Mas Dewa

By Ladaladilada

143K 5.4K 303

Ini cerita rumahnya Mas Dewa dan Carissa More

You Love Me?
Apa Kabar?
Semuanya Baik?
Dia
Masalah?
Tanya-tanya?
Makan Malam

I Love You

31.4K 766 24
By Ladaladilada

"Mas Dewa?" Carissa terkejut melihat pria yang jauh lebih tua darinya berdiri di depan pintu Apartemennya. Ia tidak pernah menyangka bisa melihat pria ini di depan Apartemennya apalagi dengan membawa bunga kesukaannya.

"Ayo kita masuk dulu." Dewa mengambil kunci di genggaman Carissa yang masih mematung.

Carissa mengikuti Dewa dari belakang dengan banyak pertanyaan di kepalanya. Sedang dan mau apa pria ini secara tiba-tiba datang dan bersikap akrab pada dirinya? Bukannya selama ini mereka tidak pernah bicara panjang lebar dan pembicaraan mereka hanya sekedar bertegur sapa saja.

"Saya haus, tolong ambilkan minum." Pinta Dewa setelah menaruh bunga di atas meja. Ia langsung duduk di sofa berwarna cokelat tanpa permisi pada pemiliknya. Melihat itu, Carissa hanya bisa mendengus tanpa berani mengatakan keberatannya.

Carissa datang dengan membawa segelas air putih untuk tamunya yang tidak tahu malu, Ia segera duduk di depan Dewa setelah menyerahkan minumannya.

"Terima kasih." Carissa mengangguk.

"Jadi, Mas Dewa ada perlu apa?" Tanya Carissa. Ia ingin segera tidur setelah perkerjaannya sebagai seorang Dokter sudah menguras tenaganya seharian ini, tapi karena kedatangan seorang tamu aneh, Ia harus menunda waktu istirahatnya.

"Kita nikah yuk?" Ajak Dewa santai. Carissa sebagai lawan bicaranya hanya bisa membuka mulutnya tanpa bisa berkomentar lebih. Apa orang ini sedang bercanda?

"Saya bosan hidup sendiri, gimana mau tidak? Kalau iya, saya langsung lamar kamu ke orang tua kamu." Ini orang salah makan kali ya? Segampang itu ngomongnya. Mas, ini soal pernikahan lho ... hidup matinya seorang wanita.

"Mas Dewa, serius kan?" Tanya Carissa serius.

"Iya lah, saya serius!" Dewa berpindah duduk di sebelah Carrisa. "Masa saya bercanda hal begini." Lanjutnya.

Carissa merasa telinganya sedikit mendengung ketika mendengar penjelasan dari Dewa. Ia antara percaya dan tidak meskipun Ia tahu kalau seorang Dewangga Baranegara tidak akan pernah main-main dengan kata-katanya.

"Mas ... Aku-"

"Saya udah kenal kamu dari lahir apalagi dengan Mas Halim, ayah kamu sahabat saya juga."

Tapi Carissa tidak merasa mengenal Dewa secara dekat. Pertemuan mereka tidak banyak dan hanya sekedar bertegur sapa. Mungkin Dewa sudah merasa cukup dengan dekat dengan orang tuanya namun bagi Carissa itu tidaklah cukup untuk mengucap janji serius dalam pernikahan.

Carissa berpikir dalam suatu hubungan yang bernama pernikahan harus ada sesuatu yang paling utama, yaitu cinta besar dari kedua pasangan tersebut.

"Maaf Mas Dewa, aku tidak bisa menikah dengan Mas Dewa." Penuturan Carissa sedikit membuat Dewa menegang dalam duduknya. Tapi dengan cepat Ia kembali tenang.

"Kenapa?" Carissa merasa hembusan napas seseorang begitu dekat dengan telinganya, memberikan efek aneh dalam tubuhnya.

"Saya butuh penjelasan yang masuk akal dari kamu, Carissa Amelia Putri." Dewa menempelkan bibirnya begitu dekat dengan telinga Carissa, menunggu reaksi lain.

Carissa tidak berani menoleh ke samping ketika telinganya di hisap oleh sesuatu yang lembut. Ia mencoba menahan suara aneh yang ingin keluar dari mulutnya, apalagi bibirnya bergetar setiap kali telinganya di hisap dan di gigit cukup kuat oleh gigi dari pria yang lebih tua dua puluh tahun darinya.

