The Leuco

By Dillaft

2M 129K 8.2K

Stella telah membuat kesepakatan dengan seorang pria tua yang bersedia menyembuhkan penyakit ibunya, tetapi d... More

Prolog
Chapter 1: The chosen
Chapter 2: Robed man
Chapter 4: The nation Leuco
Chapter 5: Partner?
Chapter 6: Practicing sword
Chapter 7: Search a partner
Chapter 8: Azura
Chapter 9: Fighter
Chapter 10: What's wrong with Moriz?
Chapter 11: Wing?
Chapter 12: The tournament
Chapter 13: Mosa
INFORMATION
VOTE COVER
OPEN PRE ORDER
OPEN PRE-ORDER LAGI!
OPEN PRE-ORDER WITH NEW COVER

Chapter 3: Escape

74.8K 9.1K 189
By Dillaft


Sang Pangeran terus memandang wajah Stella yang sedang terbaring lemas di hadapannya. Sudah tiga hari dia menjaga gadis itu. Bahkan dia tidak tidur sama sekali demi menunggu mata Stella terbuka. Bagi Pangeran, entah mengapa waktu sangat lama berjalan semenjak tiga hari yang lalu. Dia sungguh tak sabar Stella segera siuman. Indentitas gadis berambut cokelat kemerahan itu sangat membuatnya penasaran.

"Pangeran," panggil seorang lelaki di depan pintu kamar. Dia menunduk hormat padanya.

"Ada apa?" tanyanya dengan datar.

"Anda di panggil Yang Mulia Raja."

Pangeran lantas menghela napas mendengarnya. Dia terdiam cukup lama. Sehingga membuat lelaki yang merupakan Pelayan setia Ayahnya itu harus menunggu di depan pintu. Pangeran akhirnya membalas, "Aku akan segera menemuinya. Pergilah."

"Baik, Pangeran," jawab si Pelayan. Lelaki tua itu kemudian menunduk hormat kembali lalu pergi.

Sebelum Pangeran pergi, dia menatap wajah Stella. Cukup lama. Juga tanpa bersuara. Pria berjubah itu seolah mengatakan sesuatu melalui tatapan yang tentu tertuju pada Stella. Sudah dipastikan bahwa itu hanya berakhir sia-sia. Angin bahkan tak bisa melihatnya.

Pangeran lantas berjalan keluar dari kamar. Dia melangkah menuju ruangan di mana singgasana sang Raja berada. Wajah tampan yang tak memiliki ekspresi itu terarah ke depan. Tatapan matanya begitu tak terbaca. Seolah hanya ada warna hitam di hidupnya.

"Lord," sapa Pangeran itu sambil menunduk hormat setelah sampai di sebuah ruangan dan berdiri di hadapan singgasana sang Raja.

"Aku dengar kau membawa seorang gadis ke kastil. Siapa dia?" tanya Raja yang, Ayah sang Pangeran. Di samping Raja, Ibu dari Pangeran sedang berdiri sambil memandangi puteranya. Di sana juga terdapat para tetua kerajaan.

"Aku tidak tahu, tapi ada kemungkinan, dia adalah salah satu dari yang terpilih."

"Benarkah? Bawa gadis itu ke sini. Aku ingin menyambutnya."

Wajah Pangeran berubah suram, "Aku memanahnya dengan panah beracun, dan sampai sekarang dia belum siuman."

Lantas pernyataan Pangeran mengejutkan semua orang yang ada di sana. Terutama sang Raja. Kini raut kemarahan terlihat jelas pada tatapan matanya, "Bodoh! Begitukah caramu menyambut seorang tamu yang sangat penting?"

"Aku tidak tahu kalau panah itu beracun. Aku tak punya pilihan lain selain memanah gadis itu saat mencoba untuk kabur. Karena jika aku tidak melakukannya, dia akan masuk ke wilayah bangsa Atro. Aku tidak akan biarkan hal itu terjadi."

"Tak heran kalau gadis itu kabur dari Pangeran, my Lord. Itu hal yang wajar karena dunia kita dengan dunianya sangat berbeda. Tindakan Pangeran memang sudah melewati batas. Tapi, menyalahkannya tidak akan membawa pengaruh terhadap kesadaran gadis itu. Kita hanya harus memberikan pengobatan terbaik agar dia cepat pulih."

