Code Name : Sea! [SLOW-UPDATE]

By Atszyn

176K 11.7K 726

Sea. Itulah nama sandi seorang agen FBI berbakat. Ia tak terdeteksi dan mudah beradaptasi. Berada dalam team... More

Last Mission
Sea and Sun.
Long Time no See
Seirin basketball team? Interesting.
The Beast of The Miracle.
Mysterious Sniper? Or...
Long Lost Partner.
Case 1 : Bloody Cafe (Part 1)
Case 1 : Bloody Cafe. (Part 2)
Case 1 : Bloody Cafe (Part 3)
Destiny or Bad luck?
I'm not Perfect.
Friend?
Summer Camp? Hell yeah!
Warn.
Dangerous.
Honor or Ego?
Honor or Ego? (Part 2)
Angels in The dark
Detective's Work.
Who?
Miracle?
Love?
Letter.
Memory.
Sick.
Greetings.
News.
I'm Home~
The Saviour
Q & A ^^)/
Fox and Eagle.
Case 2 : Beginning
Case 2 : Beginning (Part 2)
Pengumuman
Case Two : Begining (Part 2,5)

My Pain.

3.7K 302 13
By Atszyn

Mizutani's POV

Trang!

Denting besi terdengar kala pisau ditanganku beradu dengan Belt Sword milik Masayoshi-san. Ia terlihat sama sekali tak goyah walaupun telah menerima beberapa serangan cepat yang kulancarkan beberapa waktu lalu, terlihat dari kuda kudanya yang tetap kokoh dan iris sapphirenya memancarkan fokus yang kuat.

Sasuga... benar-benar luar biasa. Ia memang pantas di beri Code Name 'Sea' dari FBI.

Alat di telingaku mulai menjalankan tugasnya, suara musik Rock melantun jelas, membuat adrenalin dan semangatku terpacu.

Kami sama-sama mundur, mengambil jarak aman untuk mengatur nafas. Kulihat ia menyeka keringat di sekitar pelipisnya. Iris Sapphire miliknya memancarkan aura membunuh, pandangan matanya seolah menantangku.

Benar benar lawan yang tangguh. Ia terlihat sama seperti aku pada masa lalu, entah bagaimana...

End Mizutani's Pov.

Dua belah pedang bertemu kembali beberapa saat kemudian, mengeluarkan decitan yang memekakkan telinga ketika mengikuti gerakan pemilik masing masing untuk berputar, seolah mereka tengah berdansa pada pesta para bangsawan istana.

Sepasang iris Sapphire dan Silver bertemu. Terpisahkan oleh jarak tak lebih dari lima centimeter membuat mereka dapat melihat gelora dan nafsu membunuh musuh masing masing. Begitu berkobar sehingga keduanya sempat ragu apakah mereka dapat menaklukkannya dengan akal sehat.

Mizutani mundur beberapa langkah, serigai licik terlukis di bibirnya dengan jelas.

Dengan cepat pemuda itu melesat, berputar dan menebas sekitarnya dengan brutal. Sophia yang melihatnya langsung membentuk posisi bertahan, mencegah luka fatal dari serangan musuhnya. Meski itu sepertinya tak berefek banyak melihat goresan goresan pada tubuhnya.

Merasa energinya sudah mulai menipis, Mizutani mundur dan menjaga jarak. Sayangnya, musuhnya telah memperkirakan hal ini dan menyerang balik dengan sama brutalnya. Meski jika dibandingkan dengan serangan Mizutani serangan Sophia memang terlihat jauh lebih teratur.

Keadaan berbalik. Mizutani kini mulai kepayahan menghadapi serangan demi serangan yang dilancarkan gadis bersurai biru keunguan itu.

Tak perlu waktu lama untuk membuatnya kehilangan keseimbangan, tentu saja Sophia takkan membuang buang kesempatan ini untuk melumpuhkan lawannya. Satu tendangan dilancarkan, membuat pisau di tangan Mizutani terlempar. Tak hanya itu, ia juga menarik dan memutar pemuda itu sampai terpelintir sebelum mengunci lehernya.

Nafas keduanya terengah. Energi mereka terkuras habis akibat pertarungan yang berlangsung kurang lebih setengah jam lamanya.

"Sial... *hosh* ...ternyata *hosh* kau lebih kuat dari dugaanku..." Gerutu Mizutani. Nafasnya terputus putus seperti habis berlari beberapa kilometer.

"*hosh* Apa... *hosh* ...itu pujian?"

"Anggaplah begitu."

Mizutani terkekeh pelan.