"M-mas Dewa ... Hentikan!" Pinta Carissa saat mulut pria itu berpindah kelekukan lehernya. Tuhan, pria ini sudah membuatnya gila hanya dalam beberapa jam terakhir saja.

"Untuk?" Dewa mendorong tubuh Carissa untuk bersandar pada sofa. "Kita latihan dulu sebelum nikah." Sambungnya. Tangan dewa sudah berselancar di tubuh Carissa dengan lihainya, meremas dan mengusap dengan pelan. Tidak mau kalah dari tangannya, mulut Dewa beroperasi pada area rahang, dagu, dan lehernya untuk memberikan pelayanan pada Dokter cantik ini.

Carissa tidak pernah sejauh ini jika bermesraan dengan para kekasihnya yang dulu, hanya sekedar berpelukan dan mencium bibir saja dengan lembut. Namun dengan pria yang tidak ada hubungannya sama sekali Ia sudah membiarkan tubuhnya di permainkan dengan rasa yang belum pernah Ia rasakan.

"Mas ...!" Carissa berusaha mendorong Dewa yang sudah menindihnya dengan sempurna, terlebih lagi belahan dadanya sudah terlihat dengan bekas air liur yang menempel di sekitarnya. Kapan pria ini berhasil membuka kancing kemejanya?

"Carissa ..." Erang Dewa yang frustasi. Ia berusaha mengatur napasnya yang tidak beraturan.

"Ambilkan saya minum lagi." Pinta Dewa yang sudah berhasil sedikit mengatur gairahnya. "Cepatlah ... atau mau kita lanjut?"

Carissa mencelos.

Ada memang pria seperti ini?

Carissa kembali ke dapur untuk mengambil air. Ia sedikit bingung dengan apa yang sudah terjadi barusan. Di lamar dan hampir bercinta dengan pria yang tidak pernah terbayang sedikit pun. Ia kembali dari dapur dengan air yang sama namun dari gelas berbeda.

"Saya tidur di sini, besok pagi saya langsung ke bandara." Lagi-lagi Carissa terkejut dengan segala perkataannya. Apa pria ini sedang mabuk sampai tidak memikirkan kata-kata yang keluar dari mulutnya begitu saja? Kalau sampai benar Carissa merasa itu sebuah keberuntungan untuk tidak menganggap semuanya dengan serius.

"Mas Dewa, sebai-"

"Saya harus ke Singapur selama dua hari, sepulang dari sana saya langsung menemui kamu." Dewa menarik Carissa ke dalam pelukannya, menyandarkan tubuhnya.

"Mas Dewa jangan seperti ini." Pinta Carissa berusaha lepas dari pelukan Dewa.

"Iya kenapa, Carissa? Coba jelasin?" Tangtang Dewa semakin erat memeluk Carissa.

"Ka-karena ... kita tidak saling-"

"Cinta?" Potong Dewa. "Carissa, cinta bisa datang dengan sendiri nya jika kita punya niat untuk jatuh cinta. Lagian saya juga sudah menyukai kamu dari dulu ini akan lebih gampang buat kamu." Penjelasan Dewa mampu membuat Carissa diam dalam pelukan Dewa.

"Lalu apa lagi, Carissa?" Dewa mencium rambut Carissa.

"It-itu ... perbedaan umur ya-"

"Karena saya lebih tua ya? Saya jamin umur bukan penghalang buat saya untuk membuat kamu bahagia lahir batin." Sekali lagi Carissa tidak mampu untuk bergerak dalam pelukan Dewa.

"Mas Dewa, kita perlu wa-"

"Baiklah, saya mengerti kok. Kita jalan aja seperti dulu tapi kapasitas kita berubah lebih dekat dan tanpa ikut campur Mas Halim." Dewa melepas pelukan Carissa.

"Saya harus cepat tidur, ayo kita tidur bersama tanpa bercinta."

Carissa duduk mematung melihat Dewa berjalan ke kamar tidurnya. Lagi-lagi pria ini begitu seenaknya dalam hal apapun. Semua perkataannya adalah perintah secara halus yang buruknya tidak bisa di tolak dengan mudah.

