My Identity

By MikeSyntax

54 2 0

"NKJCV FK DCNKM NGOCTJ." Sandi apakah ini? Ramon, seorang pemuda, menemukan sandi ini di tubuhnya dan ia me... More

Part 1

Part 2

17 1 0
By MikeSyntax

Ramon pergi ke tanah kosong yang ia lihat ketika pergi ke rumah sang wanita tadi. Ketika sampai, ia melihat - lihat tanah kosong tersebut. Bentuk, tekstur, dan warna tanahnya sama persis dengan tanah yang ada di toples.

Ramon langsung menjadi lebih bersemangat dan melihat-lihat daerah tanah kosong tersebut. Ia menemukan sebuah pohon besar. Ramon menuju ke pohon tersebut. Di pohon, terdapat sebuah simbol yang sama dengan simbol yang ada di dadanya. Ramon melihat ke bawah dan terdapat gundukan tanah.

Ramon mulai menyadari arti dari sekop kecil tersebut dan mulai menggali. Setelah menggali, ia menemukan sebuah kotak dan sebuah kertas bertuliskan "my identity" di atasnya.

"Akhirnya!" Teriak Ramon senang.

Ramon membuka kotak kecil itu perlahan-lahan. Setelah dibuka, kotak tersebut terdapat sebuah memory card HP di dalamnya. Ramon langsung membukanya dan memasukannya ke dalam HP miliknya. Di dalam memori tersebut, terdapat sebuah video dan beberapa file lainnya.

Ramon membuka video yang berada di dalam memori tersebut. Di sana, ia menemukan dirinya terlihat letih. Ekspresi Ramon di dalam video menunjukkan bahwa ia terlihat seperti tidak tidur selama beberapa hari. Background video menunjukkan kamarnya yang terlihat berantakan.

"Baiklah, Ramon. Jika kau mendengarkan video ini, maka kau berhasil memecahkan kode yang akan kau buat sendiri nantinya." Kata Ramon di dalam video tersebut dengan nada yang terengah-engah.

"Jika kau lihat aku sekarang, mungkin kau akan bertanya kenapa aku terlihat lelah dan tidak seenergetik biasanya."

Ramon di dalam video menghela nafas.

"Aku lari."

Ramon yang sekarang bingung dengan jawabannya di video tersebut.

"Ya, aku lari karena ingin mengungkapkan kebenaran tentang tempat di mana kita bekerja sebelumnya."

Jeda. Ramon di dalam video terlihat mengambil nafas.

"Badan intelegen negara."

Ramon yang sekarang terkejut.

"Aku tahu kau akan terkejut dengan hal ini. Tapi, aku akan memberi tahu alasannya kenapa."

Ramon yang sekarang menjadi semakin penasaran.

"Kau tahu, konspirasi-konspirasi yang negara ini ciptakan? Beberapa dari mereka ada benarnya. Aku hanya tidak tahan perlakuan mereka terhadap orang-orang yang mereka siksa demi sebuah senjata berbahaya. Mereka bereksperimen terhadap senjata biologis yang aku ciptakan sendiri. Kemampuan senjata ini, jika mencapai potensi maksimalnya, bisa memusnahkan manusia lebih cepat dari sebuah bom atom."

Ramon terus menatapi video yang ia buat sendiri dengan serius.

"Dan dengan tujuan baik, aku ingin menyebarkan segala informasi yang aku tahu ini kepada dunia. Aku tidak ingin para penjahat berdasi ini menguasai dunia dengan senjata ini."

Ramon terus melihat videonya.

"Dan sekarang, aku lelah untuk berlari lagi. Setiap kali aku lari, mereka selalu menemukanku. Tidak ada tempat bersembunyi lagi di dunia ini. Aku tidak bisa menyebarluaskan semua bukti yang terdapat di memori ini karena mereka selalu menemukan cara untuk menghambat koneksi internetku dan membunuh hampir semua orang kepercayaanku. Karena itu, kau, diriku di masa depan, akan mengekspos semua kebusukan ini. File-file lain di memori ini, sebarkanlah. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi kepadaku setelah aku menghadap mereka di rumah ini. Tapi, apapun itu, aku yakin mereka tidak akan membunuhku. Mereka masih membutuhkan kecerdasanku untuk hal lainnya. Karena itu, aku memberikan petunjuk-petunjuk yang aku rasa hanya kaulah yang tahu. Sekarang, aku akan mengakhiri video ini dan mempersiapkan babak akhir yang akan menjadi awalmu. Berjuanglah, Ramon."

