Time

By Lavender-moon

152K 8.4K 547

Hyuuga Hinata gadis pemalu dan tak menarik semasa SMA. Tapi semua berubah saat takdir mulai berbicara, tak ak... More

wedding
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
17
18
19
20
21

16

4.2K 281 33
By Lavender-moon

Disc. : MK
Warning: typo, occ, dll

Hinata menatap gaun pernikahannya. Sudah dua hari ini Hinata telah menemukan buku diary miliknya. Naruto pagi itu datang dan membawa buku yang ia cari. Buku diary miliknya.

Hinata tersenyum ternyata Naruto yang menemukannya. Tak hanya sebuah buku melainkan sebuah album yang menampilakan potret dirinya.

Potret dirinya bermain biola di kawasan Shibuya pun ada. Hinata tersenyum tanpa menghiraukan kehadiran Naruto disampingnya.
Naruto mendekatinya, memandangi Hinata yang menurutnya semakin berkilau. Tanpa ragu, Naruto meraih pinggang langsing calon istrinya. Hinata memandang Naruto, wajahnya kini begitu dekat, rona merah menjalari wajahnya. Naruto yang melihatnya hanya menyeringai,semakin menginvansi jaraknya dengan Hinata. Hinata memejamkan Lavendernya. Cukup lama dirinya menanti, tapi yang diharapkan tak kunjung tercapai. Sedikit penasaran Hinata membuka kedua Lavendernya dan mendapati Naruto tersenyum jahil.

Hinata menunduk malu, Naruto terkekeh geli. " Kau mengharapkan ini". Naruto menyentuh bibir ranum calon istrinya. Hinata menjadi gelagapan dan langsung bangkit,tak lupa membawa gaun pernikahannya untuk di coba.

Sampai didalam kamar pas, Hinata memegangi dadanya yang mendadak sesak. Senyum kembali menghiasi wajahnya.

Album yang Hinata pegang terjatuh, dan memperlihatkan ketiga dari terakhir. Hinata membulatkan Lavendernya. Melihat potret dirinya sendiri. Hinata menutup mulutnya, dirinya merasa tak asing dengan potret seorang pria yang sedang menciumnya.

" I- ini". Ragu kini menyelimuti dirinya. Hinata menatap lekat album foto yang diberikan oleh Naruto kepadanya. Album yang katanya dibuat penuh dengan cinta oleh calon suaminya itu.

.

.

.

Sasuke mengobrak- abrik kamarnya. Pakainan ia lempar ke sana- sini. Bahkan kamarnya sudah tak berbentuk seperti kamar, melainkan seperti gudang.

Mikota, ibunya hanya menggeleng melihat kelakuan putra bungsunya. Sudah dua hari ini, putranya itu sibuk mencari- cari sesuatu. Mikota hanya menatap bosan putranya. Tanpa berniat membantu, Uchiha Mikoto pergi meninggalkan putranya itu.

Sasuke mengacak- acak rambutnya frustasi. Sasuke merasa tak nyaman jika barang itu belum ditemukan. Belum lagi mendengar kabar pernikahan Hinata dan Naruto. Gadis yang ia cintai memutuskan melabuhkan hatinya pada pria yang ia sukai semasa KHS. Memandang kosong satu titik, potret gadis yang ia cintai, tersenyum senang memegang sebuah buket bunga mawar. Surai idigonya menambah kesan manis. Potret yang dia ambil di salah satu toko bunga.

Flash back on

Sasuke melintasi kawasan pertokoan, dirinya hendak pergi menemui rekan bisnisnya. Sasuke yang duduk di bagian penumpang, memandang sekitar tak sengaja onixnya menangkap sosok gadis yang ia sukai.

Sasuke menyuruh sopirnya berhenti. Sasuke memandang tak.bosan kearah gadisnya. Hinata mencium aroma bunga mawar itu, terpaan angin mengibarkan surai indigonya. Sasuke memotretnya untuk mengabadikan momen tersebut.