"Kau mulai membuatku bingung. Dengan keadaan seperti ini kau masih bisa tertawa? Ada apa denganmu?" Ujar Sophia menaikkan alis.

"... habisnya, kau tidak peka sih. Masa kau tidak merasa ada pisau di perutmu?"

Sepasang iris Sapphire itu melebar, menoleh kebawah untuk mencari benda yang dimaksud. Namun nihil, ia tak melihat benda tajam itu disana.

"Bffft... BWAHAHAHAHAHAH!"

Mizutani menunduk, tertawa seperti orang gila. Tubuhnya bergetar hebat, bahkan ada setitik air mata di ujung matanya.

"Te-ternyata, kau benar benar polos, bffft..."

Sophia tertegun, berpikir bagaimana bisa pemuda itu tertawa lepas dengan ekspresi setulus itu dalam keadaan nyawanya diujung tanduk seperti sekarang.

"... apa kau bingung, Masayoshi-san?"

Sekali sentakan, Mizutani bebas dari kekangan Sophia. Tipuannya tentang pisau itu sukses memuat kuncian kepalanya melemah dan itu hal yang sangat menguntungkan baginya.

Sophia langsung bersiaga, mempersiapkan rencana kalau pemuda itu akan kembali menyerang-

"Tenang saja. Aku tidak akan menyerang lagi kok, kakiku sudah tidak mampu."

Bersamaan dengan itu Mizutani ambruk, sebelah kakinya menekuk untuk tumpuan, yang lainnya terjatuh begitu saja seolah tak ada apapun yang menopangnya.

"Cidera ankle." Bisiknya rendah. Mizutani tersenyum miris, mengangguk.

"Izinkan aku memberitahumu satu hal, Masayoshi-san."

Sophia mendongkak.

"Tentang alasanku masuk ke CIA... aku berbohong."

Pemuda itu mencengkeram bahunya yang terpelintir, memutarnya sampai terdengar suara berderak yang membuat ngilu. Tak ada ekspresi yang menujukkan ia kesakitan atau hal lainya. Datar, hanya itu yang terlihat.

"... Masuk ke CIA, menyusup ke Anonymous Darkness dan meretas server. Dari semua yang kulakukan untuk mereka -bahkan hingga detik ini, saat kita bertarung dan hampir saling membunuh dengan mengatasnamakan ego agensi masing masing... Aku tak pernah sekalipun berpihak pada CIA maupun Anonymous Darkness. Aku tak pernah merasa aku adalah satu dari mereka."

"Lalu kenapa kau masuk?" Tanya Sophia.

"Aku hanya ingin berguna."

Sorot mata Mizutani berubah sendu, iris Silver yang tadinya memancarkan aura kesombongan berubah drastis, membuat Sophia sedikit melunak.

"Ne, Masayoshi-san." Mizutani memanggil gadis itu dengan senyuman pedih.

"Apa... kau pernah dibenci oleh orang yang kau sayangi?"

Sophia terdiam. Lama.

Gadis itu menunduk. Kilasan memori menyedihkan perlahan naik kepermukaan memenuhi kepalanya secepat kilat.

"DASAR KAU BOCAH PEMBAWA SIAL! KARENA KAU AKIKO MATI! KENAPA?! KENAPA HANYA KAU YANG HIDUP! SEMUA KARENA KAU! PUTRIKU... PUTRIKU...."

'Nenek...'

"...Kau tidak boleh main dengannya! Nanti sial loh!"

"Eh? Kenapa?"

"Kudengar rumahnya terbakar! Hanya dia yang selamat!"

"Eeh! Seram!"

'Teman teman...'

"... Tentu saja pernah." Bisiknya lirih. Setitik air mata mengalir begitu saja kala ia membuka matanya.

Namun Sophia mengangkat bahu, ekspresinya masih datar namun ada yang berbeda di matanya. Secercah rasa sendu dan kepedihan terlihat, meski ia berusaha menutupinya.

"Lagipula, kenapa kau bertanya? Maksudku secara tiba tiba seperti ini..."

Satu pertanyaan sakras terlontar, membuat Mizutani tersenyum gugup.

"Kenapa? Kurasa hanya ingin, haha"

Dengan tawa yang dipaksakan, Mizutani menatap Sophia kembali. Terima kasih atas aura membunuh yang dimilikinya, tentu saja.

"Tapi kau beruntung. Meskipun kau kehilangan orangtuamu tapi kau masih punya orang yang menyayangimu apa adanya-"

"Hentikan omong kosong itu."

Mizutani mendongkak, membuatnya bertemu dengan sepasang iris Sapphire milik gadis dihadapinya.

