Sudut Ruang Hati

By wulantiwi

452K 5.4K 106

"Biarkan aku mengubah ketakutanmu menjadi kekuatanmu. Kesakitanmu menjadi kebahagiaanmu. Sampai kamu membuka... More

Sudut Ruang Hati
01: Kembali Sejenak
02: Pulanglah!
04: Kau dan Aku
05: Wulan
Bulan Si Gembul

03: Adrian

12.8K 806 13
By wulantiwi

"Katanya dia sekarang pake kerudung lho? Anak-anak seangkatan pada kaget," ucap salah satu teman seangkatannya.

"Wulan? Pake kerudung? Yang benar aja?" balas yang lainnya lagi.

Ia menatap ke sekelilingnya. Tadi Syameel izin ada urusan dengan Tika. Entah itu apa.

"Kamu mau kemana, Ki?" tanyanya kepada Rizki, salah satu teman dekatnya.

"Mau ke kosannya Tika sebentar," balas Rizki. Ia nampak terburu-buru. Apakah ada sesuatu?

Ia tak menghiraukannya. Ia langsung pergi ke kosannya Syameel. Bermain PS untuk melepas suntuk. Tapi ada rasa pensaran dalam dirinya. Entah mengapa ia ingin ke kosan Tika. Ada apa di sana? Kenapa Syameel dan Rizki pergi ke sana?

Dengan keberaniannya, ia pergi ke kosan Tika. Bukan untuk mampir, hanya ingin melihat. Mungkin meminjam kunci kamar Syameel akan bermanfaat.

Tak lama ia berada di depan kosan Tika. Terlihat seorang wanita memakai kerudung. Nampak berbeda. Nampak lebih... tidak. Ia tak boleh mengatakan hal itu.

"Assalamualaikum, Meel, aku pinjam kuncimu. Mau main," ucapnya to the point.

Syameel melemparkan kuncinya. Ia menangkapnya. Wanita itu pun tersenyum padanya. Senyumnya... aih... tak boleh, tak boleh. Jaga hati, pandangan dan pikiran. Hanya itu yang mampu ia lakukan.

Bayangan masa lalu terlintas jelas di pikiran lelaki itu. Lelaki yang berumur di penghujung dua puluhan dengan status jomblo fii sabilillah. Lelaki kece yang sebenarnya memenuhi kriteria mantu idaman yang dicari mertua. Sayang, setiap kali ada perjodohan atau ta'arufan, dirinya selalu mandek di tengah jalan. Ada keraguan di hatinya, walaupun dalam logika lelaki itu, tak ada yang bisa membuat para pria menolak perempuan yang sedang dijodohkan dengannya.

Adrian Rifky namanya. Lelaki itu memandang sebuah pigura di atas meja kerjanya. Sebuah foto studio yang berisi teman-teman semasa kuliahnya dulu. Teman-teman yang diusahakan menjadi teman hubban limaanan. Bertemu karena Allah dan berpisah karena Allah dan akan mencari jika salah satu diantara mereka tak ada di surgaNya. In shaa Allah.

Dan diantara lelaki itu, ada dua orang perempuan yang dijaga oleh mereka. Adrian memandang salah satu wajah perempuan yang sedang tersenyum itu. Perempuan yang sudah lama tak ia dengar kabarnya. Ya Allah, lindungilah ia dimanapun ia berada, doa Adrian dalam hatinya sambil memandang perempuan dalam sebuah lembar foto. Tak ada kata libur dalam mendoakan para sahabat, meminta yang terbaik bagi siapapun yang ia sayang, yang ia cinta. Termasuk perempuan itu. Walaupun dulu mereka suka beradu mulut.

"Memikirkan masa lalu apa memikirkan perempuan yang ada di dalam foto yang sedang menghilang?" goda seorang lelaki yang sudah masuk ke dalam ruangannya tanpa permisi. Adrian sudah ingin melempar protes. "Assalamualaikum warohmatullah, mas'ul."

"Wa'alaikumsalam warohmatullah," balas Adrian. Ia merebahkan punggungnya. Lelaki itu langsung duduk di meja seberang Adrian. "Jangan memanggilku seperti itu, jabatan itu sudah aku tinggalkan lama."

"Jabatan hanyalah jabatan, namun perjuanganmu dulu sungguh akan membengkas sampai kapanpun di benak orang-orang yang dipimpinmu," balas lelaki itu. Adrian melengos. Ia tak suka dipuji. Apalagi tentang masa lalu. "Maaf, aku memujimu," tambah lelaki itu. "Besok, in shaa Allah, di kafenya Saka bakalan ada pertemuan. Kau datang?"