" Kau selalu cantik dimataku". Sasuke tersenyum dan perlahan mobilnya kembali melaju meninggalkan kawasan itu. Meninggalkan Hinata yang nampak bahagia.

Flash back off

.

.

.

Hinata keluar dari baju pas, Gaun putih membalut tubuhnya, Naruto menganga melihat Hinata. Dimatanya gadis itu begitu cantik, Satu hal yang membuatnya heran, Tak ada senyum yang menghiasinya.

Naruto yang telah mengenakan tuxedo hitam itu, mendekati Hinata. Meraih pinggang Hinata, Hinata menundukkan wajahnya. Hatinya berdebar tapi sisi lain mengatakan dia ragu.

Naruto mengangkat dagu Hinata, memberitahukan gadisnya untuk menatap safirnya. Hinata menurutinya, wajahnya diliputi kesedihan.

" Kau sakit". Naruto masih memandangi kedua manik Lavender itu. Hinata hanya menggeleng pelan. Sedikit lesu dia melepaskan tangan kekar yang melingkari pinggangnya. Naruto sedikit menaikan alis sebelahnya. " Aku ingin pulang". Hinata kembali memasuki kamar pas. Tanpa niat melepas gaun pengantinnya, keluar tanpa menunggu Naruto. Dirinya pergi begitu saja.

Naruto yang seleseai melepas pakainnya, dibuat heran dengan Hinata. ' apa mungkin aku membuat kesalahan' ungkap Naruto.

.

.

.

Hinata berjalan tanpa tahu arah, berjalan dengan tatapan kosong. Bahkan saat menyebrangi jalan, Hinata terkesan asal tanpa menunggu lampu lalu lintas. Berjalan tanpa memperhatikan, bahkan suara klakson tak didengarnya.

Masih berjalan tanpa rasa bersalah, pandangan sayu seolah menahan air mata. Sebuah mobil hitam melaju cepat, Hinata sudah diperingati berulang kali tapi tetap tak dihiraukan. Para pejalan kaki yang lain sudah berteriak memperingati tapi Hinata belum tersadar. Hingga mobil itu berjarak sangat dekat, barulah Hinata sadar, kakinya tak bisa digerakkan seolah mati rasa. Hinata hanya memjamkan manik Lavendernya. Mungkin inilah akhir jawaban. Tanpa dimilik oleh siapapun, dan dirinya tak perlu memilih.

Bruakkk

Tinnnnnnnnn

Suara klakson seperti sirine kematian , jalan itu mendadak ramai para pejalan kaki mengerubuni korban kecelakaan. Prngendara yang lain harus bersabar karena kemacetan terjadi.

Hinata terlempar jauh darah membanjiri jalan tersebut. Pejalan kaki mengerubungi peristiwa kecelakaan tersebut.

Ambulans datang membawa tubuh ringkih Hinata. Dengan sigap petugas itu langsung melajukan ambulans cepat, berharap tak terjadi keterlambatan.

.

.

.

Ruangan serba putih adalah pemandangan pertama yang Hinata lihat. Disampingnya calon suaminya memegang jemarinya. Sedang Neji tertidur di sofa ruang rawatnya.

Hinata menyentuh dahinaya, perban membalut lukanya. Beruntung luka kecelakaan tak terlalu parah. Hinata perlahan melepaskan tautan jemari Naruto, menuruni ranjang rumah sakit tanpa membangunkan kedua pria yang telah kerepotan mengurusinya.

Membuka pintu ruang rawatnya, Hinata berjalan keluar ditengah malam. Hinata mencari sebuah tempat yang nyaman. Langkahnya menuju taman rumah sakit.

Udara dingin menyapa indra perabanya. Tubuhnya mendadak kedinginan. Sekuat tenaga Hinata tetap melangkah tanpa memperdulikan tubuhnya. Dia terlalu bosan dikamar. Terbaring seharian membuat tubuhnya terasa pegal.