"Carissa, cepat kemari." Panggil Dewa dari kamar. "Lama sekali, cepat kesini. Saya harus memeluk kamu agar aroma tubuh kamu terbawa sampai ke Singapur." Suara berat Dewa terdengar lagi.

Membuat Carissa memperlambat jalannya.
Carrisa menghembuskan napas dengan keras. Rasanya malam ini Ia tidak akan tidur dengan nyenyak seperti malam-malam sebelumnya. Ketenangan hidupnya berubah hanya dalam waktu malam ini saja.

*

"Pagi, Dok?" Sapa beberapa suster pada Carissa saat bertemu di sepanjang koridor rumah sakit. Carissa membalas setiap sapaan dengan senyuman yang terbilang ramah. Sebagai dokter yang terkenal dengan kecantikan dan kepintarannya, menjadikan Carissa sebagai dokter favorit di rumah sakit ini.

Ketika Carissa akan berbelok ke ruang prakteknya, seseorang dari belakang menyapa.

"Selamat pagi?"

Carissa tersenyum melihat seseorang yang sudah menyapanya. Dokter Deva Irawan, spesialis Jantung.

"Selamat pagi juga." Carissa memperhatikan penampilan Deva pagi ini, dengan kemeja putih dan celana bahan yang sederhana sudah membuat penampilan seorang Deva Irawan sederhana namun memikat.

"Apa sudah sarapan?" Tanya Deva tersenyum untuk menutupi rasa gugupnya.

Carissa sedikit menahan senyumnya setiap kali mereka bicara dalam konten yang sedikit pribadi di luar professi mereka sebagai dokter. Hubungan mereka tidak pernah berkembang ke jalur yang lebih pribadi di karenakan tidak ada yang memulai terlebih dahulu. Dan Carissa sudah tidak terlalu berharap lagi.

"Tentu saja." Jawab Carissa. Deva sedikit kecewa mendengar jawaban darinya tapi dengan cepat kembali tersenyum.

"Dokter Deva, terima kasih." Carissa kembali berjalan meninggalkan Dokter Deva.

Ketika masuk keruangannya, Carissa sudah di sambut seseorang yang sudah duduk di kursi pasiennya dengan wajah serius.

Astaga mau apa pagi-pagi begini sudah ada di ruangannya. Mengganggu saja.

"Saya langsung kesini dari bandara. Ayo temenin saya sarapan?" Carissa menghembuskan napas perlahan dengan kesal. Pria ini sangat suka memaksa.

"Mas, aku sudah sarapan." Dewa memanggil Carissa dengan bahasa tubuhnya agar mendekat kearahnya.

"Kemarilah, saya sudah kangen."
Perintahnya.

Dengan suka atau tidak Carissa mendekat kearah Dewa yang sudah duduk dengan nyamannya di kursi pasien. Penampilan Dewa sedikit berbeda dari terakhir mereka bertemu, rahangnya di penuhi dengan jambang, apa dia tidak bercukur? Kedua matanya juga tampak lelah.

"Harusnya tidak usah kesini." Carissa duduk di sebelah Dewa. "Mas Dewa kelihatan lelah sekali."

Dewa menyandarkan kepalanya ke pundak Carissa. "Hmm ... " Jawabnya setengah mengantuk. "Mulai jam berapa prakteknya?"

"Sekitar jam sembilan.
Mas, memang kenapa?"

"Temenin saya dulu ya?" Pinta Dewa. "Saya rindu kamu." Bibir Dewa bergerak ke sisi leher Carissa.

Carissa kembali merasakan rasa yang di alaminya dua malam yang lalu. Sebuah rasa yang membuatnya cukup aneh dan ingin sesuatu yang lebih. Tapi Ia sadar sekarang bukan waktu dan tempat yang tepat untuk merasakan rasa itu.

"Mas, berhenti. Nanti ada yang datang." Dorong Carissa pada pundak Dewa agar menjauh.

"Nanti malam, kita makan malam di rumah saya." Dewa berdiri. "Tapi peluk saya dulu."
Kedua tangannya Ia rentangkan untuk mendapat pelukan dari Carissa.
Carissa berdiri di depan Dewa lalu memeluknya untuk segera pergi dari ruangannya.

"Terima kasih." Dewa melepas pelukannya dari Carissa. "Sampai nanti malam." Pamitnya.