"Itu benar, my Lord," kata sang Lady membenarkan perkataan seorang pria tua yang merupakan penasehat Raja.

Pangeran mengalihkan pandangannya malas. Merasa hanya membuang-buang waktunya di sini. Sebelum penasehat itu berkata, dia sudah lebih dulu memberikan pengobatan yang terbaik untuk Stella.
"Aku harus pergi untuk melihat keadaan gadis itu," jawab Pangeran. Setelah mendapatkan anggukan dari Raja, Pangeran menunduk rendah dan melangkah pergi menuju kamarnya.

Saat Pangeran sudah berdiri di depan pintu kamarnya, dia diam membisu. Stella.

Cukup lama Pangeran larut dalam kemarahan sebelum akhirnya dia memanggil, "Darius!" dengan suara yang sangat keras.

Suara sang Pangeran yang menggema hingga di ruang pengobatan membuat Darius lari tergesa-gesa menghampiri Pangeran. Dia menunduk lalu berkata, "Ya, Pangeran?"

"Di mana gadis itu? Dia sudah sadar?"

"Aku tidak tahu, Pangeran. Bukankah Pangeran yang menjaganya? Lagi pula tidak mungkin dia sadar secepat itu."

"Kau tahu, Darius, kalau bukan jawaban itu yang kuinginkan."

Darius menunduk takut saat mendengar suara Pangeran. Perkataan pria berjubah itu seperti menyiratkan ancaman untuknya, "Aku ti-tidak tahu, Pangeran."

Mata emerald Pangeran berkilat amarah, "Bodoh! Cepat cari dia!" katanya. Dia berlari berpencar dengan Darius. Mereka mencari ke semua ruangan di kastil. Juga memerintahkan para warrior untuk membantu mencari keberadaan Stella.

Pangeran masuk ke dalam ruang penyimpanan makanan. Dia berjumpa dengan Grey, tangan kanannya, dan beberapa Pelayan kastil.

"Kau butuh sesuatu, Pangeran?" tanya Grey.

"Diam kalau kau tidak ingin aku memotong lidahmu," jawab Pangeran yang sedang tidak ingin di buyarkan konsentrasinya.

Tak lama kemudian, Darius datang saat Pangeran hendak meninggalkan ruangan. Tabib itu berkata, "Gadis itu tidak ada di kastil, Pangeran. Aku sudah memeriksa ke semua ruangan."

"Bagaimana ciri rupa fisik gadis itu? Mungkin aku sempat melihatnya." sahut Grey, penasaran dengan gadis yang di cari oleh Pangeran.

"Dia adalah gadis yang di bawa Pangeran tiga hari yang lalu!" ujar Darius. Pria itu sesekali melirik sang Pangeran saat kemarahan masih terlihat di wajahnya.

"Dia menghilang?" tanya Grey terkejut. Dia lalu memanggil seorang Pelayan pria saat teringat sesuatu, "tadi kau memberitahuku bahwa kau bertemu dengan seorang gadis padaku, kan? Kau juga mengatakan bahwa gadis itu terlihat asing. Apa gadis itu memiliki rambut berwarna cokelat kemerahan?" tanyanya kemudian.

"Ya, Tuan. Tadi aku bertemu dengan gadis itu. Aku pikir dia budak luar kastil, tapi aku tidak yakin ada seorang budak secantik dia. Dia seperti ketakutan saat bertemu denganku--"

