrangan denganku.

"Belum, kenapa? Kau ingin daftar menjadi kekasihnya?"

"Ya, jika kau menyetujuinya," Perkataannya membuatku memutar kedua bola mataku. "Calum, apa kau sudah melihat kakakknya Queen? Dia sangat tampan, tapi aku heran kenapa kau berbeda dengan kakakmu," lanjutnya lagi.

"Jadi menurutmu aku jelek, begitu?" Calum yang berada di dapur tertawa puas seakan ia menyetujui perkataan Bella.

"Tidak, bukan begitu. Hanya saja wajah kalian sangat tidak mirip. Zayn berparas ketimuran sedangkan kau tidak." jelas Bella.

Aku menghela napas. Selalu saja aku mendengar kata-kata seperti itu jika seseorang mengetahui kalau aku dan Zayn adalah adik-kakak. Well, yang dikatakan Bella benar. Dad dan Zayn berwajah ketimuran sedangkan aku tidak sama sekali. Aneh memang.

Hampir semua temanku di Amerika selalu berkata begitu. Dad bilang kalau aku lebih banyak mendapat gen dari Mom.
Ah, Dad. Aku jadi merindukannya. Setelah kematiannya kami jadi harus pindah ke London, tempat dimana dulu Mom tinggal. Ini adalah bulan keduaku menetap di kota Big Ben, sejauh ini London tidak terlalu berbeda dengan kehidupan di Amerika.

Calum menghampiri kami dengan tiga kaleng soda di tangannya. Melihat itu, membuatku tersadar kalau perutku belum terisi apapun sedari tadi.

"Calum, apa kau punya makanan? Aku lapar."

Calum mendengus jengkel, lalu dengan terpaksa ia mengarahkan dagunya ke arah kulkas. "Kau selalu saja menghabiskan makananku."

Aku tersenyum bahagia kemudian berjalan mengikuti arah dagunya, "Kau selalu saja memberiku makanan meskipun aku menghabiskannya."

Tanganku mengambil sekotak sereal dan susu lalu menuangkannya di mangkuk. Setelah itu aku kembali ke ruang tengah. Ku lihat Bella sangat serius memainkan ponselnya. Calum? Seperti biasa ia memainkan Playstation kesayangannya.

Ini merupakan bagian dari rutinitas harianku selama di London. Selain kuliah dan mampir ke tempat Mom bekerja, aku selalu menghabiskan waktu bersama mereka.

Bella dan Calum adalah sahabatku--jika mereka menganggapku sahabatnya. Aku bertemu dengan mereka di kampus dan disinilah kami sekarang, tiga sejoli yang kemana-mana selalu bertigaan. Aku dan Bella berada di kelas yang sama sedangkan Calum berada di fakultas yang berbeda.

"Caly, bagaimana pertandingan baseball kemarin?" Kini perhatian Bella menuju pada Calum yang fokus memainkan game-nya.

"Stop calling me Caly atau aku akan menendang bokongmu keluar dari sini." balas Calum tanpa memandang ke arah Bella.

Aku hanya bisa menggelengkan kepala sembari terus menyuapkan sereal ke dalam mulut. Honestly, kami bertiga sering bertengkar seperti ini tetapi Bella dan Calum lah yang lebih sering. Mungkin, karena mereka berdua sudah mengenal sejak lama.

"Okay, okay. Tidak perlu marah seperti itu." timpal Bella jengkel.

"Oh shit yeah! Aku menang lagi!! Tidak heran kenapa aku dijuluki 'The king of Playstation'. Ha!" serunya dengan berteriak. Sungguh, ia terlalu berlebihan dalam urusan game. Oh dan juga sangat pede.

"Oh ya, karena kemarin team ku menang jadi kami akan mengadakan pesta. Apa kalian mau ikut?" Calum menatap Bella kemudian aku. Ia meletakkan stick lalu merebut mangkuk serealku. Kebiasaan.

"Pesta? Ow, aku sudah lama tidak menghadiri pesta. Aku ikut." jawab Bella antusias.

"Kau Queen? Kau ikut?" tanya Calum.

Aku mengambil makananku dari tangan Calum lalu dengan cepat menggeleng. "I dont know. Aku harus izin pada Mom dan Zayn."