Hinata duduk memandang bulan dari taman rumah sakit. Sibuk memandangi bulan, Hinata tak menyadari kehadiran seseorang. Cukup lama Hinata tak menayadari sampai sebuah jas membingkai tubuhnya.

Hinata langsung mengalihkan perhatiannya, Hinata membulat sempurna. Disampingnya Uchiha sulung tersenyum simpul kearahnya.

" Kau kedinginan".Itachi mengelus surai indigo gadis yang dicintainya.

" Kenapa di sini". Hinata memiringkan kepalanya. Rasa penasaran menyelimutinya.

"Tentu saja menjengukmu". Ungkap Itachi. " Sebenarnya bukan hanya dirimu tapi Sasuke". Itachi beralih menyetuh pipi chubby Hinata.

" Sa- Suke?". Hinata masih memandang Itachi.

"Kau tak tahu". Itachi mengernyit.

Hinata hanya menggelengkan kepalanya. Hinata tak mengetahui perihal keadaan Sasuke.

"Lebih baik kau tak tahu". Itachi kembali tersenyum. " Hinata, ingatkah dengan suasana ini". Itachi ikut memandang bulan.

Hinata tak menjawab bukan berarti tak mendengar ucapan Itachi. " aku menyatakan perasaanku padamu di taman rumah sakit kota Paris, kau menerimaku tapi seminggu kemudian aku ketahuan tidur dengan wanita lain". Itachi seolah mengucapkannya dengan penyesalan. Itachi ingin mengulang waktu dan tak melangkah pergi ke tempat terkutuk itu.

" Aku sudah memaafkanmu Itachi-kun, tapi bukan berarti kita bisa kembali, sekarang aku seorang perempuan yang sedang menyambut pernikahan ". Hinata menyandarkan kepalanya dibahu Itachi.

" Aku akan menikah dengan pria yang pernah kusukai, rasanya seperti ribuan bunga tumbuh dihatiku, rasanya sangat bahagia". Hinata mengucapkannya berusaha menutupi sesuatu, hatinya masih sedikit mengganjal.

" Akhirnya impianmu terwujud, aku turut bahagia mendengar kabar itu". Itachi mengelus surai indigo milik Hinata.

" Maaf, dulu aku langsung lari darimu Itachi- kun ". Hinata memejamkan Lavendernya. Dirinyamerasa nyaman dalam perlindungan Itachi, seorang pria yang telah dianggap sebagai seorang kakak baginya. Bukan sebagai kekasih seperti dulu.

" Tidak apa". Itachi menarik nafas pelan dan mengeluarkannya perlahan. " Aku siap menerimamu jika Naruto mencampakanmu". Itachi sedikit tersenyum bermaksud menggoda Hinata.

Hinata tertawa kecil sambil mencubit lengan Itachi. Pria itu hanya tersenyum tanpa rasa sakit. " aku tak sudi". Hinata mengucapkannya bermaksud membalas Itachi yang telah menggodanya.

Itachi dan Hinata tertawa bersama dibawah sinar bulan di taman rumah sakit. Keduannya seolah tak memiliki sebuah dendam.

Saat dirimu memaafkan saat itulah kau menemukan sebuah ketenangan. Saat hatimu terbuka disitulah kenyamanan tercipta.

.

.

.

Neji mengerjapkan Lavendernya, dan menyesuaikan cahaya lampu rumah sakit. Dirinya panik setelah melihat Hinata tak berada di ranjang rumah sakit.

Neji melangkah cepat menuju sebuah tempat sebagai tujuan sepupunya. Neji yakin Hinata sedang memandang bulan di taman rumah sakit. Hinata selalu menyukai suasana malam.