Merasa cukup dengan penjelasan pria itu, Pangeran lantas memotong perkataannya dengan berucap, "Siapkan kudaku."

~~~

Stella memperhatikan orang-orang di sekitarnya, menatap pakaian aneh yang dikenakan oleh orang-orang itu. Rumah-rumah yang ada di sana pun memiliki bentuk yang sangat aneh.

Melihat situasi yang sangat ramai ini, Stella beranggapan bahwa sekarang dia sedang berada di pasar. Begitu banyak proses jual-beli terjadi di sini. Cara mereka berinteraksi pun beragam. Bahkan Stella melihat peristiwa pencurian secara langsung. Oh, Tuhan sebenarnya di dunia manakah di berada?

"Pencuri!"

"Bunuh saja dia!"

Stella menoleh saat mendengar keributan. Di lihatnya kerumunan orang yang mengeluarkan berbagai umpatan yang berbeda.

Dia berjalan menghampiri kerumunan itu. Stella menerobos masuk ke dalam, dan terkejut kemudian saat melihat seorang pria berbadan besar sedang memukul seorang pria yang kini wajahnya sudah di penuhi dengan bercak darah.

"Hentikan. Apa yang kau lakukan? Tidakkah kau kasihan melihat kondisinya?" tanya Stella yang dengan penuh keberanian menghampiri pria berbadan besar itu.

Pria itu lantas berhenti meneruskan pukulannya. Dia menoleh pada Stella, dan secepat itu pula seringaiannya terlihat, "Seorang budak miskin tidak pantas untuk di kasihani. Lagipula dia pencuri," katanya. Pria berbadan besar itu memiliki wajah yang menyeramkan. Jika dilihat dari pakaiannya, dia hanya seorang rakyat biasa. Pria itu memiliki sebuah tato kecil di jidatnya, terlihat seperti gambar seekor bunglon.

"Kau punya bukti kalau dia pencuri?" tanya Stella sengit.

"Pergilah, Nona. Atau kau akan ikut merasakan pukulanku juga."

Orang-orang di sana kembali bersorak riuh. Merasa kesal dengan tingkah Stella yang terkesan 'sok pahlawan'. Mereka berseru agar Stella angkat kaki dari sana.

"Aku tidak--hey, apa yang kau lakukan?" tanya Stella marah saat pria berbadan besar itu menarik selimut yang menutup tubuhnya hingga terlepas.

"Oh. Pantas saja kau sombong. Kau seorang anggota kerajaan, ya? Asal kau tahu saja, Nona, wanita cantik sepertimu sangat tidak baik menjadi orang sombong," kata pria itu dengan nada meledek. Semua orang tertawa karenanya.

Perkataan pria itu membuat Stella heran. Tak butuh waktu yang lama bagi Stella mengerti mengapa pria itu mengira dirinya anggota kerajaan. Ternyata Stella mengenakan gaun kuno berwarna cokelat. Hal ini membuat Stella cukup kesal.

"Kau lah yang sombong. Seberapa kaya dirimu sehingga kau berhak memukul seorang budak miskin?" tanya Stella, memanfaatkan gaun kuno itu agar dia terlihat seperti gadis yang berasal dari kelas tinggi.

Namun, apa daya. Pria berbadan besar itu sudah terlihat muak dengan tingkah Stella. Dia mendorong gadis itu agar tidak ikut campur dengan permasalahannya. Stella terbatuk. Luka di lengan kanannya terasa perih saat bersentuhan dengan pasir. Wajahnya menjadi pucat kembali.

"Pungkas pencuri itu!"

"Ya. Rajam dia!"

Orang-orang di sana berteriak gembira, terlihat begitu berhasrat untuk melenyapkan nyawa si budak miskin yang malang itu. Mereka melempar pria yang penuh luka-luka itu dengan batu.

Stella berlari menuju pria itu, melindungi pria itu dengan tubuhnya. Tindakanya itu membuat dia lah yang terkena imbasnya. Stella meringis saat tubuhnya di lempar dengan banyak batu. Pelipisnya pun sudah mengeluarkan darah.

Si budak lantas merasa bersalah juga merasa terharu menerima bantuan Stella. Dia berdongak menatapnya, "Pergilah, Nona. Kau terluka," lirihnya berbisik. Banyaknya luka di wajah pria itu membuat Stella tak dapat mengenali wajahnya.