Video langsung selesai. Ramon langsung mengecek file sisanya dan menemukan bahwa file-file tersebut terdapat bukti-bukti eksperimen jahat yang dilakukan oleh badan inteligen negara serta data riset eksperimen. Ramon terkejut setelah membaca semua informasi tersebut.

Ketika tengah membaca, sekelompok orang berdiri di belakangnya. Mereka berjumlah lima orang dan memakai baju formal berwarna hitam. Seorang di tengah menepuk tangan.

"Bravo." Kata orang yang menepuk tangan tersebut.

Ramon langsung terkejut dan menoleh ke arah sekelompok orang tersebut.

"Tidakkah kau mengingat aku, Ramon?" Tanya orang yang berada di tengah.

"Kau siapa?!" Tanya Ramon panik.

"Kau yakin kau tidak mengingatku dan rekan-rekanku ini? Kami adalah partnermu, Ramon."

"Partner?"

"Ya, sebelum kau mengkhianati kita semua."

Ramon terlihat panik.

"Apa maumu?"

"Kami hanya ingin data yang sudah kau ambil dari kami. Itu adalah hak milik negara. Kau tidak berhak untuk menyebarluaskannya."

"Oh ya? Dan apa hak kalian untuk menyimpan rahasia ini?"

"Itu hak aku untuk menjaga keamanan negara. Kalau kau menyebarkan ini, maka kau tahu reaksi masyarakat terhadap pemerintahan. Sistem negara tentu akan hancur dan negara kita akan dicap jelek oleh dunia. Apakah kau menginginkan itu, Ramon?"

"Tapi tindakan kalian di luar kemanusiaan."

"Tidakkah kau sadar, Ramon? Semua kejahatan yang dibutuhkan ini hanyalah untuk kepentingan yang lebih baik."

"Lalu, apa aku terlihat peduli? Bagaimana jika aku menolak untuk bekerja sama dengan kalian?"

"Maka kau tahu apa yang akan kita lakukan."

Sang pria langsung mengeluarkan semacam pistol bius dari balik kemeja hitamnya. Ramon melihat tindakan musuhnya tersebut dengan panik.

"Baiklah, tapi aku ingin bertanya."

"Kau mau bertanya apa, Ramon?"

"Beberapa data yang berada di dalam sini merupakan hasil riset. Apa yang terjadi jika semua data ini menghilang?"

"Tentu saja tidak berpengaruh kepada kita. Kita hanya ingin bukti-bukti ini menghilang tanpa jejak."

Ramon mengamati musuhnya dengan serius. Setelah mendengar jawaban, Ramon langsung mengeluarkan kartu memorinya dari handphonenya. Tangan kanannya yang memegang memori langsung bergerak ke arah musuhnya. Jempol dan telunjuk yang menekuk menekan kartu memori dengan kuatnya.

Sang musuh mengambil kartu memori dengan jempol dan telunjuk yang menekuk juga. Kini, kedua tangan mereka saling menjepit kartu memori. Musuh Ramon memegang kepala memori sementara Ramon memegang bagian bawah memori. Sang musuh ingin mengambil, tapi tangan Ramon tetap menahan memori dengan kuat.

"Tapi, kenyataan berkata lain."

"Apa maksudmu?" Tanya sang musuh dengan ekspresi yang sedikit panik.

Ramon yang melihat ke arah musuhnya langsung tersenyum. Dengan cepat, ia menggerakkan tangannya dengan penuh tenaga ke bawah. Seketika, memori tersebut hancur karena tindakan Ramon. Musuh-musuhnya langsung panik melihat tindakan Ramon.

Mereka menunjukkan ekspresi kegagalan yang luar biasa. Ramon melihat mereka dengan penuh kepercayaan diri.

"Semua data yang kalian inginkan ada di sana, bukan? Membiusku, sengaja meninggalkanku di rumahku sendiri, membuatku amnesia, menyadari petunjuk di badanku ini, kalian menyadari sejak awal bahwa akulah yang akan membimbing kalian ke sini kan? Kalian memanfaatkan amnesiaku untuk mendapatkan file penting ini."