Namun kali ini ada yang berbeda. Ada tatapan dingin tercetak di wajah ayunya, bersamaan dengan sebuah dengusan. Membuang muka sekilas, gadis itu kembali kepada Mizutani.

"Kau bilang aku beruntung? Memangnya kau tau apa tentang diriku?"

Dengan gigi saling bergemelutukan, Sophia menatap Mizutani dengan penuh kebencian. Satu tarikan di kerah, Mizutani dibawa untuk membawa irisnya ke arah gadis itu.

"Kau punya keluarga yang lengkap, kau tidak perlu bersusah payah untuk memenuhi kebutuhanmu sendiri, kau punya adik yang memahami dirimu. Lalu kau seenak jidat bilang aku beruntung?! Jangan membuatku tertawa!"

Linangan air mata menetes bersamaan dengan sebuah senyum sinis yang mengembang.

"KAU TIDAK PERNAH MERASAKAN BAGAIMANA RASANYA DITINGGALKAN OLEH ORANG YANG KAU SAYANGI SATU PERSATU! AKU KEHILANGAN ORANG TUAKU DALAM SEMALAM, MATA KANANKU CACAT, DAN ORANG ORANG MENJAUHIKU KARENA AKU DIANGGAP PEMBAWA SIAL! APA KAU TAU RASANYA?!"

Dengan nafas terengah engah, gadis itu menunduk.

"Setidaknya kau masih punya kehidupan yang normal. Bersyukurlah." Bisiknya, melepas genggamannya pada kerah Mizutani dan berdiri menjauh.

"... aku tau."

Gadis itu membalikkan tubuhnya.

"Kau... bilang apa tadi...?"

"Aku tau."

Dengan sebuah senyuman pedih, Mizutani mulai bercerita.

"Orang tuaku membenciku."

Kata kata yang sukses membuat Sophia membeku.

"Apa... maksudmu...?"

"Well, itu karena sebenarnya karena salahku juga sih. Aku memang kurang becus menjadi kakak." Tawa hambar menggema, Mizutani menunduk.

"Karena aku dia hampir kehilangan matanya, Karena aku dia jatuh, dan karena aku ia jadi terluka. Itu semua memang salahku..."

Mizutani mendongkak, sebuah senyuman penuh penderitaan terlukis jelas bersamaan dengan airmata yang jatuh dari matanya. Setetes demi setetes membasahi lantai.

"... karena itu, aku memang pantas dibenci, benar kan?"

Rasanya ada pisau yang mengiris hati Agen bersurai biru keunguan itu kala melihat pemuda sialan dihadapannya jadi lemah begitu.

Gadis itu menatap Mizutani. Lama, sebelum akhirnya kembali dan menarik rambut pemuda itu.

PLAK!

Suara tamparan menggema.

"Jangan coba coba berlagak lemah seperti itu setelah kau pernah mengalahkanku. Aku tidak pernah sudi kalah dari orang cengeng. Ingat itu."

Mizutani tiba tiba tersenyum.

"Kau... imut ternyata, Masayoshi-san" Tukasnya tanpa ragu.

.
.
.
.
.
.
.

BRUK

Satu tendangan menghantam kepala Mizutani.

"APA YANG KAU BICARAKAN DASAR BODOH?! ITU PENGALIHAN PERHATIAN PALING BURUK"

Kata kata yang keluar memang begitu, tapi wajah Sophia memerah sempurna.

Sementara Mizutani? Ia tepar ditempat.

Aah. Poor Mizutani.

~TBC~

Aoi-chan  : AKHIRNYAA BISA UPDATEEEE #NangisDipojokan UHB bener bener bikin Stress. Ancaman untuk gak boleh ikut J-club dan Basket bikin aku bertekuk lutut dengan titah otousan T.T

Pokoknya aku minta maaf karena kelambatan ini, mohon dimaklumi ya...

Sign : Author Aoi ^^

Continue Reading

You'll Also Like

94.3K 6.3K 27
menceritakan tentang remaja yang di usir oleh warga desa karena di fitnah mencuri oleh keluarga kandungnya sendiri. mampukah ia melewati masa sulitny...
1.5M 125K 160
"You do not speak English?" (Kamu tidak bisa bahasa Inggris?) Tanya pria bule itu. "Ini dia bilang apa lagi??" Batin Ruby. "I...i...i...love you" uca...
176K 15.3K 108
bertahan walau sekujur tubuh penuh luka. senyum ku, selalu ku persembahkan untuknya. untuk dia yang berjuang untuk diri ku tanpa memperdulikan sebera...
494K 1.5K 12
Area 21+++, yang bocah dilarang baca. Dosa tanggung sendiri yap. Jangan direport, kalau gasuka skip.