[1] Black Pearl [SUDAH DITERB...

By precious_unicorn91

3.5M 33.9K 2.9K

Revan, seorang petugas jaga pintu bis Trans Jakarta tampan yang menyukai salah satu penumpang tetap bisnya. S... More

KESAN-KESAN
Bonus Story: Honeymoon
Bonus Story: Pregnancy
Bonus Story: Till Death Do Us Apart

Prolog

340K 10.6K 360
By precious_unicorn91

Oke! Jam 8 teng! Bismillah ....

Kenapa aku deg-degan mau repost ini cerita. Haha.

Ampun ya kalau ceritanya ancur. Namanya juga cerita pertama. Masih banyak kekurangan.

Sekedar ngasih tahu aja. Perbabnya tidak panjang seperti My Lady atau LOTB ya. Palingan cuma 1000-2000 kata. Kenapa nggak dijadiin satu bab aja? Soalnya ini udah settingan buat aku kirim ke penerbit kemarin. Tapi nggak jadi karena nggak pede hahahaha. Terus aku males deh ngubahnya lagi. Makanya jadi beranak pinak babnya. wkwkwkwk

Harap dimaklumi yeee

Silahkan dinikmati ....


--



REVAN

Pemberhentian berikutnya, Shelter Bundaran Senayan

Aku segera bersiap di depan pintu begitu mendengar pengumuman otomatis di dalam bis Trans Jakarta. Kuperhatikan seluruh isi bis yang padat oleh para penumpang. Sebagian bersiap turun dan sebagian lagi tetap duduk ataupun berdiri, bergeming karena pemberhentian yang masih jauh.

Di jam pulang kantor ataupun masuk kantor, bis Trans Jakarta jurusan Blok M – Kota ini pasti akan selalu padat. Karena rutenya yang melewati daerah perkantoran di pusat bisnis kota Jakarta, Thamrin-Sudirman-Senayan. Karena itu kebanyakan penumpangnya adalah para pekerja dengan penampilan rapi khas perkantoran elit. Dengan dandanan mereka yang modis dan wajah-wajah yang sebagian besar rupawan.

Bis melambatkan lajunya saat mendekati shelter Bundaran Senayan. Saat bis sepenuhnya berhenti, aku pun bergerak ke samping bersamaan dengan pintu bis yang membuka. Memberi jalan penumpang, yang sudah mulai bergerak, untuk keluar dari dalam bis.

"Tolong beri kesempatan untuk yang keluar dulu ya!" kataku tegas dan lantang saat melihat antrian penumpang yang akan menaiki bis di shelter Bundaran Senayan sudah sangat padat.

Namun, bukannya memberi jalan, mereka malah memaksa masuk. Padahal penumpang di dalam bis yang ingin turun, masih belum semuanya keluar.

"Maaf, Mbak. Sabar dulu ya!" ucapku sekali lagi sambil merentangkan tangan, menghalangi penumpang yang sudah ingin masuk. "Biar yang lain keluar dulu," lanjutku yang membuat mereka pun berhenti mencoba masuk dan membiarkan yang lain keluar dari bis. Akhirnya, penumpang pun bisa bergerak dengan tertib.

Perkenalkan, namaku Revan dan aku bekerja sebagai Satgas Pengamanan di dalam bis Trans Jakarta. Pekerjaan yang baru kegeluti sebulan ini. Mungkin bagi beberapa orang menjadi petugas Trans Jakarta bukan lah pekerjaan yang bisa dibanggakan seperti menjadi pegawai negri atau bekerja di perusahaan swasta. Namun, bukan berarti pekerjaan ini tidak penting.

Kami bertugas untuk menjaga ketertiban penumpang saat naik dan turun bis. Juga menjaga keamanan dan kenyaman seluruh penumpang yang menggunakan fasilitas yang dikelola negara ini.

Selain itu, menjadi petugas bis Trans Jakarta selama sebulan ini membuatku belajar bagaimana menghadapi spesies bernama MANUSIA.

Dari yang sopan dan mau mengikuti peraturan, hingga orang-orang yang tidak tahu diri dan tidak punya malu. Aku sadar, walaupun terlihat seperti pekerjaan sepele, apa yang aku lakukan saat ini bukanlah hal mudah. Aku harus ekstra sabar dan pengertian menghadapi semua orang dengan tetap memasang wajah penuh senyumanku dan berlaku sopan.