Musuh-musuhnya melihat ke arah Ramon dengan tatapan penuh amarah.

"Sudah kuduga. Sebelum aku amnesia, aku memindahkan semua data riset ini ke dalam memori ini, bukan sekedar mengcopy. Melihat keinginan kalian begitu besar terhadap data ini, aku yakin bahwa data yang kalian cari adalah segala yang kalian butuhkan untuk mengembangkan senjata kalian. Jika tidak, untuk apa kalian mengikutiku terus sampai ke titik ini?"

Para musuh menjadi terdiam mendengar perkataan Ramon.

"Sekarang, apa yang akan kalian lakukan tanpa data tersebut?" Tanya Ramon dengan nada penuh percaya diri.

Musuh utama menjadi marah besar.

"Sialan! Kau harus ikut kita kalau begitu!" Marah musuh utama sambil dirinya mengeluarkan pistol biusnya lagi.

Ramon dengan cepat langsung berdiri dan menerjang ke arah musuhnya. Mereka saling berebutan pistol. Keempat anak buah langsung membantu komandan mereka. Ramon dipukuli berkali-kali, tapi genggamannya tidak lepas dari tangan musuh utamanya.

Ketika tengah dipukuli, Ramon melihat ke arah balik kemeja hitam musuh utamanya. Ia melihat sebuah pistol yang tersimpan di balik celana. Dengan cepat, Ramon melepas tangan kanannya dan mengambil pistol tersebut. Setelah pistol terambil, Ramon langsung menembak perut musuh utamanya dengan cepat.

Musuh utama langsung kesakitan. Ramon dengan cepat menembak keempat anak buah lainnya di daerah perut juga karena posisi membungkuknya hanya memungkinkan ia untuk menembak area tersebut dengan akurat. Kelima musuh Ramon kesakitan dan Ramon berhasil keluar dari kerumunan musuhnya.

Ia melihat ke arah kelima musuhnya yang kesakitan dan terjatuh ke tanah.

"Apa kalian benar-benar menginginkanku untuk kembali? Apa yang kalian harapkan? Kepintaran yang berada di dalam otakku ini?"

Kelima musuh melihat ke arah Ramon.

"Jika itu yang kalian inginkan, maka coba dapatkan kejeniusanku ini sekarang!" Kata Ramon.

Setelah berkata begitu, Ramon mengarahkan pistolnya ke arak kepalanya.

"Tunggu!" Teriak musuh utama. "Jangan lakukan itu! Kami berjanji, kau akan kubebaskan sekarang!"

"Untuk apa, William?" Tanya Ramon. William yang heran kepada Ramon langsung melihat ke arah pin namanya yang kecil tercantum di kemeja hitamnya. "Aku tidak membutuhkan janji palsumu. Aku tidak akan menunduk kepada kalian lagi. seharusnya aku melakukan ini. "

"Tunggu dulu, Ramon!" Teriak William semakin panik.

"Sejak dulu dan sekarang." Sambung Ramon.

Setelah berkata begitu, Ramon langsung menembak kepalanya sendiri. Seketika, Ramon langsung tergeletak ke tanah. William dan anak buahnya langsung bangkit berdiri dan berlari menuju ke arah Ramon. Darah Ramon mengalir keluar dan merembes ke dalam tanah.

"Kita gagal, bos. Apa yang harus kita lakukan?" Tanya salah satu anak buah William.

"Kita kembali ke markas. Kita tentu akan mati seperti dirinya. Dan kita akan menghadapi itu secara profesional."

William dan anak buahnya kembali ke mobil hitam mereka yang sejak awal sudah mengintai Ramon tanpa Ramon ketahui.

END.


Continue Reading

You'll Also Like

473K 1.5K 47
🔞🔞🔞 warning sex!! you can cancel if you don't like it.This is only for the guys who have sensitive desire in sex.🔞🔞
28.9M 916K 49
[BOOK ONE] [Completed] [Voted #1 Best Action Story in the 2019 Fiction Awards] Liam Luciano is one of the most feared men in all the world. At the yo...
226M 6.9M 92
When billionaire bad boy Eros meets shy, nerdy Jade, he doesn't recognize her from his past. Will they be able to look past their secrets and fall in...