"Zayn?" Calum mengernyit bingung.

Aku mengunyah makananku dan mengangguk. "My brother. Zayn." Mendengarnya pun Calum membulatkan mulutnya. "Lagipula aku malas datang ke pesta semacam itu. Alcohol, sex, music. I dont like it, membuatku pusing." lanjutku.

"Oh ayolah Queen, itu wajar dalam pesta. Bersenang-senanglah sedikit. Aku tidak pernah melihatmu mendatangi pesta." sahut Calum santai.

Aku mendengus, "Well, kau tidak pernah melihatku berada di pesta karena kita baru berteman selama dua bulan."

"C'mon Queen. Ibumu itu sangat baik, pasti dia mengizinkanmu. Aku pastikan kau tidak meminum alkohol, seks dan yang lainnya. Benar 'kan Calum?" Kini Bella menyakinkan. Calum mengangguk dan mereka berdua mengeluarkan rayuan mautnya.

Aku menyerah dan akhirnya berkata, "Baiklah."

**

Hari menjelang malam. Aku baru saja pulang karena menghabiskan waktuku di perpustakaan. Such a nerd. Tapi aku bukanlah tipikal anak yang sangat gemar membaca. Oke, sekedar informasi.

Kakiku menyusuri jalan dengan kondisi lampu jalan remang-remang. Ku harap Mom sudah pulang karena jika tidak maka aku akan mati kebosanan sebab Mom dan Zayn selalu bekerja hingga larut malam.

Ponselku bergetar dan memunculkan satu pesan di layar.

From: Gorgeous Zayn

Malam ini aku akan pulang larut, tolong beritahu Mom. Apa kau sudah pulang? Kalau belum, aku akan menjemputmu.

Mataku terbelalak melihat nama kontak yang tertera di layar. Ia menggelikan.

To: Gorgeous Zayn

On my way to home. Dan berhentilah mengganti nama kontakmu di ponselku. Itu menjijikan.

Sent

From: Gorgeous Zayn

Selena Gomez, itu lebih menjijikan. Sudahlah, aku tidak ingin menghabiskan pulsaku. Hati-hati di jalan. Kalau ada sesuatu sebut saja namaku tiga kali.

Aku tertawa geli melihat pesan terakhirnya. Aku mengganti namaku di ponselnya dengan nama Selena Gomez dan dapat kupastikan ia kesulitan mencari kontakku.

"You fucking idiot! Aku menginginkannya sekarang, kau mengerti?!"

Deg

Langkahku terhenti. Aku mendengar suara pertengkaran yang berasal dari gang sempit di seberangku. Aku memicingkan mataku, berusaha melihat keadaan disana meski dengan cahaya minim.

Oh tidak, seorang pria menghajar lawannya habis-habisan. Dan oh shit, bukankah itu Harry Styles? Kenapa ia menghajar lawannya itu tanpa ampun? Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus menolong pria itu? Oh tidak, tidak, aku tidak ingin terkena masalah. Aku harus lari sebelum Harry atau siapapun melihatku. Tapi aku tidak tega melihat pria itu teraniaya.

Shit. Aku harus apa?

*
*
*
*
*
*
*

Hello, this is my second fanfiction. Hope you like this story.

Oke vomment(s) for next chapter maybe? Have a good day everyone. All the love

Continue Reading

You'll Also Like

173K 3K 6
Biasanya setiap novel yang kubaca selalu saja mengisahkan benci yang menjadi cinta.. Tapi hidupku bukanlah novel yang ditulis dengan tinta.. Takdirla...
692K 49.1K 49
Pindah ke dreame dengan akun : Ayu Tarigan SEBAGIAN PART DI HAPUS Alona, ingin punya anak tapi tidak ingin punya suami. Penghianatan sang ayah membua...
463 62 7
Tepat di hari pernikahannya, Sunday harus melihat calon suaminya bercumbu dengan sahabatnya sendiri. Kekecewaannya pada sang kekasih membuatnya frust...
1M 78.5K 44
Leonelle #3 Kashi Patlers adalah seorang psikiater yang bertugas menyembuhkan Kiev Leonelle, pria yang mengalami gangguan mental akibat trauma masa k...