Neji menajamkan indera penglihatnya saat mendapati Hinata bersandar di bahu seorang pria. Neji mendekat untuk melihat rupa pria itu. Semakin dekat Neji melihat Uchiha sulung yang disamping sepupuya. Neji ingin membangunkan Hinata atau Itachi tapi niat itu diurungkannya. Neji mengetahui hubungan keduannya saat di Paris. Hinata pernah menjadi kekasih Itachi. Bahkan restu pernah Neji berikan untuk Itachi. Namun sayang pria Uchiha itu pernah menyimpan wanita diranjangnya. Hal itu membuat Hinata kecewa dan melarikan diri tanpa memberi tahu sebabnya pada Itachi.

Neji yakin Hinata tak memiliki perasaan apapun untuk Itachi. Neji kemudian ikut duduk disalah satu bangku taman. Memandang kedua sejoli yang ia yakini telah memaafkan satu sama lain. Neji tersenyum kearah keduanya, sebuah senyum kasih sayang untuk sepupunya.

.

.

.

" Hey Shikamaru". Sai tiba di lobi rumah sakit, segera.bergabung dengan Shikamaru yang lebih dulu akan memasuki lift.

Shikamaru menghentikan langkahnya, menunggu Sai memasuki lift yang sama dengannya. Shikamaru masih bertampang malas sedikit mengantuk .

Gaara tiba setelah beberapa menit Sai datang, Gaara pun bergabung dengan kedua sahabatnya. Ketiganya berada dalam satu lift , bermaksud menjenguk sahabatnya sekaligus putri dari Hyuuga Hiasi.

Mereka.memutuskan menjenguk sahabatnya lebih dulu, bukan gadis yang mereka cintai. Bagi ketiganya sahabat adalah prioritas utama.

Shikamaru menatap Sasuke bosan, Sasuke dalam keadaaan baik tapi entah mengapa belum sadarkan diri sejak peristiwa kecelakaan itu. Sasuke pengusaha muda menjadi tameng untuk putri tunggal Hyuuga Hiasi. Setidaknya pemberitaan itu sedang ramai diperbincangkan oleh media masa. Bahkan secara tidak sengaja pejalan kaki ada yang mengabadikannya melalui vidio ponsel dan menguploadnya, alhasil berita tersebut menyebar luas.

" Lalu bagaimana Hinata". Gaara bertanya tapi entah pada Sai atau Shikamaru.

" sudah membaik". Ungkap Shikamaru. " lebih baik kita menjenguknya sekarang". Shikamaru langsung pergi meninggalkan kedua sahabatnya. Gaara menyusul dan Sai pun menhikuti Gaara.

Ruang rawat milik Hinata tak terlalu jauh, Ketiganya berjalan santai sambil memasukkan tangannya ke saku celana. Para perawat mulai tebar pesona terhadap ketiganya. Dan hari ini para perawat telah berdandan ekstra ketika mengetahui putri tunggal Hyuuga di rawat di rumah sakit ini. Para perawat berfikir ' akan banyak pengusaha tampan yang berkunjung'.

Ketiganya sampainya di ruang rawat Hinata, disana Hinata duduk sendirian. Bersandar pada kepala ranjang. Sambil membuka sebuah buku diary bermotif bunga lavender.

Sai masuk tanpa permisi, membuat Hinata terkejut diawalnya. Namun begitu mengetahui ketiga pria dihadapnnya, Hinatapun menyambutnya dengan sebuah senyuman.

Sai duduk didekat Hinata, Shikamaru lebih memilih memperhatikan gadis itu dari sofa sedang Gaara berada didekat jendela rumah sakit.

" Kau sudah baikan". Sai menatap lembut Hinata.

" Eum". Hinata melanjutkan kembali aksi membaca sebuah tulisan dari buku yang dipegangnya.

" Itukah buku yang kau cari". Sai bertanya menghilangkan rasa penasarannya.