Begitu penumpang yang keluar dari bis habis, penumpang yang sudah antri pun langsung masuk ke dalam bis dengan saling mendorong. Aku mendecakkan lidah, jengah melihat mereka yang begitu tidak sabar dan tidak bisa teratur. Padahal mereka bekerja di daerah perkantoran yang elit, yang seharusnya memiliki latar pendidikan yang tinggi. Tapi tetap saja kebiasaan orang-orang ini tidak mencerminkan penampilan modis dan high class mereka. Mereka masih bersikap seenaknya saja. Sangat disayangkan sekali.

"Jangan dorong-dorongan, perhatikan langkahnya!" kataku lantang, kembali mengingatkan mereka.

Saat melihat ke antrian yang semakin berkurang di shelter, mataku pun terpaku pada sosok gadis tidak asing yang dengan sabar menunggu gilirannya masuk sambil memperhatikan ke dalam bis, tidak seperti yang lain yang terburu-buru seperti dikejar setan. Seorang gadis yang menarik perhatianku belakangan ini.

Dia selalu naik dari shelter Bundaran Senayan dan turun di shelter Dukuh Atas. Tidak pernah suka berdesakan atau dorong-dorongan. Selalu sabar menunggu hingga kondisi lebih teratur. Bahkan terkadang, dia lebih memilih untuk naik bis berikutnya apabila dia melihat bis sudah terlalu penuh.

Memang sikapnya itu bukan hal yang aneh, banyak penumpang lain melakukan hal yang sama. Tapi entah kenapa, dia terlihat berbeda di mataku.

Setelah dirasanya sudah aman, gadis itu pun melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam bis, tapi tiba-tiba seorang wanita, yang berlari dari arah pintu masuk shelter, menabraknya dan tanpa peduli langsung masuk ke dalam bis.

Tubuh gadis itu pun limbung tapi dengan cepat aku langsung memegang tangannya agar dia tidak terjatuh ke sela antara pijakan halte dan bis. Jantungku bahkan sampai berdebar karena melihat dia yang nyaris terjerembab. Tapi yang lebih membuat jantungku berdebar kencang adalah karena aku bisa menyentuh tangan lembutnya.

"Mbak, lain kali tidak perlu lari-lari! Masih ada bis lain di belakang. Tindakan Mbak tadi bisa membahayakan penumpang lainnya. Mbak juga bisa terluka kalau seperti itu," ucapku pada wanita tadi dengan sedikit kesal meskipun masih dengan nada sopan.

"Maaf, Mas. Maaf ya, Mbak," kata wanita itu dengan wajah meronanya karena malu. Aku mengangguk dan tersenyum tipis padanya sebelum dia masuk ke bagian dalam bis. Sepertinya dia sengaja menjauh dariku karena tidak enak dengan kejadian tadi.

"Makasih Mas," ucap gadis di depanku sambil tersenyum lebar. 

Aku membalas dengan senyuman yang aku yakin terlihat sangat konyol. Jantungku berdebar kencang saat ini. Gadis itu berdiri dihadapanku karena bis sudah penuh di bagian dalam. Tas ranselnya dipindahkan ke bagian depan dan tangan kanannya memegang pegangan di atas. Pintu bis menutup dan bis bergerak menuju shelter berikutnya.

Revan, tenangkan dirimu! Jangan sampai dia mendengar degup jantung sialanmu itu! makiku dalam hati. 

Jantungku tidak bisa berhenti berdegup dengan kencang sejak tadi. Semua karena gadis satu ini. Aku bahkan tidak tahu namanya, tapi dia berhasil membuat jantungku berdisko di dalam sana.

Aku tatap wajahnya yang menunduk melihat ponsel. Bagaimana mendeskripsikan gadis ini? Dia tidak secantik wanita lain yang pernah aku liat selama ini. Dia biasa saja tapi cukup manis. Badannya pun tidak langsing, tapi berisi. Kulitnya kuning langsat, matanya agak sipit dengan hidung yang kecil, pipinya gembil yang membuatnya begitu menggemaskan, dan rambutnya panjang sepunggung berwarna ungu kemerahan.

Meskipun wajahnya polos dari make-up tapi tetap saja dia terlihat begitu menarik.

Tingginya hanya sekupingku. Dia tidak pernah menggunakan high heels. Hanya flat shoes atau bahkan converse. Hari-hari tertentu, dia akan berpakaian sangat casual, jeans, kaos dan converse. Tapi hari lain dia akan berpakaian formal layaknya pekerja kantoran biasa. Tapi ada juga hari dimana dia memakai pakaian formal tapi hanya menggunakan sandal jepit. Aku tidak tahu pekerjaan apa yang mengizinkan karyawannya berpakaian sesukanya seperti itu. Tapi yang aku tahu, gadis ini sangat cuek. Dia tidak feminim tapi tidak tomboy juga.