*

"Ris, nonton yuk?" Ajak Rita yang begitu saja masuk kedalam ruangannya tanpa permisi dulu.

"Nggak bisa. Aku ada acara malam ini." Jawab Carissa sambil membereskan mejanya yang cukup berantakan sebelum Ia pulang.

"Pacar baru ya?" Selidik Rita dengan menyeringai.

"Siapa?"

Carissa menggeleng. "Mau tahu ya?" Godanya.

"Si Deva ya?"

"Bukan, dia temen keluarga." Jawab Carissa yang sudah membereskan semuanya.

"Kenalin dong?" Mengenalkan Mas Dewa pada Rita sama dengan memberikan berita pada reporter yang kehausan gossip.

Carissa tidak ingin gossip tentang kehidupan pribadinya menyebar di rumah sakit ini.

"Nanti." Saat waktunya tiba. Sekarang juga Ia belum tahu bagaimana mengahadapi Mas Dewa yang menuntut ingin menikah.

Carissa bukanlah orang yang benci menunggu. Tapi berdiri di depan pintu rumah seorang pria membuatnya kesal. Ia bukanlah orang yang selalu sabar. Sudah lebih dari sepuluh menit Ia harus bersabar.

"Siapa?" Bukan Mas Dewa yang membuka pintu. Melainkan Seorang wanita diatas tiga puluhan.

"Ini rumah Mas -"

"Jadi ini calon istrinya, Dewa?" Carissa tidak pernah merasa gugup saat orang lain menatapku. Tapi dengan wanita di depannya, meneliti dari bagian atas sampai kebawah membuatnya gugup.

"Maaf?

"Dewa punya selera bagus juga." Ucapnya mencemooh.

"Carissa?" Mas Dewa datang dari dalam. Menatap tidak percaya.

"Mas, aku mengganggu ya? Maaf kalau begitu." Saat Carissa baru beberapa langkah, lengannya di tarik Dewa.

"Sophi, pergi dari sini dan seperti perjanjian kita. Ini sudah berakhir." Dewa mendorong wanita yang sejak tadi berdiri di ambang pintu.

"Baiklah. Semoga bahagia." Dia melangkah pergi.

Dewa menutup pintu rumah lalu menguncinya. Ia membawa Carissa ke ruang tamu.

"Saya kira kamu datang nanti." Dewa duduk di seberang Carissa yang Menatap horror.

"Aku menyesal datang." Ucap Carissa pelan.

"Carissa dengar. Saya akan mengatakan semuanya. Pertama saya memintamu menikah karena Saya benar-benar serius. Kedua, saya jamin tidak ada wanita lain sejak beberapa bulan lalu, dan Itu untuk selamanya. Ketiga, Saya serius berkomitmen dengan kamu."

"Dan wanita yang tadi. Dia teman tidur Saya untuk beberapa bulan lalu." Dewa menghirup napas dalam.

"Mas ak -"

"Saya sudah terbuka semuanya. Dan soal lamaran saya, itu serius."

Carissa tidak tahu harus mengatakan Apa pada pria di depannya. Semua keterbukaannya membuat otaknya tidak bisa berpikir jernih.

"Saya jamin. Kebahagian kamu akan lebih dari Seorang pria yang belum pernah melakukan dosa seperti Saya." Dewa berlutut didepan Carissa. Menggenggam tangannya yang terkepal.

"Mas Dewa -"

"Ayo menikah!"

P.s: Kok Saya hobi banget bikin cerita gantung? Hahahaha

Continue Reading

You'll Also Like

4.3M 55.1K 40
Cerita Dewasa! Warning 21+ Boy punya misi, setelah bertemu kembali dengan Baby ia berniat untuk membuat wanita itu bertekuk lutut padanya lalu setela...
995K 72.3K 72
Bagaimana rasanya jika kau terbangun di raga tokoh yang paling kau benci dalam sebuah novel? Yup. Begitulah yang Milla Seliya rasakan, ketika ia terb...
208K 8.4K 36
⚠️ WARNING!!! : YOUNGADULT, 18+ ‼️ hars word, smut . Tak ingin terlihat gamon setelah mantan kekasihnya berselingkuh hingga akhirnya berpacaran denga...
1.8M 16.5K 46
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...