"Aku baik-baik s-saja," jawab Stella berusaha menahan sakit.

"Hei, hentikan! Pangeran datang!"

Seruan salah seorang di pasar membuat kerumunan orang itu bubar seketika. Saat sudah tak ada lagi batu yang terlempar, Stella jatuh terduduk lemah.

Terlihat rombongan kuda sang Pangeran datang ke pasar. Orang-orang berlutut di sisi jalan, memberi penghormatan mereka pada pria itu.

Pangeran datang bersama Grey, pengikut setianya, Darius, dan beberapa warrior di belakangnya.

Pangeran melewati pasar dengan wajah datar. Sembari melihat keadaan pasar, Pangeran tak sengaja melihat keberadaan seorang gadis saat mengedarkan pandangan. Menyadari bahwa gadis itu Stella, dia terbelalak saat melihatnya terbaring lemas di tanah.

Pangeran turun dari kuda dan segera mungkin menghampiri Stella. Khawatir dan marah, itulah yang dirasakannya saat melihat darah di dahi gadis itu.

"Siapa yang melakukan ini?" tanya Pangeran. Suaranya yang terdengar murka membuat orang-orang di pasar menunduk takut, "salah satu di antara kalian setidaknya harus memberitahuku pelakunya. Karena jika aku tidak mendapatkan jawaban, aku akan memenggal kalian semua!" lanjutnya.

Orang-orang di sana gemetar ketakutan. Mereka saling bertanya dan menyalahkan. Mendengar helaan napas sang Pangeran membuat mereka segera bertindak. Beberapa yang orang yang menyaksikan kejadian mendorong pria berbadan besar tadi ke hadapan Pangeran.

Pangeran mengangkat alisnya saat pria yang sudah di yakini adalah pelaku yang membuag Stella terluka itu jatuh berlutut di hadapannya.

"Maafkan aku, Pangeran." Kini badannya tak segarang wajahnya. Pria itu menangis memohon ampun sang Pangeran, "kumohon ampuni aku, Pangeran. Aku tidak berniat melukai gadis itu. Dia bersikeras melindungi seorang pencuri," lanjutnya.

"Bawa dia ke kastil dan penggal kepalanya," ujar Pangeran. Pria berbadan besar itu lantas menangis histeris saat warrior membawanya.


Stella yang masih merasakan sakit hanya bisa menyimak sedari tadi, namun akhirnya dia memutuskan untuk angkat bicara, "Kau pikir kau siapa ingin mencabut hak hidup seseorang?" tanyanya pada Pangeran.

Pangeran menoleh pada Stella, "Bodoh," katanya. Dia menghampiri gadis itu dan menggendongnya.

"Sia-sia saja usahaku untuk kabur darimu, tapi aku memang membutuhkan pertolongan," kata Stella. Sungguh kesal yang tak bisa di lampiaskan. Ingin sekali rasanya Stella memukul pria berjubah itu. Dia berdongak menatap wajah sang Pangeran. Pahatan rahangnya yang tajam membuat Stella berpikir dua kali kalau ingin memukul wajahnya.

"Hey, kau," panggil Stella sehingga Pangeran menatapnya, "bawa pria yang terluka itu ke rumah kunomu. Dia juga membutuhkan pertolongan," lanjutnya.

Melihat wajah lemah Stella membuat Pangeran tak kuasa untuk menolak, "Dasar bodoh. Darius, bawa pria itu."

"Mengapa kau sangat sering mengataiku bodoh?"




______________________________________

Aku rindu pangeran Eros:(

Love untuk pembaca setia the leuco, muach

-Dilla

Continue Reading

You'll Also Like

454K 51.4K 60
WARNING!! BXB AREA. MOHON MENJAUH JIKA ANDA HOMOPHOBIA! CERITA INI 100% KARANGAN SEMATA. HANYA FANTASI. TOLONG BEDAKAN MANA YANG FAKE DAN REAL. WARN...
432 129 18
Aku merasa jika hidupku tidak berguna dan tidak ada harganya. Tetapi hal itu tiba-tiba saja berubah, aku yang awalnya merupakan manusia tidak berdaya...
5.9K 844 10
Ria, seorang gadis penulis kisah Castilia Academy dan Come Back, harus merasakan kebisingan dunia saat semua tokoh dalam cerita yang ia tulis, menero...
303 111 5
[T A M A T] 〰️〰️〰️〰️〰️〰️ Mangga dibaca. Kalau enggak😒😒😒 hmmm Cover by canva🤪