Bis kembali berhenti di shelter berikutnya. Walaupun beberapa orang keluar, tapi yang masuk lebih banyak. Sekarang posisiku benar-benar dekat dengannya. Untung ada ranselnya diantara kami berdua, kalau tidak kami pasti akan berdiri berhadapan dengan sangat rapat. Jantungku dengan bandel terus berdegup kencang. Aku berusaha mengalihkan pikiranku ke yang lain, tapi gagal. Aku malah terus memikirkan gadis dihadapanku ini.

Gadis ini, saat diam terlihat seperti tokoh-tokoh antagonis di sinetron. Mukanya begitu judes bagaikan nenek sihir. Dia pun cukup galak terhadap penumpang lain yang dirasa tidak sopan atau bersikap semaunya. Pertama kali aku memperhatikannya, karena aku terkesima dengan keberaniannya mengutarakan ketidaksukaannya itu. Di saat orang lain akan berusaha memendamnya, gadis ini tidak segan mengucapkannya begitu saja. Yang akhirnya membuat dia terkesan begitu galak dan menyeramkan.

Tapi di suatu hari, wajah judes dan galaknya itu tiba-tiba berubah menjadi begitu ramah. Senyuman bahkan terulas di kedua bibirnya yang membuat jantungku berhenti sejenak saat itu. Aku tidak berlebihan, tapi memang begitu adanya. Aku terpesona hanya dengan melihat senyumannya. Senyuman yang dia berikan pada seorang nenek renta yang dia berikan tempat duduk. 

Senyum lebarnya yang terlihat begitu manis dan cantik di mataku.

Mungkin sejak itulah aku merasakan ketertarikan padanya. Di balik penampilannya yang cuek dan sikapnya yang galak, ternyata dia adalah gadis yang begitu baik dan juga peduli dengan sekitarnya. Membuatku tidak bisa tidak jatuh hati pada dia yang begitu memesonaku.

Di tengah lamunanku, tiba-tiba saja bis mengerem mendadak. Saat aku melihat ke depan, ternyata ada pejalan kaki yang menyebrangi jalan yang lewat di depan bis begitu saja tanpa melihat dan membuat supir mau tidak mau menginjak rem. Hal yang begitu berbahaya dan sering kutemukan di jalanan. Para pejalan kaki yang tidak memperhatikan jalan sebelum menyebrang.

Karena Bis yang berhenti tiba-tiba, para penumpang yang berdiri pun miring ke depan karena gerakan mendadak itu. Gadis di depanku yang terdorong orang di belakangnya akhirnya terdorong ke arahku. Aku dengan refleks memegang kedua lengannya, menahan dia agar tidak terjatuh. Karena penumpang lain di belakangnya mendorongnya cukup kencang sehingga tangan kirinya terlepas dari pegangan.

Dia kemudian menengadah melihatku dan tersenyum kaku. "Maaf ya, Mas."

"Oh, eh iya," kataku gelagapan. Aku langsung menurunkan tanganku dari lengannya. Aku tidak mau dia menganggapku mencari kesempatan dalam kesempitan. Meskipun aku masih ingin menyentuhnya lagi.

Sial, kenapa aku berpikiran kotor seperti ini? Aku harus konsentrasi pada pekerjaanku. Berhenti berpikir aneh-aneh dan lakukan pekerjaanmu dengan benar, Revan!


TBC


---


Untuk full cerita bisa dibaca di aplikasi Dreame/Innovel dengan judul Black Pearl. Terima kasih

Continue Reading

You'll Also Like

1.9K 62 13
Matanya memandangku tajam, entah apa yang ada dipikirannya saat ini. Aku terdiam, berusaha memperbaiki raut wajah ketakutan ku agar tetap terlihat no...
3.2M 25.2K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
1.5K 205 11
Kim Dae Ho adalah seorang solois terkenal di industri Korea yang berwajah tampan dan ramah. Karirnya sedang bersinar. Album lagunya meledak, digemari...
434K 22.1K 47
**WARNING!!** Berisi konten 21+ **Be a wise and smart reader.** (Sudah diterbitkan secara Self Publish, dan hadir di google Play Store) Rumah adalah...