"In shaa Allah," balas Adrian. Mantap. Sudah lama ia tak berkumpul dengan teman-temannya ini. Kesibukkan mereka menjadi alasan mengapa mereka jarang bertemu. Ditambah sahabatnya, Syameel, datang bersama keluarganya. Hanna dan Arsyad. Tapi... akankah Syameel membujuk perempuan itu untuk datang? Di pembicaraan terakhirnya dengan Syameel, Syameel akan mengusahakan untuk membawa perempuan itu kembali.

"Syameel akan berusaha untuk membujuk Wulan datang," tambah Nata, lelaki yang ada di depannya. Sahabatnya, teman kerjanya, sahabatnya Syameel dan sahabat dari perempuan itu. Adrian mengangguk. Mengerti. Selama empat tahun ini, hanya perempuan itu yang jadi topik hangat mereka, para sahabat yang mencemaskan keberadaannya. Mengkhawatirkannya. Bahkan tak ada kata lelah dalam mendoakannya. "Semoga ia datang."

"Amin..." balas Adrian tulus. Dia memandang foto itu lagi. Memandang perempuan itu yang sedang tersenyum. Namun ada kejanggalan di senyumannya. Adrian merasa ada yang ia tutupi. Dan itu benar. Empat tahun lalu, ketika sebuah notifikasi di grup WA memberitahukan ia keluar dari grup. Mematikan semua akun medsosnya dan juga memutuskan untuk mengganti nomor yang biasa digunakan untuk menghubunginya. Semua bingung, semua bertanya. Namun tak ada yang bisa menjawabnya. Hanya desas-desus yang ia dengar. Namun Syameel memberitahukan bahwa perempuan itu baik-baik saja. Jangan mencemaskannya. Berkali-kali Syameel ditanya dimana keberadaan perempuan itu, berkali-kali juga Syameel menolak untuk meberitahukannya. Amanah. Perempuan itu pintar memilih orang untuk merahasiakan keberadaannya.

"Kau mengharapkannya untuk datang?"

"Kau tidak?" tanya Adrian balik. Nata terdiam. Tadinya Nata ingin menggoda, namun pertanyaan Adrian yang tegas membuatnya terdiam. Bagaimana ia tak mengharapkan wanita itu datang? Padahal selama ini Nata lah yang mencarinya dengan getol. Sampai menunda pernikahannya. "Kita semua mengharapkan kedatangannya. Nggak ada yang nggak berharap untuk tak melihatnya kembali, Nat."

"Kau pandai bermain kata. Apakah ini akibat kau selalu bersilat lidah dengannya? Subhanallah," goda Nata. Adrian hanya bisa memelototkan matanya. Kena lagi. Apakah tak ada bahasan lainnya? "Jangan menyangkal, Yan. Kau pernah bertemu dengannya dan mengejarnya bukan saat di Kuala Namu?"

"Tomi?" tebak Adrian menyebut sebuah nama yang tak asing. Nama yang Nata dan Adrian sama-sama kenal. Nata hanya nyengir. Adrian hanya menggeleng, ember juga mulut Tomi itu.

"Jangan berkelit. Setiap ta'arufan atau perjodohan kau gagal, apa Wulan yang kau tunggu?" tanya Nata. Entah menggodanya atau menegaskannya. Adrian hanya menaikan kedua bahunya, berusaha tak menghiraukan. Padahal jauh dilubuk hatinya ada sesuatu yang belum terungkap, sesuatu yang hanya Allah yang tau tentang kebenarannya. Dirinya bahkan tak tau. Atau belum tau. Belum memutuskan. "Ingat umur, Yan. Kami, shabat-sahabatmu, alhamdulillah sudah menikah. Bahkan Iva akan melahirkan sebentar lagi. Kau?"

"Aku sedang berusaha juga," balas Adrian. Berkelit. Ia tau, pertemuan besok juga akan membahas dirinya. Pasti akan banyak orang bertanya kapan ia mulai berumah tangga? Bukannya mau mengejek atau gimana, Adrian tau jika sahabat-sahabatnya sangat menyayanginya. Sama seperti Adrian menyayangi mereka ketika berada di lembaga dakwah dulu. Mengingatkan mereka agar tak melenceng dari agama yang diajarkan. "Doakan secepatnya saja. In shaa Allah, aku akan menyusul."