" Iya, ternyata selama ini ada bersama Naruto". Hinata menutup buku itu dan mendekap buku tersebut. Hinata memejamkan lavendernya dan tak berapa lama membukanya kembali.

" Tak hanya buku, Naruto- kun juga memberikan album yang berisi potretku, ternyata dia seorang Stlaker selama ini". Hinata tertawa pelan kearah Sai.

"Aku turut bahagia, akhirnya kau akan menikah dengan Naruto". Sai ikut terkikik. " Bolehkah aku melihat hasil jepretan si kuning itu.

Hinata tersenyum pelan dan mengabil sebuah album di bawah bantalnya. " Lihatlah". Hinata tersenyum. " Tapi ada satu yang tak ku mengerti, dibagian tiga halaman dari belakang". Hinata menyodorkan album itu pada Sai.

Sai menerima album yang katanya buatan Naruto. Sai membukannya satu persatu. Semakin kebelakang Sai mengernyit bingung. Sai seorang seniman dan tentunya sahabat dari Naruto mengetahui jelas itu bukan hasil jepretan dari Naruto. Melainkan dari seseorang yang sangat dekat dengannya. Sai pernah melihatnya beberapa kali tapi Sai lupa album ini milik siapa.

Shikamaru merasa ada yang aneh dengan raut wajah sahabatnya. Shikamaru mendekati Sai dan ikut melihat arah pandang Sai. Di sana seorang gadis yang terlelap dan pria bersurai gelap mencium sang gadis.

Di potret itu terlihat jelas bahwa itu Sasuke dan Hinata yang berciuman. Jika itu milik Naruto, kenapa Naruto mengabadikan potret Sasuke dan Hinata yang berciuman . Seharusnya hanya ada Naruto dan Hinata.

Gaara yang tak lama bergabung pun terkejut melihat potret itu. Gaara dan yang lainnya saling pandang. Ketiganya merasa ada keganjilan disini.

" Ada apa dengan kalian". Hinata nampak penasaran.

" Hinata". Sai memanggil nama Hinata. Tak lupa tatapan sendu. " Entah kau percaya atau tidak, tapi album ini milik-- belum sempat Sai menyelesaikan ucapannya Naruto telah datang menyela Sai.

" Hime,sudah bangun". Naruto meletakkan bungkusan kue coklat di atas meja rawat milik calon istrinya. Naruto mengecup pelan dahi Hinata. Dan setelahnya menatap tajam kearah sahabat- sahabatnya. " Lebih baik kalian segera pergi, aku hanya ingin berdua dengan calon istriku". Ucapan Naruto membuat Hinata menunduk malu.

Shikamaru bersama Sai.dan Gaara meninggalkan ruangan Hinata sedikit malas. Ketiganya merasa belum berbincang lama dengan Hinata.

Ketiganya berjalan santai kearah lift. Tujuannya kini beraktifitas dan menyibukkan diri dengan setumpuk dokumen.

"Rasanya ini sedikit tak adil". Gaara menyuarakan ketidaksukaannya.

"Aku benci berbuat curang". Shikamaru berjalan mendahului kedua sahabatnya.

" Sai akupun sependapat dengan Shikamaru". Gaara menatap sahabatnya.


Continue Reading

You'll Also Like

390K 33.4K 29
Follow dulu sebelum baca. √ End- Seperti budak cinta, Sasuke rela melakukan apapun demi orang yang dia sayang. Termasuk menyakiti sahabatnya. : : : H...
2M 19.6K 25
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
2.2M 9.1K 6
"Itu tadi kamu bilang pakaian kita nyampur ya cha.." "...." "saya belom selesai nanya jangan dipotong,ga baik kalau kamu suka memotong pembicaraan ca...
65.5K 5.8K 44
Kehidupan hinata penuh lika liku, kandasnya hubungan dengan Sasuke karna perselingkuhan., membuat Sasuke sang mantan membenci dirinya.. dan kenyataan...