¤¤¤

Adrian melangkahkan kakinya ke sebuah rumah mungil hasil jerih payahnya selama enam tahun bekerja. Rumah sederhana dengan pekarangan rumah yang lumayan besar. Beginilah hidup jika masih belum mempunyai istri. Pulang ke rumah tak ada yang menyambut. Sedangkan tetangga-tetangganya selalu disambut. Bahkan sampai disambut anaknya.

Adrian merebahkan dirinya di atas sofa. Memandang langit ruang santainya. Akhir-akhir ini, itulah yang ia lakukan, berbaring di atas sofa dan menatap langit. Bertanya dalam diamnya tentang keberadaan tulang rusuknya. Setiap sujud yang ia lakukan dan solat selalu terselip doa. Diantara yang banyak, ia meminta segera dipertemukan dengan pelengkap jiwanya.

Tapi ia tak pernah berburuk sangka. Allah mempunyai caraNya sendiri untuk mencintai hambaNya, maka jangan pernah berburuk sangka kepadaNya. Mungkin ia hanya diuji dengan waktu dan kesabaran adalah kuncinya. Sabar.

"Ya Allah, bila Engkau mengujiku dengan waktu, maka jadikan kesabaranku memiliki batas yang lebih panjang dari waktu yang Kau beri," pinta Adrian lirih. Adrian menghela nafas, ia bangkit dari tidurnya, menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Semoga Allah memberikan jalan yang terbaik bagimu, Adrian.

¤¤¤

Jangan menyerah saat doa-doamu belum terjawab. Jika kamu mampu bersabar, Allah mampu memberikan lebih dari apa yang kita minta.

¤¤¤

IG & Twitter: wulantiwi013

¤¤¤

"Dulu Abang pernah bertanya, jika kamu disuruh memilih, napasku atau napasmu? Hatiku atau hatimu? Hidupku atau hidupmu? Nadiku atau nadimu? Kebahagiaanku atau kebahagiaanmu? Diriku atau dirimu? Iya nggak?"

Raisa mengangguk. Dan ia sebal waktu itu karena suaminya lebih memilih dirinya. Egoiskah ia?

"Dan Abang menjawab, napasku. Hatiku. Hidupku. Nadiku. Kebahagiaanku dan diriku."

"Dan itu sukses banget buat kamu cemberut," goda Keenan. Raisa langsung mengerucutkan bibirnya. Kesal. "Kamu mau tahu alasannya?" tanya Keenan. Raisa hanya terdiam. "Karena dalam setiap napasku, ada napasmu. Dalam hatiku selalu ada hatimu. Dalam lembar hidupku selalu bertuliskan namamu. Dalam nadiku, terdapat nadimu. Dan dalam setiap kebahagiaanku, selalu ada kebahagiaanmu dan di dalam diriku, selalu ada kamu."

Hanya sebuah cerita dua anak manusia. Yang mencintai karenaNya.

Aku Dalam Dirimu telah terbit. Pesan 08812731411 atau pesab di shopee, tokopedia dan juga bukalapak. Ada gratis ongkir untuk beberapa layanan online shope.

¤¤¤

"Jika jalan yang kita tempuh dulu berbeda, apakah kita akan seperti ini?"

"Kita akan seperti ini," balas Adrian yakin.

Wulan memandang suaminya.

"Karena perihal kehidupan sudah tercatat di kitab Lauh Mahfuz. Jauh sebelum aku dan kamu lahir. Jauh sebelum kamu dan aku menjadi kita."

Sudut Ruang Hati sudah terbit. Pesan di tokopedia, bukalapak dan juga shopee. Free totebag. Bisa juga beli di IG di aepublishing_store dan dapatkan diskon 10 persen. Buruan, sebelum kehabisan.

¤¤¤

Continue Reading

You'll Also Like

176K 9.6K 28
Spin off: Imam untuk Ara cover by pinterest follow dulu sebelum membaca.... ** Hari pernikahan adalah hari yang membahagiakan bagi orang banyak,namun...
4.4M 270K 60
[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Hana di deskripsikan sebagai gadis nakal pembuat onar dan memiliki pergaulan bebas, menikah dengan seorang pria yang kerap...
657K 20.2K 53
Kesalahan karena kabur dari Mesir saat pendidikan membuat seorang gadis terpaksa dimasukkan ke sebuah pesantren ternama di kota. namun karena hadirny...
156K 9.1K 34
{follow terlebih dahulu sebelum membaca} 📌 Dilarang untuk plagiat karena sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha melihat. kisah ini menceritaka...